Jakarta - Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM) menilai tindakan Kepolisian Sektor (Polres) Jakarta Barat (Jakbar) yang menangkap dan menahan Lucinta Luna atau Ayluna Putri justru kontradiktif dengan upaya mendukung pemulihan seorang pemakai narkoba.
Menurut LBHM tindakan tersebut menambah panjang catatan masalah pendekatan kepolisian yang punitif dalam menangani pemakai narkotika.
"Persoalan pemakaian narkotika seharusnya menggunakan kacamata kesehatan, bukan hukum pidana," ujar Ricky Gunawan dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar, Sabtu, 15 Februari 2020.
Berdasarkan pengakuan, Lucinta Luna menggunakan zat psikotropika untuk menghilangkan depresi dan mengontrol emosi. Apalagi, Lucinta Luna mengaku ada indikasi bahwa dia berkali-kali mencoba bunuh diri, yang menurut LBHM sebuah kondisi kesehatan jiwa yang tidak dapat dianggap remeh.
"Dengan latar belakang pemakaian narkotika/psikotropika dan riwayat kondisi kejiwaannya, Lucinta Luna seharusnya disediakan dukungan kesehatan dan psikososial, bukan penanganan yang punitif. Penangkapan/penahanan terhadap Lucinta Luna juga bersifat eksesif," tuturnya.
Menurut LBHM sejak awal Polres Jakbar harusnya dapat melibatkan tenaga kesehatan, seperti psikiater atau psikolog dan segera mendiversi Lucinta Luna ke fasilitas layanan kesehatan.
Pengalihan jalur dari pidana ke kesehatan ini menurut dia, bertujuan agar Lucinta Luna tetap dapat melanjutkan akses kesehatannya, baik untuk perkara pemakaian narkotikanya maupun kesehatan jiwanya.
"Tidak bisa dipungkiri, penangkapan/penahanan yang menyasar selebriti seperti Lucinta Luna tentu saja akan mengundang pemberitaan media yang sensasional dan mengusik privasi yang bersangkutan," kata dia.
Apa yang Dicari Polisi?
LBHM mempertanyakan apa yang dicari dari Polres Jakbar dengan menangkap Lucinta Luna. Karena Polres Jakbar menurutnya semakin merunyamkan situasi dengan membeberkan fakta yang sama sekali tidak berkaitan dengan pokok perkara, seperti identitas pasangan Lucinta Luna.
"Frasa-frasa yang media gunakan juga semakin mengaburkan pokok permasalahan di kasus Lucinta Luna," ucap dia.
Apalagi, menurut pandangan dia pemberitaan-pemberitaan media bersifat menggemparkan dan memojokkan identitas perempuan yang dipilih oleh Lucinta Luna. Jadi, malah menambah perundungan (bullying) kepada kelompok transgender yang sudah terstigma di masyarakat.
"Beberan fakta di atas menunjukkan bahwa pendekatan pidana yang kepolisian gunakan hanya memperkeruh stigma terhadap pengguna narkotika, orang yang memiliki masalah kejiwaan, dan kelompok transgender," kata Ricky.
Ia menilai polisi telah memukul rata para pengguna narkotika yang sebenarnya memiliki beragam latar belakang menjadi hanya satu identitas, yakni sebagai penjahat.
Atas kejadian tersebut, LBHM menuntut beberapa hal, yakni sebagai berikut.
- LBHM mendesak Polres Jakbar untuk mengubah pendekatan hukum pidana dalam kasus Lucinta Luna dan tersangka-tersangka lain yang memiliki permasalahan serupa menjadi pendekatan kesehatan.
- Sudah waktunya kepolisian menghentikan penggunaan cara-cara yang punitif dalam mengatasi permasalahan pemakaian narkotika, dan mengedepankan pendekatan kesehatan yang humanis. Penangkapan/penahanan terhadap pemakai narkotika hanya akan membuat mereka enggan mengakses layanan kesehatan yang mungkin mereka butuhkan. Energi dan sumber daya kepolisian sepatutnya diarahkan untuk membongkar sindikat peredaran gelap narkotika, daripada mengincar pemakai narkotika.
- LBHM juga meminta kepada rekan-rekan media untuk menghentikan reportase yang bombastis terkait kasus Lucinta Luna dan mengedukasi publik melalui pemberitaan yang proporsional dan objektif. []
