Survei Kemenkes: Aceh Paling Tinggi Menolak Vaksin Corona

Survei Kemenkes bersama ITAGI mengungkapkan Aceh paling tinggi menolak vaksin corona, Papua paling rendah.
Ilustrasi ampul vaksin corona. (Foto:Reuters)

Jakarta - Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan dukungan dari Unicef dan WHO mengungkapkan, mayoritas masyarakat Indonesia menerima bila disuntik vaksin virus corona. Namun, respons survei ini berbeda-beda di tiap daerah di Tanah Air.

Dari segi geografis, hasil survei memaparkan Provinsi Papua melaporkan tingkat penerimaan vaksin paling tinggi dengan 75 persen, kemudian diikuti Jawa dan Kalimantan.

Provinsi Aceh memiliki tingkat penerimaan terendah dengan 46 persen. Selain Aceh, daerah dengan penerimaan terendah terdapat di Pulau Sumatera, Sulawesi, dan Maluku.

"Survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah mendengar tentang vaksin Covid-19 dan bersedia menerimanya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi melalui keterangan tertulis, Selasa 17 November 2020.

Vaksin virus coronaIlustrasi vaksin virus corona. (Foto: Getty Images/iStockphoto/kiattisakch)

Survei ini digelar pada 19-30 September 2020 dengan tujuan untuk memahami pandangan, persepsi, serta perhatian masyarakat tentang vaksinasi Covid-19

Pada pelaksanannya, survei tersebut mengumpulkan tanggapan lebih dari 115.000 orang, dari 34 provinsi yang mencakup 508 kabupaten/kota atau 99 persen dari seluruh kabupaten/kota.

Sangat penting bagi kami untuk terus memastikan bahwa vaksin tersebut aman.

Hasil survei menunjukkan bahwa tiga perempat responden menyatakan telah mendengar tentang vaksin Covid-19, dan dua pertiga responden menyatakan bersedia menerima vaksin Covid-19.

Namun demikian, tingkat penerimaan berbeda-beda di setiap provinsi, hal ini dilatar belakangi oleh status ekonomi, keyakinan agama, status pendidikan serta wilayah.

Pada kelompok masyarakat dengan informasi yang lebih banyak seputar vaksin misalnya, mereka cenderung akan menerima pemberian vaksin Covid-19.

Suntik VaksinIlustrasi disuntik vaksin atau vaksinasi. (Foto: Pixabay)

Hal yang sama juga terjadi pada responden dengan kepemilikan asuransi kesehatan, sebagian besar dari mereka lebih mungkin menerima vaksin Covid-19. Ini menegaskan bahwa saat ini masih dibutuhkan informasi yang akurat tentang vaksin Covid-19.

Hasil survei juga menunjukkan adanya kelompok yang ragu dan sebagian kecil yang menolak. Dari tujuh persen responden yang menolak, menyebutkan faktor keamanan, efektivitas, serta kehalalan vaksin sebagai faktor pertimbangan mereka.

Oscar menuturkan, saat ini pemerintah tengah memastikan aspek keamanan dan kehalalan vaksin dari para produsen vaksin Covid-19. Tim Gabungan yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga telah dikirim ke negara produsen untuk memastikan aspek tersebut.

"Sangat penting bagi kami untuk terus memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Kami juga melibatkan petugas kesehatan dan membangun kapasitas mereka, karena petugas kesehatan adalah sumber informasi paling terpercaya di masyarakat," ujar Oscar.

Berita terkait
Rincian 107 Juta Orang Indonesia Bakal Diinjek Vaksin Corona
Menkes Terawan berikan rincian injeksi vaksin virus corona untuk masyarakat Indonesia.
Kenapa Vaksin Corona Bisa Dibuat Cepat? Ini Penjelasan Ahli
Masih banyak kalangan meragukan proses pengembangan vaksin virus corona atau Covid-19 yang dianggap terlalu cepat.
Biaya Pengobatan Pasien Corona Bisa Rp 600 Juta per Orang
Biaya pengobatan pasien terpapar virus corona atau Covid-19 bisa tembus Rp 600 juta per orang.