Taliban Bikin Anak-anak Muda Afghanistan Sulit Adaptasi Kehidupan

Anak-anak muda Afghanistan di Ibu Kota Kabul mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di bawah pemerintahan Taliban
Samira, 9 tahun, dan Aminullah saling membantu dalam mengerjakan PR di panti asuhan di Kabul, Afghanistan, 10 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Jorge Silva)

Jakarta – Anak-anak muda Afghanistan di Ibu Kota Kabul mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di bawah pemerintahan Taliban. Banyak di antara mereka yang tidak lagi merasa aman mengenakan pakaian Barat atau bereksperimen dengan gaya rambut mereka.

Ahmad Fahim, 18 tahun, memiliki lemari pakaian yang penuh dengan jeans dan kaos, tetapi terpaksa harus mengenakan shalwar kameez, pakaian tradisional Afghanistan, ketika keluar rumah.

“Sebagian besar pakaian saya adalah jeans dan T-shirt dan saya tidak bisa memakainya lagi, jadi saya tidak punya pilihan selain membakarnya,” jelasnya.

Fahim adalah salah satu dari ratusan atau bahkan ribuan anak muda di Afghanistan yang tertekan dalam hal fesyen.

remaja afghanistanRemaja Afghanistan menikmati makanan ringan di Taman Chaman-e-Hozari di Kabul, Afghanistan, Jumat, 17 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AP Photo/Bernat Armangue)

Taliban kembali berkuasa setelah 20 tahun di kota yang berubah drastis itu. Para militan, yang dulunya hidup di wilayah-wilayah pegunungan Afghanistan yang terjal, kini adalah polisi di kota itu.

Tak lama setelah Taliban merebut ibu kota, video-video beredar di media sosial yang menunjukkan sejumlah petugas keamanan mempermalukan seorang pemuda yang mengenakan pakaian Barat.

Akibatnya, sekarang banyak anak muda terlihat mengenakan pakaian tradisional, tidak seperti beberapa bulan yang lalu.

Bilal Ahmad terjun dalam bisnis pakaian di Kabul selama 10 tahun terakhir. Ia mengatakan, ia kehilangan sebagian besar kliennya sejak Taliban kembali berkuasa. Sekarang, pelanggan yang datang ke tokonya hanyalah mereka perlu membeli pakaian tradisional untuk keperluan acara pernikahan.

Ahmad mengatakan, "Kami meminta pemerintah untuk membiarkan orang bebas hidup seperti yang mereka inginkan.”

Para pemilik usaha pangkas rambut pria juga merasakan perubahan drastis terkait permintaan gaya rambut pelanggan. Banyak pelanggan tidak meminta janggut mereka dicukur dan menghindari jenis potongan rambut moderen.

Pemangkasan jenggot telah dilarang di beberapa wilayah di negara itu.

Shir Ahmad, seorang pemangkas rambut, mengungkapkan, "Kebanyakan orang tidak mencukur jenggot mereka dengan gaya yang berbeda-beda karena mereka takut.”

salon cukur jenggot di afghanistanSalon tempat cukur jenggot di Kabul, Afghanistan, Selasa, 12 Januari 2021 (Foto: voaindonesia.com - AP Photo/Rahmat Gul)

Selama pemerintahan mereka sebelumnya di Afghanistan, Taliban memberlakukan interpretasi hukum Islam yang tegas.

Sejak kelompok itu mengambil kendali negara, dunia kini mengawasi Taliban untuk mengetahui apakah mereka akan kembali ke gaya pemerintahan mereka yang ketat, seperti yang berlaku pada akhir 1990-an (ab/ka)/voaindonesia.com. []

Warga Afghanistan Khawatir Nasib Perempuan di Tangan Taliban

Perempuan Afghanistan Tuntut Keterlibatan di Kabinet

Perempuan Afghanistan Gugat Taliban Atas Larangan Bekerja

Sejumlah Perempuan Afghanistan Laporkan Pelecehan Oleh Taliban

Berita terkait
Perempuan Afghanistan Unjuk Rasa Tuntut Hak Bekerja dan Sekolah
Puluhan perempuan kembali melangsungkan unjuk rasa di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, tuntut hak-hak mereka untuk bekerja dan memperoleh pendidikan
0
Pemerintah Bentuk Satgas Penanganan PMK pada Hewan Ternak
Pemerintah akan bentuk Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk menanggulangi PMK yang serang hewan ternak di Indonesia