Tiga Barista Terbaik Kota Siantar

Kisah Ricky Abraham Sigalingging, Fikry Azdadin, Richa Ivo Hasibuan, tiga milenial barista terbaik dari Kota Siantar.
Ricky Abraham Sigalingging (tengah) bersama Fikry Azdadin (kiri) dan Richa Ivo Hasibuan (kanan). Tiga milenial barista terbaik dari Kota Siantar. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Pematangsiantar - Ricky Abraham Sigalingging, Fikry Azdadin, Richa Ivo Hasibuan, tiga milenial barista terbaik dari Kota Siantar. Mereka secara konsisten, terus-menerus memperkenalkan kopi-kopi terbaik yang ada di Sumatera Utara dan di seluruh Indonesia.

Hal itu terlihat dari deretan prestasi yang mereka hasilkan, prestasi memperkenalkan kopi ke seluruh penjuru. Mereka beberapa kali mendapat juara tingkat regional barat, nasional hingga kompetisi Internasional.

Awalnya gara-gara saya merasa ngopi itu mahal kalau di Medan. Kemudian saya membeli sendiri alat kopi dari Otten

Ricky Abraham Sigalingging

Ricky Abraham Sigalingging adalah pria milenial pemilik Mo Coffee, yang juga adalah satu di antara barista terbaik dari Kota Siantar. Ia membuka kedai kopi speciality coffee pertama di Jalan Toba I, Kecamatan Siantar Selatan, Sumatera Utara.

Kepada Tagar, ia bercerita niatnya membuka kedai kopi pertama yang menyediakan speciality coffee karena ingin memperkenalkan kepada kalangan masyarakat Siantar, bahwa kopi tanpa gula adalah kopi yang nikmat dan memiliki khas tersendiri.

"Pelanggan masih banyak yang minta kopi campur gula. Target kami (menyediakan) kopi tanpa gula. Karena kopi memiliki cita rasa yang khas," terangnya.

Walaupun pernah mendapatkan cemoohan dari kalangan masyarakat, Ricky tetap nekat membuka Mo Coffee. Hal itu menurut Ricky merupakan hal yang wajar karena setiap orang memiliki selera berbeda. Katanya lagi, jika harus pergi ke Kota Medan hanya untuk menikmati kopi, itu akan terasa sangat mahal.

"Awalnya gara-gara saya merasa ngopi itu mahal kalau di Medan. Kemudian saya membeli sendiri alat kopi dari Otten. Kami banyak mendapat makian pada enam bulan pertama. Kopimu asam, kopimu gak banyak airnya, panaskan airnya biar mendidih biar gak asam," kata Ricky menirukan omongan yang datang kepada mereka.

Pantauan Tagar, desain interior yang mereka miliki dapat digunakan kaum milenial untuk spot foto yang sangat cocok untuk para instagramable yang sedang berkunjung ke Mo Coffee.

Ricky juga menjelaskan dari beberapa barista yang ia miliki, dua di antaranya telah berhasil memenangkan beberapa kompetisi kopi yang diadakan di tingkat regional, nasional dan juga mendapat peringkat sembilan internasional.

Adapun prestasi yang mereka dapatkan pertama pada tingkat Regional Barat Kompetisi Areopress yang berlangsung di Kota Medan berhasil meraih juara 3, Indonesia Areopress Championship di Jakarta meraih juara 1. Selanjutnya mengikuti kompetisi Aeropress Championship di Sidney Australia dengan membawa nama Indonesia, berhasil masuk 9 besar dan yang terakhir kompetisi Female Barista kampung kopi berhasil meraih juara 1.

Ricky mengharapkan masyarakat Indonesia lebih menikmati kopi yang berkualitas, dimana perladangan kopi di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia.

"Aku harap Indonesia di kopikan oleh kopi Indonesia. Kopi kita banyak yang berkualitas, kenapa tidak kita nikmati dengan cara kita sendiri. Saran aku, coba saja dalami kopi, kenal sedikit tentang kopi. Biasanya akan jatuh cinta. Karena banyak yang bisa dilakukan di dunia kopi," ujarnya.

Fikry Azdadin

Di tempat yang sama, Fikry Azdadin yang berhasil meraih Juara 1 nasional yang juga berhasil masuk semifinal kompetisi Internasional ini memiliki kebanggaan tersendiri ketika membawa nama Indonesia dalam pertandingan kopi internasional.

"Yang paling bangga ketika bawa nama Indonesia di Sydney dengan peserta dari 60 negara. Karena itu merupakan kompetisi pertama di tingkat internasional," ungkap pria yang disapa Black.

Setelah mengikuti kompetisi tingkat internasional, ia juga menjelaskan bahwasanya budaya kopi di setiap negara berbeda-beda. Dari cara pembuatan kopi dan teknik-teknik yang masing-masing negara miliki untuk diseduh.

