Survei Dian Sastro Menteri, Pengamat: Murni Atau Pesanan?

Apakah survei ASI yang mengungkap sejumlah tokoh, salah satunya Dian Sastro berpotensi jadi menteri survei murni atau pesanan?
Aktris Dian Sastro. (Foto: Instagram/therealdisastr)

Jakarta - Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta Ujang Komarudin mempertanyakan keabsahan survei dari Arus Survei Indonesia (ASI). Ujang mempertanyakan apakah survei ASI yang mengungkap sejumlah tokoh, salah satunya Dian Sastro berpotensi jadi menteri merupakan survei murni atau survei pesanan.

"Saya tidak tahu itu, yang jadi pertanyaan saya itu benar survei yang dilakukan untuk mengukur suara atau perwakilan masyarakat milenial, atau malah merupakan survei pesanan. Kalau pesanan kan itu bahaya, masyarakat bisa percaya begitu saya dan tergiring akan hasil survei jadi harus dicek dulu survei apa itu, cek juga track record dari surveinya," kata Ujang kepada Tagar, Minggu, 28 Juli 2019.

Surveinya itu dari mana, harus dicari tahu dulu, jangan percaya begitu saja.

Keraguan dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini berawal dari munculnya 20 nama calon menteri milenial berdasarkan pilihan masyarakat. Jika sebagian nama yang muncul tidak memiliki prestasi, menurut Ujang hal itu patut dipertanyakan.

"Surveinya itu dari mana, harus dicari tahu dulu, jangan percaya begitu saja. Itu juga kan hanya anggapan sebagaian masyarakat, bukan mewakili suara seluruh kaum milenial," ujar dia.

Nadiem MakarimNadiem Makarim (Foto: Facebook Nadiem Makarim).

Sebelumnya, ASI menyebutkan hasil dari surveinya yaitu terdapat sejumlah figur milenial yang layak menjadi Menteri. Survei ASI dimulai pada 26-12 Maret 2019 dengan menggunakan metode uji kelayakan berdasrakan 3 tingkatan.

Tingakatan itu meliputi meta-analisis, forum group discussion dan penilaian para pakar. Pengambilan sample sendiri dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Pihak ASI juga menjelaskan, terdapat 110 pakar yang menjadi juri dalam penelitian tersebut. Dari 32 figur yang dimunculkan, ASI memilih kembalu hingga tersisa 20 nama. Ke-20 nama itu di antaranya:

1. Emil Dardak (79,66%)

2. Nadiem Makarim (78,88%)

3. Achmad Zaky (73,76%)

4. Witjaksono (71,78%)

5. Inayah Wahid (70,58%)

6. Dian Sastrowardoyo (70,36%)

7. Ferry Unardi (68,28%)

8. Gibran Rakabuming (65,34%)

Kaesang dan GibranKaesang Pangarep (kiri) bersama Gibran Rakabuming usai meresmikan cabang ke enam kedai kopi "Ternakopi" di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (18/5/2019). (Foto: Antara/Lia Wanadriani Santosa)

9. Wiliam Tanuwijaya (64,12%)

10. Sunanto (59,80%).

10 nama di atas merupakan perwakilan dari profesional. Kemudian, 10 nama lainnya yang berlatar belakang dunia politik, di antaranya yaitu :

1. Agus Harimurthi Yudhoyono (70,06%)

2. Grace Natalie (68,62%)

3. Taj Yasin Maimoen (68,51%)

4. Diaz Hendropriyono (64,36%)

5. Lukmanul Hakim (61,11%)

6. Prananda Paloh (60,91%)

7. Arwani Syaerozi (58,78%)

8. Ahmad Hanafi (56,76%)

9. Rahayu Saraswati (54,54%)

10. Angela Herliani Tanoesoedibjo (52,54%).

Menurut Ujang, sosok milenial yang bisa menduduki jabatan menteri bukan saja hanya memiliki kriteria muda dan memiliki nama besar. Pria berdarah Sunda ini menuturkan bahwa menteri milenial harus mempunyai rekam jejak yang unggul dan prestasi di bidang tertentu.

Baca juga: 

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.