Yogyakarta - Angin yang bertiup dari selatan lalu masuk ke Yogyakarta dipastikan tidak bisa keluar. Sebab, wilayah Yogyakarta dikelilingi oleh pegunungan, yaitu di barat ada Menoreh, di utara ada Merapi dan Merbabu, dan di Gunungkidul ada pegunungan Sewu.
Efek dari angin yang terjebak di Yogyakarta ialah anginnya akan berputar. Sehingga jika angin itu melewati pohon, maka pohon akan tumbang.
"Tidak hanya pohonnya yang tumbang tapi akarnya juga ikut tercabut karena anginnya muter (berputar)," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pada Kamis, 22 Oktober 2020.
Baca Juga:
Sri Sultan mencontohkan, tanaman tebu yang ada di Madukismo apabila tersapu angin jatuhnya tidak akan satu arah. Namun tanaman tebu akan jatuh secara tidak beraturan. "Pasti jatuhnya bosah baseh (acak-acakan) sebab anginnya berputar," katanya.
Ihwal adanya anomali iklim La Nina, menurutnya, pihak-pihak terkait untuk menebang pohon yang sudah tinggi. Untuk pohon yang sudah tua bisa dikontrol. Selain itu, warga Yogyakarta juga diimbau untuk menebang pohonnya yang tinggi. "Inisiatif ditebang sendiri," imbuhnya.
Pasti jatuhnya bosah baseh (acak-acakan) sebab anginnya berputar.
Terpisah, Sekretaris Pusat Studi Bencana UGM Yogyakarta, Andung Bayu menyebut La-Nina menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun yang mendorong pembentukkan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Korelasi antara curah-hujan dan Southern Oscillation Index tertinggi ini terjadi pada Bulan September-November.
Artinya curah hujan pada bulan-bulan tersebut akan lebih tinggi daripada kondisi normal. “Sementara Bulan Desember-Februari yang merupakan puncak musim penghujan, curah hujan akan tetap tinggi meskipun korelasinya dengan Southern Oscillation Index lebih rendah," ujarnya.
Akibat tingginya curah hujan ini, bencana yang sering terjadi adalah banjir dan longsor. Banjir ini terjadi akibat simpanan permukaan (surface storage) tidak mampu menampung air hujan yang lebih tinggi dari pada biasanya.
Baca Juga:
Sementara longsor terutama disebabkan oleh peningkatan beban tanah yang semakin berat akibat terisi oleh air hujan yang meresap ke dalam tanah. Oleh karena itu, hal-hal yang harus dipersiapkan adalah antisipasi kejadian banjir dan longsor.
“Jika hujan deras terus-menerus terjadi pada daerah rawan banjir masyarakat harus waspada. Demikian juga jika muncul retakan-retakan di tebing yang merupakan tanda-tanda akan longsor," paparnya.
Ia menegaskan pemerintah daerah, terutama melalui BPBD, harus siap siaga dalam menangani bencana banjir dan longsor. Hal ini dapat dilakukan dengan monitoring curah hujan dan debit sungai, serta penyiapan sarana Early Warning System (EWS).