"Di setiap negara itu ada budaya kopinya masing-masing. Contohnya, pembuatan kopi di Malaysia dan di Indonesia pasti berbeda, dari cara pembuatan kopi dan tekniknya tidak akan pernah sama di negara manapun itu," tuturnya.

"Dan di Indonesia sendiri, ketika kita mengikuti kompetisi, di situ semua memiliki cara masing-masing. Itu yang membuat menarik sebenarnya," lanjutnya.

Walaupun alat-alat yang mereka miliki masih ketinggalan dengan negara-negara lain, Black tidak merasa kecil hati karena kopi di Indonesia sendiri merupakan kopi terbaik yang pernah ada sampai saat ini.

"Terus terang kita masih ketinggalan dengan negara-negara lain. Mereka sudah menciptakan alat untuk mereka sendiri. Bahkan, ada pada saat proses panen kopi, mereka sudah menyuntikkan bakteri ke biji kopi. Jadi mereka sudah melakukan rekayasa gitu. Namun, ada yang harus dibanggakan bahwa kualitas kopi di Indonesia merupakan kualitas kopi yang sangat bagus," ungkapnya.

"Kualitas kopi kita sangat bagus. Tapi yang kita perlu belajar adalah dari cara proses pengolahannya kita perlu belajar. Kalau aku mencermatinya dari mindset manusianya sendiri sih. Orang di luar ketika kita membawa sesuatu yang baru, mereka pasti penasaran. Tetapi ketika di Indonesia kita membawa sesuatu, kita malah dimusuhi, bahkan dianggap sebagai pesaing terberat mereka," tambahnya.

Richa Ivo Hasibuan

Richa Ivo Hasibuan Barista perempuan barita terbaik asal Siantar ini juga berhasil memenangkan juara 1 dalam kompetisi kejuaraan kopi yang diselenggarakan di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2019 di Medan, dua pekan lalu.

Menurut pengakuan perempuan yang akrab disapa Icha ini, sejak kecil ia sudah menjadi penikmat kopi. Dimana pada masa itu dia sering mencicipi kopi robusta milik ayahnya dengan cara mencuri-curi.

"Awalnya sewaktu aku masih SD, sering cicipi kopi punya ayah. Lihat ada kopi ayah, ayah minum kopi aku curi dikit-dikit untuk mencicipinya," kenangnya.

Icha yang dulunya pengunjung dan penikmat Mo Coffee, mendapatkan kesempatan dari Ricky untuk dijadikan barista di kedai kopi miliknya. Karena menurut Ricky mengajari seseorang yang menikmati kopi tanpa gula lebih mudah daripada orang yang menikmati kopi pakai gula.

"Kebetulan Bang Ricky cari barista. Terus aku iseng bilang sama Bang Ricky supaya aku menjadi baristanya. Akulah bang. Ya bolehlah. Malah aku sarankan karena lebih mudah untuk ngajarin orang yang bisa minum kopi itu justru tanpa gula, atau lebih bisa merasakan gimana sih kopi ini," ucapnya menirukan perkataan Ricky.

Setelah bekerja, Icha diajari Ricky berbagai macam cara pembuatan kopi seperti Coffe Fisiksti, Espresso Bless, Kopi Art.

Mengenai ikutnya dalam kompetisi kejuaraan kopi yang berhasil dimenangkan oleh Icha. Itu merupakan kompetisi pertama yang ia ikuti. Ia juga mengatakan bahwa pada saat itu dia hanya berniat mengasah kemampuan dan melatih mental menghadapi kompetisi-kompetisi kopi.

"Itu cara untuk melatih mental. Bisa gak sih menghadapi seperti ini? Karena kalau aku punya tujuan justru yang seperti ingin mengikuti jejak Bang Ricky dan juara satu nasional kita. Itulah impianku. Ya Alhamdulillah bisa menjadi juara 1 di PRSU kemarin," katanya.

Icha mengungkapkan, sampai saat ini penikmat speciality kopi ini sudah mulai dinikmati oleh kalangan milenial maupun kalangan orang tua yang ada di Siantar.

"Justru sekarang orang sudah mulai menikmati kopi speciality. Belakangan di Siantar sudah semakin bertambah penikmatnya," ungkapnya

Tak lupa, Icha juga mengucapkan terima kasih kepada Ricky yang telah mengajarkan banyak hal tentang kopi kepadaya.

"Aku berterima kasih kepada Bang Ricky. Dialah orang yang menurut aku juara 1 menurut pribadi aku. Dimana cara dia didik aku, kasih aku ilmu. Aku diajarin seperti teman, bukan seperti bos pada anak buahnya," kata Icha. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Lirik Lagu Until I Found You Stephen Sanchez yang Viral di TikTok
Stephen Sanchez melalui kanal YouTube-nya pada pada 1 September 2021, merilis lagu terbarunya yang berjudul Until I Found You.