AS Undang China Bahas Pembatasan Senjata Nuklir

Amerika Serikat kembali mengundang China untuk membicarakan pembatasan senjata, bersama dengan Rusia.
Marshall Billingslea (kanan), utusan khusus Presiden AS untuk pengendalian senjata, dan Letnan Jenderal Angkatan Udara Thomas Bussiere memberikan konferensi pers di Wina pada Juni 2020 tentang pembicaraan START baru dengan Rusia. (Foto: Joe Klamar|AFP|Channel News Asia).

Washington - Amerika Serikat kembali mengundang China untuk membicarakan pembatasan senjata. AS melihat Beijing mulai terbuka untuk melakukan negosiasi tiga arah dengan Rusia, kendatipun ada perbedaan pendapat yang intens.

"Amerika Serikat menyambut baik komitmen China untuk terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata. Langkah-langkah selanjutnya adalah pertemuan tatap muka antara Amerika Serikat dan China," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, seperti diberitakan dari Channel News Asia, Jumat, 9 Juli 2020.

Sikap AS "hanyalah tipuan" untuk membiarkan Washington keluar dari perjanjian START baru.

Baca Juga: Waduh, Perusahaan AS Ramai-ramai Ekspansi ke China 

Pemerintahan Presiden Donald Trump menuntut Tiongkok agar terlibat aktif dalam perjanjian pelucutan senjata nuklir AS-Rusia (START - Strategic Arms Reduction Treaty) yang yang ditandatangani pada 2010 dan diperkirakan masih berlaku hingga 2021. China tidak ikut bergabung dalam pembicaraan awal perjanjian START di Wina pada bulan lalu.

Pihak Tiongkok pada Rabu menyebutkan bahwa pihaknya bersedia untuk berpartisipasi dalam negosiasi dalam perjanjian pelucutan senjata nuklir. Namun dengan catatatan, AS mengurangi kekuatan persenjataannya.

Presiden Donald Trump dan Presiden Xi JinpingPresiden Amerika Serikat, Donald Trump meminta bantuan Presiden China, Xi Jinping untuk menang pada Pilpres AS 2020. (Foto: Dok|New Indian Express).

Fu Cong, Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri China, menuduh bahwa sikap AS "hanyalah tipuan" untuk membiarkan Washington keluar dari perjanjian START baru. Amerika menurutnya berambisi untuk meningkatkan program nuklirnya.

Pemerintah AS menyangkal tuduhan itu. Untuk itu, melalui negosiatornya, Marshall Billingslea, akan akan mengundang Tiongkok untuk mengadakan pembicaraan soal pembatasan senjata nuklir. "Kita semua akan membawa perspektif dan tujuan yang berbeda ke meja perundingan dan pasti akan memiliki perbedaan pendapat," Juru Bicara kata Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus.

Kata Ortega lagi,"Sekarang saatnya untuk berdialog dan diplomasi antara tiga kekuatan senjata nuklir terbesar tentang cara mencegah perlombaan senjata baru."

Anatoly Antonov, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Rabu mengatakan, sudah sangat jelas bahwa China tidak siap untuk berpartisipasi. Moskow, sementara tidak menentang peranan Beijing, tidak akan bergabung dengan tekanan AS untuk membawa kekuatan Asia.

Simak Pula: Trump Bujuk China untuk Bantu Menangkan Pilpres

"Kami siap untuk setiap perkembangan situasi dengan START baru. Kami tidak akan menghemat dengan biaya berapa pun," kata Antonov. []

Berita terkait
AS Kecam China Atas UU Keamanan Negara di Hong Kong
Amerika Serikat mengecam keputusan pemerintah China yang akan menjatuhkan sanksi kepada warga Hong Kong yang melanggar UU Keamanan Negara.
AS dan China Memanas, Moeldoko Pastikan RI Netral
Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan Indonesia akan mengambil langkah diplomasi manakala terjadi sengketa antara Amerika Serikat-China.
Waduh, Perusahaan AS Ramai-ramai Ekspansi ke China
Perusahaan multinasional Amerika Serikat semakin banyak yang melakukan ekspansi bisnisnya ke China selama dua dekade terakhir.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.