Soal Tidak Akan Impor Apa Pun, Ini Penjelasan Jubir Prabowo

Prabowo bilang kalau nanti dia terpilih jadi presiden, Indonesia tidak akan impor apa pun. Ini penjelasan jubirnya.
Rahayu Saraswati (kiri) berfoto bersama Prabowo-Sandi dalam acara Deklarasi Kampanye Damai.(Foto: Instagram/Rahayu Saraswati)

Jakarta, (Tagar 6/11/2018) - Calon presiden nomor urut dua (02) Prabowo Subianto kembali mengeluarkan pernyataan yang membuat banyak orang dahinya berkerut. Bahwa kalau ia terpilih jadi presiden, Indonesia tidak akan impor apa pun. Apa mungkin sebuah negara tanpa impor?

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Rahayu Saraswati mengatakan impor yang dimaksud Prabowo adalah untuk produk yang dapat diproduksi sendiri.

"Impor yang dimaksud adalah untuk barang-barang atau produk-produk yang dapat kita produksi sendiri," jelas Rahayu Saraswati kepada Tagar News di Jakarta, Senin (5/11).

Baca jugaJanji Prabowo Mustahil Terlaksana

"Saya menilai seharusnya seluruh elemen masyarakat mendukung dan membesarkan gaung untuk 'stop impor' bukan malah melakukan bullying terhadap ide tersebut," sambungnya.

Menurutnya, pernyataan Prabowo mengenai apa pun harus dilihat secara jernih, termasuk soal tidak akan impor. Sebab, pernyataan Prabowo berdasarkan masukan dan keluhan dari masyarakat, yang tentunya tidak sembarang dilontarkan.

"Penegasan tidak akan impor oleh Prabowo tentunya didasari atas masukan dan keluhan masyarakat terhadap produk dalam negeri yang tidak laku dijual (akhirnya memiskinkan petani) akibat kebijakan impor tersebut," terang Anggota Komisi VIII DPR itu.

Rahayu saraswatiJubir Prabowo - Sandi, Rahayu Saraswati. (Foto : Instagram/@rahayusaraswati)

Rahayu mencontohkan beberapa kasus impor yang menjadi dasar pernyataan Prabowo, seperti impor beras, kedelai, jagung. Untuk impor beras, dinilainya hingga kini sudah merugikan. 

"Polemik impor beras selama empat tahun terakhir kepemimpinan petahana, membawa kisruh di tingkat elit dan keprihatinan yang mendalam terhadap nasib petani," ujarnya.

Ia memaparkan informasi yang dikutip dari United States Department Agriculture (USDA), menyebut hingga 16 Agustus, ekspor kacang kedelai AS ke Indonesia sepanjang tahun 2018 ini telah mencapai 2,342 juta ton. "Tentu impor kedelai menjadi permasalahan kembali pada petani," tambahnya.

Contoh tersebut akhirnya, katanya, menjadi pertimbangan Prabowo untuk coba mengevaluasi kemungkinan, menghentikan impor di bidang pertanian.

"Dengan luas lahan yang luar biasa di Indonesia, yang dibutuhkan adalah goodwill atau niat baik dan komitmen dari pemerintah untuk mendukung secara aturan, manajemen pemasaran dan finansial kepada para petani," beber Rahayu.

Rahayu Saraswati DjojohadikusumoRahayu Saraswati Djojohadikusumo bersama sang ayah Hashim Djojohadikusumo. (Foto: Instagram/@rahayusaraswati)

Putri Hashim Djoyohadikusumo ini menegaskan, Prabowo melontarkan pernyataan tentu saja untuk kepentingan nasional, bukan menafikan adanya hubungan perdagangan antarnegara-negara di dunia.

"Prabowo tentu melihat semua hal dalam kerangka kepentingan nasional. Ia tentu tidak menafikan adanya hubungan perdagangan antarnegara- negara di dunia. Namun, ia menilai posisi hubungan itu bukan sebatas negara produsen ke negara konsumen, tapi berdiri sejajar dan saling membutuhkan," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan pidato di hadapan Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandiaga (Koppasandi). Di sana, ia sempat melontarkan pernyataan terkait keinginannnya untuk tidak impor beras.

"Saya bersaksi di sini kalau insya Allah saya menerima amanah rakyat Indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan impor apa-apa, Saudara-saudara sekalian," ucapnya di Lapangan GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/11).

"Kita harus dan kita mampu swasembada pangan. Mampu. Kita juga harus dan mampu swasembada energi, swasembada bahan bakar," ujar dia berapi-api. []

Berita terkait