Semarang - Tawur Agung atau prosesi upacara umat Hindu sehari jelang perayaan Nyepi di Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah tetap digelar. Sejumlah skenario disiapkan untuk mencegah maupun meminimalisir potensi penyebaran penyakit yang disebabkan virus corona.
Bahwasanya untuk ritual kami batasi orangnya, difokuskan pada pemimpin upacara, rohaniawan, yang menyiapkan sesaji dan perwakilan panitia.
Kepastian pelaksanaan Tawur Agung pada 24 Maret 2020 ini disampaikan Ketua Pengurus Harian Pusat Parisada Hindu Indonesia (PHDI) Jawa Tengah Anak Agung Ketut Darmaja. Hanya saja, jumlah peserta akan dibatasi mempertimbangkan persebaran wabah coronavirus disease 2019 atau Covid-19.
"Ritual tetap akan berjalan, namun seremonial tidak ada. PHDI Jawa Tengah mengikuti instruksi dari PHDI pusat termasuk panitia Nyepi, kemudian ikuti petunjuk Gubernur. Bahwasanya untuk ritual kami batasi orangnya, difokuskan pada pemimpin upacara, rohaniawan, yang menyiapkan sesaji dan perwakilan panitia," katanya, Jumat, 20 Maret 2020.
Terkait jumlah peserta ritual Tawur Agung, Darmaja mengaku tengah berkoordinasi dengan pihak PT Taman Wisata Candi, selaku pengalola Prambanan. Ia berharap, jumlahnya tak lebih dari 200 orang meski pada kondisi normal, Tawur Agung bisa dihadiri puluhan ribu umat Hindu.
"Dengan jumlah 150-200 itu tak banyak, tempat duduk kami bisa atur sedemikian rupa. Untuk seremonial, mengundang menteri dan sebagainya tidak ada. Hanya acara ritual inti saja," ujarnya.
Ia juga mengimbau agar umat Hindu di Jawa Tengah melakukan peribadatan di rumah. Jika di sekitar rumah terdapat Pura, Darmaja menyatakan persembahyangan dapat dilakukan di tempat itu.
"Kami anjurkan sembahyang di Pura yang terdekat. Kalau tidak ada Pura, ya sembahyang di rumah," ucap dia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan siap menjembatani komunikasi antara PHDI Jateng dan pemerintah pusat terkait pelaksanaan Tawur Agung di Candi Prambanan, Klaten.
Ganjar berharap jumlah peserta Tawur Agung dapat diminimalkan guna mengurangi risiko penularan Covid-19. Ia menyarankan peserta tidak mencapai ribuan.
"Saya sendiri sudah komunikasi dengan pusat, agar pesertanya tidak banyak, tidak sampai sepuluh ribu. Kemungkinan harapannya di bawah seratus orang. Kalau dari pusat inginnya 10-15 orang saja. Kalau bisa segitu lebih baik lagi kan, agar bisa mengatur jarak dan lain sebagainya," tutur dia. []
Baca juga:
- Umat Hindu di Makassar Bagi Takjil Gratis
- Mau Lihat Contoh Terbaik Toleransi Islam, Hindu dan Kristen? Datangi Tempat Ini
- Senja Menawan di Istana Hindu Budha