Tarian Kolosal Dalam Pekan Kebudayaan Aceh

Tarian kolosal dalam Pekan Kebudayaan Aceh, melibatkan 1.100 penari, pemain teater, pemusik. Tarian bertema Aceh Lhee Sagoe.
Tarian Kolosal Dalam Pekan Kebudayaan Aceh | Tarian kolosal bertema Aceh Lhee Sagoe, Minggu malam 5/8/2018. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh, (Tagar 6/8/2018) - Tarian kolosal melibatkan 1.100 penari, pemain teater, dan pemusik memeriahkan pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.

Tarian kolosal pada Minggu malam (5/8) itu menampilkan perpaduan adat budaya di Provinsi Aceh. Tarian bertema Aceh Lhee Sagoe menggambarkan delapan etnik budaya yang ada di Aceh. 

Tarian massal ini melibatkan 33 sanggar tari dan teater di Banda Aceh dan Aceh Besar. Tak kalah menariknya, pertunjukan dikombinasikan dengan penayangan video mapping.

Mereka memasuki lapangan usai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menabuh rapai, tanda dibukanya Pekan Kebudayaan Aceh ke-7. 

Pertunjukan massal ini dimulai dengan cerita awal masuknya Islam di Aceh, seterusnya bercerita tentang keberagaman budaya dan agama yang menjadi identitas masyarakat Aceh.

Baca juga Muhadjir: Hati Presiden Sangat Ingin Bersama Kita

Pekan Kebudayaan Aceh ke 7Pekan Kebudayaan Aceh ke-7. Dalam konsepnya tarian massal ini menggambarkan keberagaman, ketauhidan, dan juga kebersamaan masyarakat Aceh. Secara umum, tarian massal ini menceritakan kondisi Aceh sebelum Islam, masuknya Islam, hingga lahirnya kebudayaan dan kesenian Islam. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

"Aceh pernah berada pada masa peradaban sangat tinggi, karya seni yang dilahirkan bernilai tinggi," ujar Imam Juaini koordinator koreografi.

Tarian yang dipersembahkan tersebut, lanjutnya, menggambarkan peranan Islam dalam kebudayaan Aceh, terutama dalam konsep tauhid. 

"Aceh melahirkan tokoh-tokoh sufi, salah satunya Hamzah al Fansuri," ujar Imam.

Melalui tarian tersebut, pihaknya ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang keberagaman dan kerukunan dalam kehidupan di Aceh. Masyarakat Aceh juga mempunyai semangat yang kuat dan agama yang teguh serta memiliki rasa kebersamaan. 

"Hal-hal itu yang membuat Aceh bisa maju. Ini yang kita coba sampaikan," ujar Imam lagi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2017 tentang Kebudayaan. Undang-undang itu menempatkan kebudayaan pada posisi strategis.

"Ini bukti Pemerintah sungguh-sungguh menjaga kebudayaan," kata Muhadjir.

Tarian Massal di PKA ke 7Tarian Massal di PKA ke-7. Tarian massal melibatkan penari dari berbagai sanggar di Banda Aceh dan Aceh Besar, serta pemusik dari pesisir dan daerah pedalaman. Mereka berlatih sekitar satu bulan untuk menyiapkan tarian massal tersebut. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Muhadjir menambahkan, mulai tahun 2019 Pemerintah akan mengucurkan anggaran khusus untuk kebudayaan. Sehingga kegiatan seperti Pekan Kebudayaan Aceh bisa mendapatkan anggaran khusus, memudahkan dilakukannya pelestarian kebudayaan dan membuat berbagai event kebudayaan lain.

Mendikbud mengatakan, sudah tepat Pemerintah Aceh melaksanakan Pekan Kebudayaan Aceh untuk melestarikan dan menjaga khasanah adat dan kebudayaan yang ada. Apa lagi kebudayaan yang ada di Aceh cukup beragam dan tidak lepas dari nilai-nilai syariat Islam.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Rahmadani mengatakan perhelatan PKA VII ini memiliki beberapa perbedaan. Terutama saat seremoni pembukaan yang menampilan tari kolosal dan sejumlah atraksi lain.

"Melalui PKA ini kita bisa terus memperkuat persatuan dalam bingkai kebudayaan yang beragam, sehingga kita semakin kokoh dan akan terus maju," kata Rahmadani.

Ia berharap, seluruh rakyat Aceh bisa mendatangi arena PKA VII untuk melihat khasanah dan budaya Aceh. Sehingga masyarakat Aceh tidak lupa dengan kebudayaan yang tumbuh di tengah-tengah lingkungannya. []

Berita terkait