Terbiasa di Eropa, Fissilmi Hamida 'Gila' di Yogyakarta

Fissilmi Hamida terbiasa melihat lalu lintas tertib di Inggris, Eropa Barat. Setiba di Yogyakarta dia merasa gila karena masyarakat abai peraturan.
Fissilmi Hamida. (foto: ist).

Yogyakarta - Fissilmi Hamida berteriak-teriak di lampu merah area Yogyakarta. Dia menegur pengendara sepeda motor yang melanggar aturan lalu lintas, karena berboncengan tanpa mengenakan helm.

Sadar dalam posisi salah, pengendara roda dua itu langsung tancap gas belok ke kiri jalan, sambil buang muka.

Tak lama berselang suaranya kembali terdengar nyaring. Kali ini dia menegur pengguna jalan yang berhenti di persimpangan jalan saat lampu pengatur lalu lintas yang ada tanda 'ke kiri jalan terus' menyala merah. 

Dia merasa harus menegur kendaraan itu, lantaran telah menutup lajur pengguna jalan lain yang hendak belok ke kiri. Hanya karena satu kendaraan berhenti, berimbas dengan kemacetan, banyak orang dirugikan.

Hampir setengah tahun saya koyo wong edan (seperti orang gila). Menangis melulu, ingin balik Inggris lagi.

Suaranya itu terdengar lagi, saat seorang pengguna jalan yang mengendarai sepeda motor sengaja naik ke atas trotoar, merenggut hak pejalan kaki.

Setelah berteriak, dia mengingatkan trotoar merupakan jalur khusus pejalan kaki. Lantas pengendara sepeda motor itu bersedia turun kembali ke jalur yang semestinya.

Adegan itu direkam Fissilmi Hamida. Perempuan ini sempat menulis lima buku, dia pula yang menegur para pelanggar aturan lalu lintas dan merekam, kemudian mengunggahnya ke salah satu grup Facebook, agar warganet yang menilai sendiri.

Saat dihubungi, Jumat malam, 11 Oktober 2019 lalu, Mimi, sapaan akrab Fissilmi Hamida mengungkap motivasinya menegur para pengguna jalan yang melanggar tata tertib, lantaran ia berasa stres melihat kesemrawutan lalu lintas di Kota Pendidikan.

"Awalnya karena stres. Terbiasa di Inggris dengan lalu lintas super rapi, masyarakatnya taat, eh sampai Jogja semrawut lagi," kata dia.

Perempuan jebolan S2 Universitas Bristol Inggris ini mengaku setengah tahun setelah dia menyelesaikan studi di Tanah Britania dan pulang ke Yogyakarta, dia merasa gila menyaksikan lalu lintas di daerah istimewa.

Sempat terlintas dalam benaknya untuk kembali saja ke Inggris. Untungnya, suami Mimi memahami betul kondisi istrinya. Dia mendapat saran untuk menegur pengguna jalan yang terbukti melanggar tata tertib berlalu lintas.

"Hampir setengah tahun saya koyo wong edan (seperti orang gila). Menangis melulu, ingin balik Inggris lagi. Sampai suatu hari suami saya bilang, 'ya sudah dilampiaskan. Tegur mereka'," tutur perempuan berhijab ini.

Akhirnya, Mimi mencoba melakukan eksperimen sosial. Saat itu dia melakukannya di salah satu lampu penyeberangan di Jalan Malioboro. Mimi sengaja bolak-balik menyeberang, dengan memencet tombol di lampu merah. 

Di sana dia membuktikan langsung, memang masih banyak pengendara roda dua ataupun roda empat tidak memedulikan pejalan kaki. Mereka dengan seenaknya mengklakson, mengeluarkan polusi suara.

"Bolak balik mencet, terus nyeberang. Gitu terus, buat ngetes masyarakat, udah aware belum dengan adanya lampu penyeberangan ini. Ternyata mereka enggak peduli. Saya tetep diklaksoni," ujarnya terheran-heran.

Berawal dari ketidakpedulian para pengguna jalan, Mimi membulatkan tekad untuk menegur langsung para pelanggar aturan lalu lintas. Dia merasa percaya diri karena sudah berada di posisi yang benar. 

"Daripada saya diamkan dan saya jadi kesal sendiri," kata dia.

Setelah menegur para pengguna jalan yang terbukti melanggar aturan, alumni IAIN Surakarta ini mengaku menjadi lebih nyaman. Dalam artian, yang terpenting dia sudah menyampaikan hal yang ia pendam sejak beberapa waktu lalu.

Mencoba Meningkatkan Kesadaran Warga

Fissilmi HamidaFissilmi Hamida. (foto: ist).

Aktivitas menegur para pelanggar lalu lintas, tidak hanya bertujuan untuk melepas stres dengan semrawutnya jalanan. Mimi beranggapan hal itu dilakukan semata untuk meningkatkan kesadaran para pengguna jalan supaya tertib berlalu lintas.

"Senang rasanya, pas menegur mbak-mbak enggak pakai helm, yang helmnya dipangku dan dia jadi pakai helm setelah aku tegur, 'aspal enggak jadi empuk walau jaraknya dekat'," ujarnya, Sabtu siang, 11 Oktober 2019.

