Takdir Ma'ruf Amin Sang Kiai Jadi Wakil Presiden RI

Pria yang nyaris sepanjang waktu sarungan, identik kaum nahdliyin di desa, Kiai Maruf Amin, menghentak dunia dengan menjadi Wakil Presiden RI.
Ma\'ruf Amin. (Foto: Instagram/KH Ma\'ruf Amin)

Jakarta - Ma'ruf Amin, nama yang nyaris tak terdengar pada awal bursa capres-cawapres dalam pemilihan umum 2019. Pada menit terakhir, ia menjadi yang terpilih. Sempat sebelumnya nama Mahfud MD nyaring terdengar bakal jadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi dalam pemilihan presiden 2019. Ternyata Jokowi memilih sang Kiai Ma'ruf Amin. 

Pria yang nyaris sepanjang waktu memakai busana khas, sarungan, ini pada Minggu, 20 Oktober 2019 dilantik sebagai Wakil Presiden RI 2019-2024.

"Kami percaya Pak Ma'ruf Amin, apalagi beliau adalah orang Jakarta, pernah menjadi anggota DPRD di Jakarta, dan sangat memahami soal-soal Jakarta," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seperti diberitakan Antara, Minggu, 20 Oktober 2019.

Anies mengatakan Ma'ruf Amin akan cepat beradaptasi dengan tugasnya sebagai Wakil Presiden.

"Saya doakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin selalu diberikan kesehatan untuk bisa menjalankan amanat ini sebaik-baiknya," tutur Anies.

Sosok kepala negara tidak akan bisa memimpin sebuah negara seorang diri. Sepintar dan sehebat apa pun, seorang presiden membutuhkan sosok wakil untuk membantu pekerjaan dan mendukungnya atas segala kinerja dan kebijakan yang ditetapkan. 

Di balik sosok hebat seorang kepala negara, terdapat banyak bantuan dari sosok hebat pula di belakangnya yaitu sang wakil. Begitulah Presiden RI terpilih masa bakti 2019-2024, Joko Widodo yang akan di-support oleh wakil presiden terpilih, Ma’ruf Amin. 

Pada 20 Oktober 2019, wakil presiden terpilih ini resmi dilantik sebagai Wakil Presiden RI periode 2019-2024 dan memulai tugas untuk selalu membantu Presiden Jokowi dalam memajukan Indonesia.

Sebagai tokoh ulama Indonesia, Ma’ruf Amin yang akrab disapa Abah Amin di lingkungan sekitarnya memiliki pengalaman legislatif selama 28 tahun terhitung sejak 1971 hingga 1999. 

Kami percaya Pak Ma'ruf Amin.

Jokowi-Ma\\\\\\\\\'rufPresiden Joko Widodo (kanan) dan Wakil Presiden Ma\'ruf Amin (kiri) seusai pelantikan di Kompleks Parlemen, Jakarta. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Berikut kilas balik sang tokoh ulama yang menjadi wakil presiden terpilih ini.

Lingkungan dan Pendidikan

Kiai Haji Ma’ruf Amin lahir di Kota Tangerang, Banten, 11 Maret 1943. Ia adalah tokoh ulama nasional terkemuka yang telah terjun di berbagai organisasi hingga menjadi politisi. Sebagai tokoh ulama Indonesia, ia telah aktif di Nahdlatul Ulama sejak lama. 

Ma’ruf adalah keturunan orang terpandang, terkemuka. Ia cicit Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, seorang ulama besar nasional. Syekh Muhammad Nawawi pernah menjadi seorang Imam Besar Masjidil Haram hingga menulis beberapa kitab. Ia juga merupakan ulama Banten yang tersohor dan guru para pendiri sejumlah organisasi Islam di Indonesia, termasuk NU.

