Soal Dana Tiket, Manajer PSS U-16 Dipukul Suporter

Manajer PSS U-16 dan U-18 Johannes Sugianto menjadi korban pemukulan suporter PSS sendiri gara-gara menanyakan soal uang tiket.
Manajer PSS Sleman U-16 dan U-18 Johannes Sugianto (kanan) menjadi korban pemukulkan suporter sendiri gara-gara menanyakan uang tiket pertandingan melawan Arema FC yang masih dipegang salah satu suporter PSS. (Foto: Tagar/Gonang Susatio)

Sleman - Kejadian memalukan dilakukan oknum suporter PSS Sleman. Sejumlah oknum suporter tega melakukan pemukulan terhadap Manajer PSS U-16, Johannes Sugianto. Ironisnya penganiayaan yang terjadi di tempat umum dan dilihat banyak orang itu justru dilakukan suporter PSS.

Aksi pemukulan dilatarbelakangi sikap tidak suka oknum salah satu suporter pendukung PSS karena manajemen mempertanyakan uang tiket pertandingan laga pembukaan saat menghadapi Arema FC. Insiden itu pemukulan berlangsung di dalam Stadion Maguwoharjo, Sleman usai pertandingan PSS melawan Bhayangkara FC yang berakhir imbang 1-1, Jumat 21 Juni 2019.

Saat itu, Pak Jo, sapaannya, tengah berbicara dengan pengurus PSS di pinggir lapangan di dekat para pemain dari kedua tim biasa berdiri sebelum memasuki lapangan. Tiba-tiba dia didatangi sekitar empat atau lima orang yang tidak menggunakan kartu identitas (ID card). Salah seorang di antara mereka kemudian memukul yang mengakibatkan Johannes terjatuh.

Hal yang wajar bila manajemen menanyakan karena belum ada laporan pertanggungjawaban. Berhubung saya dekat dengan beberapa teman di BCS, salah satunya asisten manajer tim U-16, saya pun meminta tolong melalui dia untuk menanyakannya

Usai memukul dia berteriak, "Kurang ajar, kenapa nanya-nanya uang BCS (salah satu suporter PSS) lewat asisten manajer (PSS) U-16. Saya tidak takut."

Masih Bersabar

Meski dipukul pada bagian pinggang, Johanes masih bersabar. Saat hendak berbicara, tiba-tiba dari sisi kanan ada oknum suporter lain yang kembali memukulnya di bagian telinga. Insiden itu berlangsung cepat dan kemudian segera dilerai.

Usai mengalami penganiayaan, Johannes melaporkan insiden itu ke Polda DI Yogyakarta. Dia juga sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Meski diminta untuk dirawat lebih lanjut di rumah sakit, Johannes memilih untuk pulang malam itu juga.

"Saya masih merasakan sakit di bagian tulang rusuk dan telinga. Kepala masih terasa pusing dan pundak terasa kaku. Dari pemeriksaan, dokter mengatakan ada tulang rusuk yang retak meski sedikit. Jadi saya akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut," kata Johannes. 

Karena mengalami pemukulan dan perawatan, Johannes terpaksa tidak bisa mendampingi tim PSS U-16 dan U-18 yang akan bertanding menghadapi Persija Jakarta pada Sabtu 22 Juni 2019 dan Minggu 23 Juni 2019.

Terkait dengan 'uang BCS' yang disebutkan salah seorang pemukulnya, Johannes menjelaskan bahwa itu adalah uang dari tiket pertandingan yang sebagian dikelola BCS. Dirinya diminta bantuan manajemen untuk menanyakan hasil penjualan tiket pertandingan saat PSS menjamu Arema FC di laga pembukaan Liga 1. Pasalnya manajemen belum menerima laporan hasil dari penjualan tiket yang ditangani BCS.

"Hal yang wajar bila manajemen menanyakan karena belum ada laporan pertanggungjawaban. Berhubung saya dekat dengan beberapa teman di BCS, salah satunya asisten manajer tim U-16, saya pun meminta tolong melalui dia untuk menanyakannya. Mereka yang mengelola pun bisa menjelaskannya kenapa belum masuk laporannya," ujar Johannes yang juga mengaku heran kenapa suporter yang tidak memiliki ID card bisa bebas masuk ke daerah terlarang. Padahal itu daerah steril. Bahkan wartawan saja tidak diizinkan masuk daerah tersebut.

"Heran saja kenapa mereka bisa bebas masuk. Padahal, ada petugas yang menjaga pintu. Wartawan yang punya ID card saja tidak boleh masuk," jawabnya.

Johannes menjadi korban kedua dari tim PSS U-16. Sebelumnya, pemain PSS U-16 Anggriyanto Faisal menjadi korban lemparan keramik yang dilakukan suporter PSS saat ribut dengan pendukung Arema FC. 

Saat itu, ada oknum yang melemparkan keramik ke arah suporter Arema. Karena lemparannya tidak menjangkau tempat duduk suporter, keramik itu kemudian jatuh menimpa kepala Anggriyanto. Akibatnya, mata pemain itu terkena pecahan keramik dan harus menjalani operasi mata. []

Baca juga: 

Berita terkait
0
Pembatasan Terkait Covid-19 di Shanghai Dilonggarkan
Kasus Covid-19 yang ditularkan secara domestik di kota terbesar di China itu telah mencapai titik nol setelah pemerintah terapkan penguncian