Jakarta – Pengukuran satelit menunjukkan bahwa 2021 merupakan salah satu tahun terpanas dalam catatan, dengan tujuh tahun belakangan ini sebagai periode paling panas yang tercatat secara global.
Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S) Senin, 10 Januari 2022, menyatakan bahwa tahun 2021 adalah tahun terpanas kelima menurut catatan sejak 1850, dengan rata-rata suhu global sedikit lebih hangat daripada dalam periode praindustri pada tahun 1850 hingga 1900.
Vincent Henri Peuch, Direktur Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus, mengatakan, “Fitur yang menonjol ada di Amerika Utara, khususnya di sedikit bagian AS dan Kanada, dengan anomali tinggi – panas, tetapi juga ada anomali panas di Afrika Utara dan Timur Tengah, dan kita juga menghadapi sejumlah anomali dingin, khususnya di bagian barat Siberia.”
C3S, yang melacak suhu global dan indikator-indikator iklim lainnya, juga melaporkan bahwa kadar karbon dioksida dan metana di atmosfer terus meningkat tahun lalu, mencapai titik tertinggi baru.
Negara-negara yang menandatangani Perjanjian Iklim Paris 2015 telah berjanji akan berusaha membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas suhu pada periode praindustri. Para ilmuwan menyatakan ini akan membantu dunia menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim (uh/ab)/voaindonesia.com. []
Suhu di Kalimantan Timur Naik 1 Derajat Celcius Akibat Deforestasi
Mumbai dan Shanghai Akan Lenyap, Bagaimana Kotamu?
Rekor Suhu Tertinggi di Kutub Utara Dilaporkan PBB
Riset Pemanasan Global: Manusia Musnah 31 tahun Lagi