Ma’ruf Amin menikah dengan Siti Huriyah sebagai istri pertama pada 26 Mei 1964. Siti Huriyah wafat pada 22 Oktober 2013 di Rumah Sakit Premier Jatinegara karena penyakit Lever. Dengan Huriyah, pasangan ini dikaruniai delapan anak, yaitu Siti Marifah, Siti Mamduhah, Siti Najihah, Siti Nur Azizah, Ahmad Syauqi, Ahmad Muayyad, Siti Hannah, dan Siti Hanitunnisa.

Kedelapan anak tersebut yang telah tumbuh dewasa mendorong sang ayah untuk menikah lagi agar memiliki teman hidup. Hingga akhirnya pada 31 Mei 2014, Ma’ruf menikahi seorang perawat gigi di sebuah puskesmas di Jakarta, Wury Estu Handayani. Sang istri sudah memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya

Masa muda Ketua Majelas Ulama Indonesia (MUI) ini dihabiskan dengan mendalami ilmu agama dan besar di lingkungan yang sangat agamis. Ia tumbuh dalam lingkungan pesantren sehingga menjadikannya seorang ulama nasional berpengaruh di Indonesia. Pada 1955, Ma’ruf Amin menamatkan Sekolah Rakyat (SR), sebutan untuk pendidikan formal setara Sekolah Dasar (SD) pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Ia mengenyam pendidikan sekolah rakyat di Sekolah Rakyat Kresek dan Madrasah Ibtidaiyah.

Ma’ruf Amin melanjutkan pendidikan formal ke jenjang Tsanawiyah dan Aliyah di tempat yang sama, yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pesantren Tebuireng, Jombang. Ia menyelesaikan pendidikan formal pada 1958 untuk tingkat Tsanawiyah dan pada 1961 untuk tingkat Aliyah. 

Setelah lulus Aliyah, Ma’ruf tidak langsung melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Ia memilih mempelajari lebih dalam agama Islam dengan belajar di pesantren daerah Banten hingga 1963.

Setelah mengenyam dan mendalami ilmu agama di pesantren Banten, pria dengan ciri khas sarung ini melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Ma’ruf menekuni studi lanjutan di Fakultas Ushuludin Universitas Ibnu Chaldun, Bogor.

Poster Jokowi-Ma\\\\\\\\\'rufPedagang menata poster Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma\'ruf Amin yang dijajakan di jalan KH Ahmad Dahlan, Banda Aceh, Aceh, Minggu, 20 Oktober 2019. Foto: Antara/Irwansyah Putra)

Kiprah Karier Sang Ulama

KH Ma’ruf Amin mengawali debut karier dengan mengajar di sekolah daerah Jakarta Utara. Ia menjadi guru kurang lebih selama enam tahun, terhitung sejak 1964 hingga 1970. Tidak hanya menjadi guru, pada kurun waktu tersebut sang kiai juga giat menjadi pendakwah. 

Tidak puas hanya menjadi seorang guru di sekolah, ia melanjutkan kiprah sebagai dosen di Fakultas Tarbiyah Universitas Nahdlatul Ulama (Unnu) pada 1968. Perjalanan karier di bidang pendidikan mencapai puncak ketika Ma’ruf menjabat Direktur dan Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan dan Yayasan Al-Jihad pada 1976.

Tak hanya sibuk dengan karier, Ma'ruf juga giat dalam berorganisasi. Ia aktif dalam organisasi di Nahdlatul Ulama. Bahkan ketika aktif di NU, ia dipercaya sebagai Ketua Ansor Jakarta pada 1964 hingga 1966. Tidak berhenti sampai di situ, Ma’ruf juga terpilih menjadi pengurus Lembaga Da’wah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta.

Sang ulama memiliki jejak karier cukup panjang dengan keaktifan organisasi yang cukup padat. Ketua MUI ini merupakan tokoh senior di Majelis Ulama Indonesia di mana ia telah berkecimpung sejak lama di lembaga ini. Jabatannya sudah menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat pada 1996. Pimpinan Pondok Pesantren Syeikh Nawawi ini juga tengah menjabat sebagai Ketua MUI bersamaan dengan jabatannya sebagai Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024.

