Tangerang - Perusahaan maskapai penerbangan Lion Air menyediakan fasilitas pembuatan surat rapid test Covid-19 sebagai salah satu syarat untuk masyarakat yang hendak melaksanakan perjalanan udara.
Namun demikian, sejumlah syarat yang dikeluarkan oleh Lion Air, dinilai hanya sebatas formalitas untuk menyelimuti bentuk komersialisasi terhadap pembuatan surat rapid test sebagai langkah pemulihan ekonomi di masa pandemi virus Corona.
Ada pengembalian untuk reschedule atau refund
Pengamat politik Adib Miftahul mengatakan, pihak Lion Air sudah terbalik dalam memberikan proses pembuatan surat rapid test. Idealnya, sebelum melakukan perjalanan udara atau bahkan sebelum penumpang melakukan transaksi pemesanan tiket, pastikan terlebih dahulu penumpangnya sudah memiliki surat rapid test.
Sederhananya, kata adib, penumpang bisa membeli tiket pesawat jika sudah mengantungi surat rapid test, bukan sebaliknya.
"Tapi ini kan engga. Malah penumpang dipaksa dulu untuk membeli tiket, baru kemudian bisa mengikuti test rapid dan mendapat surat rekomendasi perjalanan udara," kata Adib kepada Tagar, Sabtu, 25 Juli 2020.
Adib mengatakan, hal ini menjadi komersialisasi alias kepentingan bisnis yang dilakukan oleh Lion Air. Sehingga, kata dia, menimbulkan pertanyaan besar dari publik.
"Bagaimana dengan orang yang sudah beli tiket namun hasilnya reaktif atau positif ? Bagaimana proses refund atau pengembalian uang tiket tersebut ? Mekanisme ini juga harus dijelaskan ke publik," ujar Adib.
Dengan proses seperti itu, kata dia, justru validitas rapid test cenderung dikhawatirkan. Bisa diduga terjadi pembohongan terhadap publik.
"Persentase kemurnian hasil tesnya bagaimana ? Ada gak selama mengadakan rapid test, terdapat orang-orang yang reaktif dan berapa orang yang di refund uang pembelian tiketnya ? Informasi ini minim sekali, karena jelas sudah terikat oleh kepentingan bisnis (pembelian tiket pesawat)," ucapnya.
Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihak Lion Air memiliki langkah antisipasi jika memang ditemukan adanya penumpang yang reaktif Covid-19. Meskipun ia tidak menyebutkan sudah ada atau belumnya penumpang yang kedapatan reaktif saat mengikuti rapid test.
"Apabila ada penumpang yang reaktif, maka akan diberikan rujukan sebagai rekomendasi dalam hal kesehatan. Sebagaimana protokol kesehatan yang diterapkan," ujarnya saat dikonfirmasi oleh Tagar melalui sambungan WhatsApp, Sabtu, 25 Juli 2020.
Kalaupun memang ada penumpang Lion Air yang reaktif, Danang menegaskan sedikitnya ada 2 opsi yang akan diberikan, tentunya dengan melihat kondisi dan rujukan protokol kesehatan.
"Ada pengembalian untuk reschedule atau refund," ujar Danang.
Proses pembuatan rapid test itu juga dikeluhkan oleh salah satu penumpang yang bersedia diwawancarai, NH (37). Awalnya ia datang ke kantor Lion Air yang berada di jalan Marsekal, Selapajang, Kota Tangerang untuk membuat surat rapid test. Namun di tolak karena tidak memiliki tiket.
"Informasi yang saya dapat, di sini ada fasilitas pembuatan surat rapid test, tapi saya gak tahu kalau syaratnya harus punya tiket pesawat dulu," kata NH.
Kondisi itu memaksa NH untuk bertolak dari kantor Lion Air dan melakukan transaksi pembelian tiket yang dibayangi dengan hasil test rapid setelahnya.
"Virus Covid ini kan tidak terlihat wujudnya, saya kira wajar saja kalau kita cemas karena dipaksa untuk membeli tiket terlebih dahulu," ucapnya.
Diketahui, dalam penyediaan jasa pembuatan surat rapid test, Lion Air bekerjasama dengan yayasa Dompet Dhuafa. Harga test rapid berikut suratnya yakni sebesar 95 ribu rupiah. []
