UE Selidiki Sampah Impor ke Indonesia

Uni Eropa telusuri laporan 49 kontainer sampah llastik yang di impor ke Indonesia.
Kuasa Usaha Internal Delegasi UE untuk Indonesia, Charles-Michel Geurts, bersama sejumlah delegasi UE dalam kunjungannya di Makassar, Jumat, 5 Juli 2019. (Foto: Tagar/Sahrul Ramadan)

Makassar - Pemerintah Indonesia baru-baru ini dikejutkan dengan temuan banyaknya sampah plastik mengandung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Merujuk dalam berbagai sumber pemberitaan resmi, sampah yang disimpan dalam 49 kontainer itu diangkut menggunakan kapal laut awal Juni 2019 lalu.

Petugas Bea Cukai Pelabuhan Batuampar, Batam, langsung mengarahkan kapal kontainer itu ke jalur merah untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil identifikasi, sampah yang ditemukan bersumber dari sejumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE).

Beberapa di antarnya seperi Prancis, Jerman. Di luar itu, ada negara Asia seperti Hongkong, Jepang hingga Australia. Sampah itu disebutkan untuk di impor masuk ke Indonesia untuk kelola ulang.

Artikel terkait: Sungai Sigeaon Jorok dengan Sampah Plastik

Menyikapi kondisi itu, perwakian UE menyatakan akan segera melakukan penyelidikan mendalam terkait keterlibatan delegasi internalnya.

"Impor sampah plastik akan kita telusuri dulu. Negara mana yang akan mengekspor sampah hingga masuk ke Indonesia," kata Kuasa Usaha Internal Delegasi UE untuk Indonesia, Charles-Michel Geurts, dalam kunjungannya di Makassar, Jumat, 5 Juli 2019.

Sebagian besar sampah, di impor dari perusahaan pengelolaan limbah. Merujuk dalam aturan, importir tidak dilarang mengimpor sampah ke Indonesia.

Asalkan, sampah yang masuk adalah jenis non-B3. Aturan termaktub di dalam Permendag Nomor 31 Tahun 2016 tentang Ketentuan Impor Limbah Non Berbahaya dan Beracun.

UE ditegaskan Charles mendukung penuh upaya pemerintah Indonesia untuk mencegah upaya penyalahgunaan hingga pengurangan pemakaian sampah plastik. Kondisi itu, juga merupakan salah satu dari sekian banyak program yang direncanakan untuk dikerjasamakan dengan pemerintah Indonesia.

Artikel lainnya: Tepian Danau Toba Jadi Lokasi Pembuangan Sampah

"Kita mendukung dan aktif dalam penindakan dan pengurangan plastik sekali pakai. Urusan lingkungan lain mengurangi emisi karbon agar tak merusak lingkungan. Itu bentuk kerjasama yang diagendakan," terangnya.

Terpisah Duta Besar (Dubes) Finlandia, Jari Sinkari mengklaim jika di negaranya, 95 persen sampah plastik telah dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Menjadikannya daur ulang untuk beragam keperluan. Beberapa di antaranya bahkan dimanfaatkan untuk cinderamata.

"Sampah plastik sudah digunakan dengan baik. Oleh pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk mengelola," ujarnya. []

Berita terkait