Tidak sebatas organisasi dan pengalaman bidang keagamaan, Ma’ruf Amin juga memiliki pengalaman di jabatan publik. Tercatat sejak 1971 hingga 1973, ia menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari utusan golongan. Ia memiliki pengalaman salama 7 tahun sebagai anggota Dewan Presiden sejak 2007 hingga 2014.

Maruf AminWakil Presiden terpilih Ma’ruf Amin (tengah) memimpin doa bersama didampingi istri Wuri Estu Handayani Ma’ruf Amin (ketiga kanan) beserta keluarga sebelum mengikuti upacara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 di Jakarta, Minggu, 20 Oktober 2019. (Foto: Antara/Nova Wahyudi)

Kiprah karier lain, Ma’ruf Amin menjadi anggota Badan Pertimbangan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama dengan jajarannya seperti Try Sutrisno, Ahmad Syafii Maarif, Said Aqil Siradj, Mahfud MD, Sudhamek, Andreas Angguru Yewangoe, dan Wisnu Bawa Tenaya.

BPIP bertugas membantu presiden merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara berkelanjutan. BPIP sendiri diketuai oleh presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.

Pada pemilihan presiden 2019 untuk masa bakti 2019-2024, Jokowi menggandeng Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden. Saat pengumuman calon wakil oleh sang presiden, pernyataan tersebut tak disangka banyak orang karena inisial M yang disebut oleh Jokowi dahulu diprediksi masyarakat mengarah kepada sosok Mahfud MD. Namun, pernyataan Jokowi secara langsung menyebutkna bahwa M yang dimaksud ialah Ma’ruf Amin.

Kini, di tengah jabatannya sebagai ketua MUI dan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ma’ruf Amin menyandang jabatan sebagai orang nomor dua di Indonesia, yaitu Wakil Presiden. Rais Aam sendiri merupakan jabatan ketua umum lain pada organisasi keagamaan, NU. Nahdlatul Ulama memang bisa dibilang agak berbeda dalam hal struktur organisasi. Dalam hal ketua umum, NU memiiki dua jabatan ketua umum ditambah dengan hadirnya Rais Aam. Kini jabatan Rais Aam diduduki Ma’ruf Amin, sedangkan ketua umum diisi Said Aqil Siradj.

Dengan dilantiknya sang ulama, Ma’ruf Amin menjadi wakil presiden terpilih dari presiden Jokowi untuk masa bakti 2019-2024 akan turut membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia serta membuat lembara baru pemerintahan NKRI

Presiden dan Wakil Presiden masa jabatan 2019-2024, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, dilantik oleh MPR RI pada Minggu sore, 20 Oktober 2019.

Komisi Pemilihan Umum menetapkan pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih periode 2019-2024 dengan jumlah suara 85.607.362 atau 55,50 persen. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga meraih suara sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen.

Pada hari kerja pertama sebagai Wakil Presiden, Ma’ruf Amin akan melakukan kunjungan kerja ke Tokyo, Jepang, Senin, 21 Oktober 2019, mewakili Presiden Jokowi dalam menghadiri acara Penobatan Kaisar Jepang Naruhito. Ma’ruf Amin dijadwalkan kembali lagi ke Jakarta pada Selasa, 22 Oktober 2019.

Ma’ruf Amin merupakan Wakil Presiden ke-12 RI yang akan menjabat selama periode 2019-2024 mendampingi Presiden Jokowi. []

(Revy Putra Andaryanto)

Baca juga:

Berita terkait
Jamrud Geber Nonton Bareng Pelantikan Jokowi-Ma'ruf
Grup musik Jamrud mewarnai momen nonton bareng (nobar) pelantikan presiden dan wakil presiden Jokowi-Maruf.
Krisdayanti Tampil Cantik di Pelantikan Presiden Jokowi
Krisdayanti tampil cantik dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi dan Maruf Amin.
Arti Pepatah Bugis Dalam Pidato Pelantikan Jokowi
Presiden Jokowi menutup pidato pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih 2019-2024 dengan pepatah adat Bugis. Apa artinya?
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.