Pesta Kesenian Bali, Joged Bumbung "Gita Semara" Pukau Penonton

Pesta Kesenian Bali, Joged Bumbung "Gita Semara" pukau penonton. Penampilan Sekaa diawali dengan garapan berjudul "Makurena", yang memiliki filosofi "Maku" (berbagi) dan "Rena" (cinta kasih). Pada masa inilah manusia belajar berbagi kasih demi tercipta harmonisasi.
Ilustrasi, penampilan salah satu siswi yang menarikan Joged Bumbung. (Foto: Ant/Disbud Bali)

Denpasar, (Tagar 5/7/2018) - Meriahkan ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Taman Budaya, Sekaa (kelompok) Joged Bumbung Gita Semara, Kota Denpasar memukau penonton.
Garapan seni joged bumbung inovarif tersebut menghibur wisatawan dan masyarakat yang mengunjungi pagelaran seni dan budaya di PKB.

Koordinator Sekaa Joged Bumbung Gita Semara, I Made Yoga Suputra mengatakan, persiapan pementasan kesenian tersebut dilakukan sejak tiga bulan lalu. Semua dimulai dari proses pembentukan gending, pencocokan gending dengan penari, gladi dan pembinaan.

"Semangat kami tunjukkan melewati setiap proses hingga kini dapat tampil di panggung seni budaya PKB sebagai Duta Kota Denpasar. Harapan kami tentu agar ke depannya seni joged mumbung semakin diminati generasi muda untuk berinovasi memainkan serta menghapus kesan negatif yang muncul di tengah masyarakat mengenai kesenian joged bumbung," jelas I Made Yoga Suputra di Denpasar, Kamis (5/7).

“Makurena”

Penampilan Sekaa Joged Bumbung Gita Semara diawali dengan garapan berjudul "Makurena". Makurena seperti dirilis Antara memiliki filosofi "Maku" (berbagi) dan "Rena" (cinta kasih), di mana pada masa inilah manusia belajar berbagi kasih dengan pasangannya demi tercipta harmonisasi.

Dia mengatakan, pihaknya mencoba menyajikan pertunjukan joged yang kental nuansa kehidupan berumah tangga, terlihat dari ekspresi tarian yang menggambarkan rasa bahagia, marah dan sedih selayaknya gambaran berumah tangga.

Garapan Makurena ditarikan secara atraktif oleh Ni Luh Merry Yanthi dengan pembina tabuh Kadek Agung Sari Wiguna dan I Wayan Purna Wijaya.

Seorang "pengibing" (penari laki)" Made Agus Suardana menuturkan, dia selalu menyempatkan menari mengibing di setiap pagelaran joged bumbung di PKB.

Pria paruh baya ini tergabung di komunitas pecinta seni joged bumbung. Dari sana dirinya mengetahui jadwal pertunjukan joged bumbung di seluruh Bali yang bisa didatangi bersama rekan-rekan sekomunitasnya.

"Dalam menari joged bumbung ini, saya memiliki teknik tersendiri menekankan pada kemampuan dalam berimprovisasi di atas panggung. Terkait masyarakat saat ini memandang seni joged bumbung lebih ke arah negatif. Itu kembali kepada para seniman yang membawakan," kata dia. (yps)

Berita terkait
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.