Teknologi Jerman Terus Dipakai di Mesin Kapal Perang China

Setelah insiden Tiananmen, embargo senjata UE terhadap China tidak pernah diputuskan secara resmi sesuai perjanjian Eropa
Armada Angkatan Laut milik China di Laut China Selatan, foto diambil pada 12 April 2018 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Setelah insiden Tiananmen, embargo senjata UE terhadap China tidak pernah diputuskan secara resmi sesuai perjanjian Eropa. Akibatnya angkatan laut China masih bisa beli mesin kapal jenis tertentu. Amanda Rivkin melaporkannya untuk DW.

Beberapa jenis kapal perang angkatan laut China masih tetap digerakkan oleh mesin yang dikembangkan atau dibuat oleh pabrikan Jerman, demikian menurut hasil investigasi lembaga penyiar publik Jerman, ARD, dan surat kabar Welt am Sonntag, 6 November 2021.

Dua perusahaan itu adalah MTU di Friedrichshafen dan anak perusahaan Volkswagen di cabangnya di Prancis yakni MAN, menurut laporan itu. Kedua perusahaan mengatakan kepada media bahwa mereka selalu mematuhi peraturan terkait kontrol ekspor dan telah melaporkan ke catatan publik bahwa mereka terlibat dengan militer China.

Rincian tentang pengiriman mesin MTU ke China dapat ditemukan di laman web Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dan tersedia untuk umum. SIPRI membuat katalog berisi transaksi senjata dan transfer senjata untuk publikasi dan laporan.

Kapal ChinaKapal Coast Guard China-5302 memotong haluan KRI Usman Harun-359 pada jarak 60 yards (sekitar 55 meter) saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu, 11 Januari 2020.(Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

1. 'Area abu-abu' teknologi penggunaan ganda

Menurut SIPRI, setidaknya hingga tahun 2020 MTU adalah pemasok reguler mesin untuk kapal perusak rudal Luyang III melalui pabrik produksi belisensi di China. Selain itu, MTU dilaporkan memasok mesin yang digunakan di kapal selam milik China di kelas Song.

Kantor pusat perusahaan tersebut menginformasikan kepada ARD dan media Welt am Sonntag bahwa mereka telah "dipastikan berhenti" memasok mesin untuk kapal selam tersebut. Perusahaan itu juga mengklaim belum "menandatangani kontrak apa pun dengan Kementerian Pertahanan China atau angkatan bersenjata."

Namun, dengan pendirian usaha patungan di China pada 2010, perusahaan induk yang dikenal dengan nama Tognum pada saat itu mencatatkan adanya pengiriman "mesin untuk angkatan laut dan pasukan penjaga pantai China."

Sementara itu pada tahun 2002, SEMT Pielstick yang merupakan anak perusahaan MAN Prancis, di situs perusahaan mereka pernah menerbitkan berita tentang pengiriman mesin PA6 yang diproduksi untuk generasi kapal perang baru di bawah lisensi China. Laporan pengiriman item itu masih dapat ditemukan di halaman arsip situs itu.

SIPRI mencatat bahwa mesin MTU yang dipasang di kapal perang milik China sebagai teknologi penggunaan ganda yang tidak memerlukan lisensi ekspor. "Ada area abu-abu di sana," ujar Siemon Wezeman dari SIPRI

2. Embargo senjata ibarat macan ompong

Pada tahun ini, Angkatan Laut China mengoperasikan lebih banyak kapal perusak jenis Luyang III. Kapal di kelas ini dilengkapi dengan rudal jelajah dan rudal dari permukaan air ke udara.

Sebelumnya, menyusul pembantaian mahasiswa dan demonstran pada protes di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, Uni Eropa (UE) memberlakukan embargo senjata tetapi dengan efek mengikat yang terbatas.

Sebastian Rossner, seorang pengacara dan pakar ekspor yang berkantor di kota Köln, Jerman, mengatakan kepada penyiar publik ARD bahwa: "Karena embargo senjata UE terhadap China tidak diputuskan secara resmi sesuai perjanjian Eropa, ekspor mesin kapal jenis tertentu masih diizinkan untuk angkatan laut China."

"Jika ingin mengubah ini, UE harus mengubah Peraturan Penggunaan Ganda atau secara resmi memberlakukan embargo senjata," tambahnya.

Menlu Jerman Heiko MaasMenlu Jerman, Heiko Maas (Foto: dw.com/id)

Dalam beberapa tahun terakhir, China secara agresif menegaskan klaim teritorial atas pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan. Langkah ini meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa. Bahkan Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, pernah memperingatkan tentang "dinamika persenjataan yang meningkat pesat" di kawasan Indo-Pasifik.

Pada bulan Agustus, kapal perang Jerman yakni Bayern berangkat dari Wilhelmshaven menuju kawasan Indo-Pasifik dalam perjalanan laut yang diperkirakan menempuh waktu enam bulan. Jerman berusaha untuk memperkuat kehadirannya di wilayah ini, dan pemberhentian kapal tersebut di China dimaksudkan untuk membantu meredakan ketegangan di antara armada angkatan laut (ae/pkp)/dw.com/id. []

Sekjen NATO Desak China Batasi Penyebaran Senjata Nuklir

China Akan Jadi Pemasok Energi Nuklir Terbesar Dunia

AS Undang China Bahas Pembatasan Senjata Nuklir

Adu Kekuatan Kapal Perang di Laut China Selatan

Berita terkait
Ribuan Kapal China Menyerbu Natuna, Pemerintah Diminta Evaluasi Kebijakan Pertahanan
Pengamat Sosial Politik CISA yang meminta pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan pertahanan saat ribuan kapal China menyerbu Natuna.
0
Putra Mahkota Arab Saudi Melawat ke Turki
Persiapan untuk menghadapi kunjungan Presiden Joe Biden, Putra Mahkota Arab Saudi lakukan lawatan regional kali ini ke Turki