Dia menyadari tidak semua pengguna jalan akan merespons positif upayanya, namun Mimi tidak peduli. Yang terpenting, bagi dia, sudah melakukan sesuatu demi meningkatkan kesadaran dan menekan angka kecelakaan akibat kelalaian berlalu lintas.

"Berarti saya sudah melakukan sesuatu. Enggak semua merespons baik. Tapi saya enggak peduli. Lebih baik saya melakukan sesuatu daripada saya enggak melakukan apapun sama sekali," ucapnya.

Dihina Asu dan Lonte

Seiring waktu berjalan, Mimi terus melakukan aktivitas menegur para pelanggar aturan lalu lintas, meski tak semua pelanggar aturan dia tegur. Sebab, tidak sedikit pengendara yang menerima saat diingatkan.

Beberapa pengguna jalan yang sengaja mengendarai motor di atas trotoar, banyak yang menuruti imbauan Mimi dan sadar diri untuk kembali ke badan jalan. Namun, ada juga pengendara yang menghinanya dengan kata-kata kasar.

Selamanya. Saya akan menegurnya (para pelanggar aturan lalu lintas).

"Mungkin karena malu juga. Enggak apa-apa. Berawal dari malu diteriakin, semoga lama-lama sadar kalau trotoar itu buat pejalan kaki. Yang maki-maki juga ada beberapa. Dikatain asu, lonte, sudah biasa," ujarnya.

Saat ditanya mengenai lokasi tempatnya menegur para pelanggar aturan lalu lintas, dia tidak ingat secara pasti tempatnya. Dalm konteks ini Mimi menegaskan akan mengingatkan tiap pelanggar lalu lintas di mana pun dia berada. 

Biasanya, kata dia, teguran secara spontan Mimi lontarkan secara spontan dari atas sepeda motor, saat dia dibonceng sang suami kala berangkat ataupun pulang kerja.

Saat ini Mimi bekerja sebagai Konsultan Pendidikan Khusus United Kingdom (UK) dan Irlandia di IDP Consulting Indonesia. Kantor pusatnya berada di Melbourne, Australia

Di Indonesia hanya ada sekitar 10 kantor, salah satu cabangnya berada di Yogyakarta, di Jalan Urip Sumoharjo atau Jalan Solo yang merupakan tempat ia mendulang rupiah.

"Di mananya, ya di jalan yang saya lalui hehe. Kapannya? Ya setiap ada yang melanggar saya langsung menegur. Jadi tidak bisa memastikan (lokasinya). Saya enggak mangkal. Spontan itu tiap lihat di jalan. Pas pulang kantor misalnya," kata Mimi.

Kegiatan itu, lanjutnya, tidak hanya bersifat sementara. Mimi bertekad akan terus melakukan hal ini sampai kapan pun, hingga orang-orang taat berkendara.

"Selamanya. Setiap saya lihat, saya akan menegurnya (para pelanggar aturan lalu lintas)," kata dia.

Membagikan Video di Akun Instagram

Fissilmi HamidaFissilmi Hamida. (foto: ist)

Mimi bukan sekadar melarang atau menegur para pelanggar aturan lalu lintas. Dia juga merekam kegiatan dan membagikannya ke akun @fissilmihamida di Instagram .

Tak jarang dia juga menandai atau men-tag akun Instagram yang dikelola Kepolisian Resor (Polres) Yogyakarta, seperti akun @polresjogja. Dia berujar, beberapa kali admin akun tersebut merespons dan mengapresiasi tindakannya.

"Ada highlight khusus, namanya 'MIMI BERAKSI'. Nah di situ ada video-video menegur orang. Rutin nge-tag dan akun @polresjogja beberapa kali merespons dan mengapresiasi," kata dia.

Saat ini, selain bekerja dan menegur para pelanggar yang tidak tertib dengan lalu lintas, Mimi mengaku sedang sibuk menyesaikan buku ke-enamnya, berupa novel dengan judul Menikah (Lagi).

Sebelumnya, dia sudah menulis sebuah buku nonfiksi berjudul Notes from England, tiga novel berjudul Canting: Gusti Paring Pitedah Bisa Liwat Bungah Bisa Liwat Susah, Autumn Leaves: Kisah di Balik Daun Musim Gugur, Andalusia: Owner of A Lonely Heart, serta satu antologi bertajuk More Than Just A Romance. []

Berita terkait
Nasi Gratis Dudy Penolong Rakyat Jelata di Bandung
Dudy Supriyadi di Bandung tergerak untuk membagikan nasi gratis bagi pedagang, pemulung, semua yang membutuhkan. Dia suka menolong orang lain.
Rahasia Masa Lalu Ma'ruf Amin di Koja Jakarta Utara
Lorong 27 Koja Jakarta Utara menyimpan banyak rahasia masa lalu Maruf Amin. Cerita tak terduga. Mengejutkan. Tagar menelusurinya. Ikuti kisahnya.
Warung Mistis di Yogyakarta yang Mendunia
Terdapat Warung Makanan Roh Halus di Yogyakarta yang sudah 50 tahun berdiri. Tempat ini mendunia karena sempat diliput media Inggris dan Singapura.