Special Perception, Spirit Borobudur 8 Seniman Bali

Delapan seniman Bali menggelar pameran di kawasan Borobudur. Borobudur jadi daya tarik bagi mereka untuk gelar Special Perception.
Sejumlah pengunjung menikmati lukisan seniman Bali yang digelar di kawasan Borobudur. Special Perception digelar di Limanjawi Art House, 19 Januari hingga 12 Februari 2020. (Foto: Tagar/Ambar)

Magelang - Borobudur merupakan salah satu tempat yang kerap dipilih oleh para seniman lukis untuk memamerkan hasil karya mereka. Seperti yang dilakukan oleh delapan orang seniman asal Bali dalam pameran seni bertajuk Special Perception.

"Borobudur memiliki spirit tersendiri sebagai salah satu warisan budaya dunia. Dan kesenian sangat dekat dengan kebudayaan, maka hal ini menjadi salah satu apresiasi para seniman yang cinta kebudayaan," kata kurator I Made Susanto Dwi Tanaya, di sela pembukaan pameran, Minggu, 19 Januari 2020. 

Special Perception digelar di Galeri Limanjawi Art House, kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, selama hampir sebulan, mulai 19 Januari hingga 12 Februari 2020. 

Borobudur memiliki spirit tersendiri sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Kedelapan pelukis asal Bali, yakni Dewa Made Mustika, Dewa Made Johana, Ida Bagus Komang Sindu Putra, I Gusti Agung Bagus Ari Marutha, Made Gede Putra, I Nyoman Arisana, Putu Sastra Wibawa dan Widhi Kartiya Semadi. Mereka memamerkan sebanyak 35 karya, baik lukisan, patung maupun instalasi. 

Susanto menyebutkan, seniman lukis memiliki cara tersendiri dalam menunjukkan persepsinya tentang suatu hal. "Mereka menunjukkan persepsi tentang suatu hal melalui karya visual yang berbeda-beda karena cara pandang yang juga berbeda," katanya. 

Seniman Dewa Made Mustika misalnya, mengangkat soal alam. "Dia melakukan pendekatan secara simbolik, misal berbicara tentang senja, ia menganalogikan dengan alunan musik seperti seruling. Dalam lukisannya ada seorang perempuan menari dan laki-laki meniup seruling," terangnya.

Kemudian ada perupa lain yang memotret tentang memori, memotret kebudayaan tentang Bali di masa kolonial. Juga ada pelukis yang mengangkat tentang tradisi Bali, seperti gotong royong.

Sementara itu, pemilik Galeri Limanjawi Art, Umar Chusaeni mengatakan, Borobudur menjadi salah satu tempat yang dilihat di mata seniman sebagai pusat seni dan budaya.

"Para seniman asal Bali ini sangat antusias untuk menunjukkan karya mereka, yang bisa di apresiasi oleh masyarakat Magelang, Jawa Tengah dan sekitarnya," kata Umar.

Ditambahkan, ada kekuatan spiritual antara Bali yang merupakan Pulau Dewata dan Borobudur yang merupakan peninggalan umat Buddha. Hal itu menjadi kekuatan atau keinginan untuk selalu bersinergi.

"Seniman Bali meski berkarya dengan dunia modern yang ada di dalam seni kontemporer, namun mereka tidak meninggalkan nilai tradisi. Selalu muncul karya mereka yang mengangkat nilai tradisi Bali," imbuh dia. []

(Solikhah Ambar)

Baca juga: 

Berita terkait
Tradisi Warga Tionghoa Sambut Imlek di Magelang
Warga etnis Tionghoa di Magelang mempunyai tradisi rutin sambut Tahun Baru Imlek.
Ketika Pengalaman Batin Perempuan Diinterkasikan Melalui Karya Seni Lukis
Pameran tersebut memiliki tema yang beragam baik secara dekoratif, realis, pengejawantahan budaya, semangat berkomunikasi dan sosialisasi dalam keluarga.
Pesta Kesenian Bali, Joged Bumbung "Gita Semara" Pukau Penonton
Pesta Kesenian Bali, Joged Bumbung "Gita Semara" pukau penonton. Penampilan Sekaa diawali dengan garapan berjudul "Makurena", yang memiliki filosofi "Maku" (berbagi) dan "Rena" (cinta kasih). Pada masa inilah manusia belajar berbagi kasih demi tercipta harmonisasi.
0
KTT G7 di Jerman Pertemuan Puncak di Tengah Krisis
Pembahasan KTT G7 di Jerman akan didominasi tema perang di Ukraina, masalah pangan global dan perlindungan iklim