Senja Menawan di Istana Hindu Budha

Senja menawan ketika sinar matahari sore memantul di sela-sela bangunan gapura kompleks Istana Ratu Boko yang juga populer dengan sebutan Istana Hindu Budha.
Senja di kompleks Istana Ratu Boko. (Foto: Gemilang)

Yogyakarta, (Tagar 31/3/2018) - Senja menawan ketika sinar matahari sore memantul di sela-sela bangunan gapura kompleks Istana Ratu Boko yang kemudian juga populer dengan sebutan Istana Hindu Budha yang dibangun sejak abad ke-8.

Berlokasi di timur Yoyakarta, berdiri di atas bukit, ini merupakan kompleks istana yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra sekitar tahun 792 M.

Kompleks istana ini bernama Abhyagiri Vihara, yang berarti biara di bukit penuh kedamaian. Hal ini dikarenakan lokasi Ratu Boko yang berada di atas bukit setinggi 196 mdpl.

Dari tempat ini bisa melihat puncak Candi Prambanan, Gunung Merapi Merbabu, dan desa-desa di sekitarnya.

[caption id="attachment_52522" align="alignnone" width="712"] Gerbang kompleks Istana Ratu Boko pada pagi hari, cerah dan menyegarkan dengan hamparan rumput hijau[/caption]

Kompleks istana seluas 250.000 m3 ini mulanya berfungsi sebagai tempat menyepi dan kegiatan spiritual agama Budha, namun pada 856 M dialifungsikan sebagai keraton oleh Rakai Walanging Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Hal inilah yang lantas membuat kompleks istana ini kental dengan perpaduan unsur Hindu dan Budha. Itulah kenapa kemudian disebut Istana Hindu Budha.

Sejak awal memasuki kompleks Candi Ratu Boko, akan disuguhi hamparan taman yang luas dengan bangku taman dan gazebo untuk melepas penat dan menikmati suasana di lingkungan candi. Berjalan lebih jauh lagi, masih menikmati padang rumput, kemudian terlihat sebaran reruntuhan bangunan kerajaan.

Dekat dua buah gapura menjulang, bisa menikmati senja sembari duduk di hamparan rumput hijau atau berdiri di antara pintu gerbang.

Gapura pertama terdiri dari tiga pintu, sedangkan gapura kedua memiliki lima pintu. Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara yang berarti kekuatan. Kata tersebut berdasarkan prasasti Wanua Tengah III ditulis oleh Rakai Panabwara sebagai tanda bangunan tersebut bangunan utama.

Beberapa bangunan lain tak kalah menarik, di antaranya candi pembakaran jenazah, kolam yang luas, tempat pemandian, keputren untuk para perempuan dan lainnya. Bagi yang ingin berkunjung, harga tiket masuk untuk turis domestik senilai Rp25 ribu dan turis asing senilai 13 dollar AS. (gil)

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi