Tantangan Pengembangan Desa Wisata di Jawa Tengah

Media efektif mempromosikan wisata melalui karya jurnalistik yang bisa mendorong wisatawan datang berkunjung ke destinasi wisata.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen melihat proses pembuatan kerajinan patung berbahan abu letusan Merapi di Kabupaten Magelang. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang – Baanyak desa wisata di Jawa Tengah (Jateng) muncul dalam beberapa tahun terakhir. Namun, banyak pula yang akhirnya mati suri dan tidak berkembang.

Wakil Gubernur (Wagub) Jateng Taj Yasin Maimoen, memperkirakan perasaan cepat puas masyarakat menjadi kendala utama keberlanjutan desa wisata. “Masyarakat kita itu salahnya, kalau sudah bisa membuat atau sudah punya satu gampang puas dan akhirnya kurang berusaha untuk mengembangkan,” katanya  kepada “Tagar” (21/8/2019).

Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini mengatakan Pemerintah Provinsi Jateng saat ini mulai merintis 500 desa wisata baru. Ratusan desa wisata berbasis potensi lokal tersebut diproyeksikan menjadi destinasi wisata penunjang wisata unggulan yang sudah ada.

Namun, lanjut Gus Yasin, pemerintah tidak akan gegabah membangun desa wisata ketika masih melihat belum ada perubahan mindset masyarakat. Realisasi akan dilakukan secara bertahap, seiring upaya mendorong tumbuhnya sumber daya manusia (SDM) lokal berkarakter pegiat wisata.

“Wisata itu harus diwujudkan bertahap atau sedikit demi sedikit, besok lagi ada apa dan dipromosikan dahulu untuk mengembangkan yang berikutnya,” ujar putra almarhum KH Maimoen Zubair tersebut.

Tak kalah penting adalah pengetahuan soal manajemen wisata. Sebab berbicara pariwisata harus dipikirkan tentang kelangsungan atau keberlanjutan aktivitas wisata. Untuk itu dibutuhkan kreativitas dari para pegiat wisata agar desa wisata mampu eksis dan berkembang.

Wisata itu harus diwujudkan bertahap atau sedikit demi sedikit, besok lagi ada apa dan dipromosikan dahulu untuk mengembangkan yang berikutnya.

Berbicara pariwisata harus ada kesan dan ketertarikan hingga kemudian muncul pertanyaan bakal ada apa lagi yang mau dikembangkan. “Selanjutnya dibangun dan difasilitasi oleh pemerintah provinsi yang kemudian ditangani oleh pegiat wisata di daerah masing- masing  melalui manajemen pariwisata,” ujar Gus Yasin.

Terkait dengan promosi, peran media dinilai Gus Yasin sangat strategis. Lewat tangan dingin mereka (wartawan-red.) dihasilkan karya jurnalistik yang bisa mendorong dan menginspirasi masyarakat untuk datang berkunjung ke destinasi wisata.

Di era digital saat ini, lebih banyak masyarakat yang browsing di Google, mencari referensi tulisan wisata dari karya kawan-kawan jurnalis ketimbang mengunjungi website pemerintah. “Itu karena memang dari para jurnalis ini mampu dihasilkan tulisan atau gambar dengan angle yang menarik,” kata Gus Yasin.

Karenanya, Gus Yasin berpesan ke pemangku kepentingan kepariwisataan untuk tidak gamang bersinergi dengan jurnalis dalam mempromosikan tempat wisata. Berkaca dari keberhasilan industri wisata di Jawa Timur ternyata karena ditopang dengan promosi yang kuat.

Jawa Tengah juga perlu belajar bagaimana Jawa Timur mempromosikan wisatanya. Seperti yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jateng yang menggelar Media Gathering di Kabupaten Magelang (19-20/8/2019).

Selama dua hari, sekitar 50 jurnalis berbagai media di Jawa Tengah diajak mengunjungi ke sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Magelang. Juga ada diskusi tentang upaya pengembangan wisata setempat di Omah Mbudur, di Dusun Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.   

Melalui diskusi ada masukan positif. Dengan mengajak langsung jurnalis ke desa wisata berbasis potensi lokal diharapkan jurnalis bisa merasakan sensasi dan suasana yang ada. “Diharapkan jurnalis bisa menghasilkan tulisan yang mampu membawa pembaca ke lokasi wisata,” kata Kepala Diskominfo Jateng, Riena Retnaningrum.

Pegiat wisata Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Soim, mengakui masih ada paradigma lama yang membuat desa wisata banyak menghadapi tantangan dalam eksistensi dan pengembangannya. Umumnya, mereka baru mau bergerak dan terlibat jika semuanya memang sudah berjalan dan hasilnya sudah di depan mata.

Artinya untuk memulai masih dibutuhkan edukasi dan pemahaman agar warga mau diberdayakan dalam mendukung pembangunan desa wisata. “Ketika sudah mau terlibat, tentu perlu dukungan inovasi dan kreativitas agar desa wisata tetap bertahan dan berkelanjutan,” kata Soim. []

Berita terkait
Pak Jokowi, Pariwisata Danau Toba Masih Autopilot
Pelaku pariwisata di Sumut menilai bahwa perkembangan pariwisata Sumut begitu lambat.
Lima Lokasi Wisata Mempesona di Bumi Papua
Ada beberapa tempat wisata alam menarik yang dapat kita kunjungi di Papua.
Wisatawan Malaysia Tercengang dengan Budaya Gunungkidul
Wisatawan Malaysia tercengang melihat kekompakan warga Gunungkidul dalam melestarikan Gunung Api Nglanggeran. Di sana ia menyantap kuliner khas.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.