Tiga Tahun Memimpin dengan Klaim Semu, Anies Baswedan Culas!

Tapi ironisnya, untuk UMKM ini Anies membantu dengan cara menyediakan dana di BPD (Bank DKI) yang sebesar Rp 500 miliar untuk UMKM.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam salah satu kesempatan. (Foto: Tagar/Anton Raharjo via Getty Images)

Oleh: Ferdinand Hutahaean

Kalau kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia dan mencari makna kata 'culas', maka kira-kira artinya adalah curang; tidak jujur; tidak lurus hati. Dan bila mengacu pada arti kata tersebut, maka seseorang yang culas, amatlah tidak patut menjadi teman, sahabat, guru atau jadi pemimpin.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi melantik Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Jakarta periode 2017-2022, pada Oktober 2017.

Apakah kata culas sudah dapat disematkan kepada Anies? Silahkan nilai sendiri wahai rakyat Jakarta

Meski di tengah jalan Sandiaga berlayar ke samudera politik yang lebih luas, yaitu menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto 2019 lalu. Dan Oktober yang baru saja berlalu, Anies telah memimpin Jakarta selama 3 tahun. 

Tiga tahun yang penuh drama, penuh keriuhan dan bahkan kegaduhan bantah lisan akibat klaim keberhasilan di atas kegagalan yang hampir paripurna. Tiga tahun tanpa kinerja dan tak satu-pun yang bisa dibanggakan oleh rakyat Jakarta, kecuali klaim keberhasilan semu yang dipertontonkan secara hiperbolik oleh para pendukungnya.

Sejak tahun pertama hingga tahun ketiga, program-program Anies dalam kampanye 2017 silam, hingga kini belum ada yang terealisasi. Bahkan, semakin menjauh dari harapan akan menepati janji, karena saat ini waktu sudah dipergunakan untuk mempersiapkan diri pada agenda politik berikutnya yaitu Pilkada Jakarta yang tak lama lagi karena 2022 masa jabatan sudah akan berakhir. 

Dan, jangan-jangan mungkin Anies sudah berpikir untuk 2024, hmmm. Tahun pertama hingga tahun ketiga itupun publik selalu ramai dengan kegagalan yang dianggap keberhasilan oleh pendukung Anies. 

Sementara, penanganan banjir, normalisasi kali atau naturalisasi versi Anies pun tak jelas, pencemaran udara tak kunjung turun, kesejahteraan rakyat Jakarta tak juga membaik, pengangguran bertambah bahkan di atas rata-rata angka nasional yaitu sebesar 10,95 persen.

Padahal, rata-rata nasional berada di 7,7 persen dan angka kemiskinan DKI Jakarta naik sebesar 1,11 persen yang merupakan kenaikan tertinggi di Indonesia yang semula 3,42 persen pada September 2019, menjadi 4,53 persen pada Maret 2020. Bukankah ini deretan kegagalan yang paripurna?

Kembali kepada kata culas, dengan data dan informasi di atas, apakah kata culas layak disematkan kepada Anies karena selalu berbangga dan merasa berhasil memimpin Jakarta dan dipuja para pendukungnya sebagai gubernur yang sukses? Belum bisa jawab? Baiklah kita tambah data dan informasi.

September 2020, Anies meminjam dana dari pusat sebesar Rp.12,5 triliun dengan status sebagai dana PEN yang bertujuan untuk Peningkatan Ekonomi. Justru yang dipergunakan sebesar Rp 3,26 triliun di tahun 2020 untuk infrastruktur. 

Pinjaman tersebut digunakan untuk pengendalian banjir Rp 1 triliun, peningkatan layanan air minum Rp 14,9 miliar, pengolahan sampah Rp 91,67 miliar, transportasi Rp 768,14 miliar, sektor pariwisata untuk revitalisasi TIM Rp 200 miliar dan infrastruktur olahraga Jakarta Internasional Stadium Rp 1,18 triliun.

Pengendalian banjir Rp 1 triliun untuk yang mana? Normalisasi tak jelas juga. Tapi yang paling menarik dari dana triliunan itu adalah dana Rp 200 M untuk TIM dan Rp 1,18 triliun untuk Jakarta Internasional Stadium. 

Pantaskah Anies mengucurkan dana sebesar itu untuk sesuatu yang tak penting bagi rakyat Jakarta saat ini? Mengapa pula dana PEN digunakan untuk proyek tak penting saat ini? Ooohhh, jawabannya ternyata untuk ego sang Gubernur. 

Tampaknya TIM dan stadion itu akan jadi jualan keberhasilan nanti untuk Pilkada 2022. Pantas saja Anies lebih mengorbankan kebutuhan rakyat Jakarta demi ego pribadinya dengan membangun stadion dan TIM yang tentu akan monumental. Culas..!? Mungkin belum, ayo kita tambah data dan informasi.

Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) adalah sektor ekonomi mikro yang menopang ekonomi nasional dan menjadi penyumbang lapangan kerja. Tapi ironisnya, untuk UMKM ini Anies membantu dengan cara menyediakan dana di BPD (Bank DKI) yang sebesar Rp 500 miliar untuk UMKM. 

Gratis? Tentu tidak, karena ini pinjaman. Padahal semestinya UMKM itu dibantu secara cuma-cuma, dibagi uang untuk bantuan bertahan di tengah pandemi ini, bukan disuruh ngutang ke Bank DKI dengan judul bantuan. 

Anies ngutang ke pusat untuk ego pribadinya, UMKM disuruh ngutang ke Bank DKI. Hahahahaha bagaimana? Apakah kata culas sudah dapat disematkan kepada Anies? Silahkan nilai sendiri wahai rakyat Jakarta.

Jakarta, 07 November 2020

Direktur Ekesekutif Energy Watch Indonesia (EWI)

Berita terkait
Anies Baswedan Klaim Sebab Pengangguran Jakarta Melonjak
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pengangguran di Indonesia tahun 2020 ini paling banyak ada di wilayah pemerintahannya.
Ini Saran Ruhut Sitompul untuk Gubernur DKI Anies Baswedan
Politisi PDIP Ruhut Sitompul memberikan saran kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengundang para mantan Gubernur DKI.
Saatnya KPK Bergerak Periksa Proyek Digitalisasi Pertamina
Direktur Ekesekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean meminta KPK memeriksa penyimpangan Proyek Digitalisasi Pertamina.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina