Cirebon, (Tagar, 27/8/2017) - Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surab aya.
Selain itu, Cirebon juga dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa jawa cirebon berarti kerajaan yang luas). Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa.
Bahkan tahukah Anda, di kota Cirebon terdapat tiga keraton yang semuanya masih aktif hingga sampai saat ini. Keraton–keraton ini kalau dirunut ke silsilah paling tinggi, akan berpangkal pada pendiri kraton Kasepuhan, yaitu Sunan Gunung Jati. Keraton-keraton itu diantaranya, Keraton Kesepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan.
Selain itu semua, adat dan budaya di Cirebon juga masih kental hingga saat ini. Bahkan, ada salah satu tradisi budaya yang menarik untuk disimak dalam pembahasan kali ini, yakni tradisi 'Sawer Ngubur Bali'. Apa itu Sawer Ngubur Bali?
Ya, Sawer Ngubur Bali itu salah satu tradisi yang masih sangat kental di Cirebon. Sawer Ngubur Bali itu adalah penguburan ari-ari bayi yang baru lahir. Bagi masyarakat Jawa, prosesi penguburan ini dianggap sesuatu yang penting. Sebab ari-ari merupakan organ yang menjadi jalur hidup jabang bayi ketika dalam kandungan. Sehingga orang Jawa meyakini ari-ari sebagai batir (teman/ saudara) yang menemaninya dengan setia hingga si jabang dilahirkan.
"Masyarakat Jawa khususnya di Cirebon menganggap ari-ari merupakan organ yang sangat penting untuk kehidupan jabang bayi saat dalam kandungan Ibunya. Jadi, kami meyakini ari-ari sebagai batir (teman/ saudara) yang menemaninya dengan setia hingga si jabang dilahirkan," ungkap salah seorang Tokoh Ulama asal, Karang Mekar, Kec Karang Sembung, Cirebon, Mansyur kepada tagar.id, Minggu (27/8).
Namun, kata 'Sawer' dalam Ngubur Bali di Cirebon itu adalah acara bagi-bagi duit dari pihak si keluarga yang habis mendapatkan buah hati. Menurut, Mansyur bagi-bagi duit, itu adalah ungkapan kegembiraan rasa syukur lantaran buah hati sang Ibunya telah lahir dan melahirkan dengan selamat. Acara Sawer itu juga diselenggarakan sesudah Ngubur Bali itu dilakukan.
"Jadi, sawer saat ngubur bali itu cuma sekadar ungkapan rasa gembira dan syukur, kalau orang sini nyebutnya 'selametan'," tutur pria berusia 63 tahun itu di depan rumahnya.
Uniknya, bagi-bagi uang itu tidak dilakukan dengan membagikan satu persatu kepada masyarakat yang hadir dalam Sawer Ngubur Bali itu, melainkan uang koin Rp 500-an dan Rp 1000-an dilempar kepada masyarakat yang sudah ngumpul di depan rumah warga yang sedang melakukan tradisi tersebut.
"Untuk total uangnya itu tergantung si tuan rumah ingin membagi-bagikannya berapa. Yang terpenting tuan rumah itu ikhlas. Itu hanya tradisi yang hingga kini tidak lepas di Kabupaten Cirebon khususnya Kampung Karang Mekar," tukas pria tua tersebut. (Agi/wwn)
Berita terkait