Suara Golkar di Gowa Anjlok, Hanya Dapat Tiga Kursi

Suara Partai Golkar di Kabupaten Gowa anjlok, dari sebelumnya 9 kursi, kini hanya 3 kursi, berikut penuturan kadernya
Salah satu kader Partai Golkar yang tengah berjuang di Dapil II Gowa. (Foto: Tagar/Afrilian Cahaya Putri)
Gowa - Raihan suara partai Golongan Karya (Golkar) di Kabupaten Gowa pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 anjlok. Pasalnya, dari sembilan kursi, kemungkinan hanya bisa mendapatkan tiga kursi saja.

Sehingga bisa dikatakan Partai dengan lambang beringin ini mengalami keterpurukan, bahkan sejumlah kader pun turut pasrah. 

Salah satu kader Golkar yang tengah berjuang di Dapil II meliputi Kecamatan Bontomarannu, Pattallassang, Manuju dan Parangloe, Ismail M Said menyebutkan, hasil Pemilu tahun ini menjadi bahan introspeksi untuk segera melakukan revitalisasi dan pembenahan struktur kepengurusan internal.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPRD Gowa ini ada banyak faktor yang membuat Golkar ambruk di Pemilu 2019 ini.

"Banyak faktor yang mempengaruhi terpuruknya perolehan kursi di DPRD Gowa yang sebelumnya 9 kursi dan sekarang pun hanya bisa diestimasi bakal kebagian 3 kursi saja. Itupun baru 1 kursi yang hampir pasti, yakni di Dapil IV yang diraih Baharuddin Emba," jelas Ismail. Jumat 10 Mei 2019.

Ismail yang saat ini duduk sebagai legislator fraksi Golkar hasil Pergantian Antar Waktu (PAW) ini mengungkapkan, jika salah satu faktor tersebut tentu dari proses perekrutan Caleg Golkar itu sendiri. Selain itu tidak harmonisnya sinergitas antara DPD II Partai Golkar Gowa dengan eksekutif saat ini.

"Ini merupakan satu tamparan bagi Partai Golkar. Hoist Bachtiar dan Asrullah mesti bertanggung jawab secara moril, paling tidak legowo lah mundur sebagai Plt ketua dan Plt sekretaris tanpa menunggu lagi Musda karena kegagalan dalam menahkodai Partai Golkar Gowa bukan hanya kali ini tapi juga ketika mengawal Pilgub 2018 yang lalu," tuturnya. 

"Bukan hanya itu, tapi terlebih lagi pengurus internal dan jajaran tingkat kecamatan tidak lagi sinkron sehubungan banyaknya kebijakan yang dikeluarkan DPD Partai Golkar Gowa yang tidak sesuai AD/ART, baik itu pergeseran posisi pengurus maupun pergantian ketua kecamatan," sambung Ismail.

Dengan begitu, Ismail dengan lantang mengatakan jika ini menjadi peringatan kepada DPD II Partai Golkar Sulsel untuk segera mengambil kebijakan demi menjaga marwah Partai Golkar sendiri.

Bisa jadi kata Ismail, para kader mengundurkan diri jika petinggi DPD tidak lakukan pembenahan yang lebih baik.

"Dalam waktu dekat ini sebagai kader kami akan melakukan langkah-langkah selanjutnya apabila tidak ada tindakan dari DPD Partai Golkar Sulsel," demikian Ismail. []

Baca juga:
Berita terkait