TAGAR.id, Jakarta - Metropole XXI, Megaria, DKI Jakarta menjadi saksi pemutaran perdana film dokumenter JOSHUA TREE. Acara tersebut dihadiri oleh 150 penonton yang antusias.
Film ini mendapatkan nominasi Best Documentary Award dan merupakan kolaborasi antara Golden Collaboration dan Jeruk Bali. JOSHUA TREE mengisahkan perjalanan hidup Joshua, seorang remaja dengan autisme berat yang melawan ekspektasi dan mengalami kemajuan yang luar biasa.
Joshua adalah anak dari ibu keturunan Chinese-Indonesia dan ayah berkebangsaan Singapura. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, Joshua memiliki kakak bernama Immanuel, yang juga didiagnosis autisme dan sekarang telah dapat menjalani kehidupan.
Seperti masyarakat pada umumnya, bahkan melanjutkan sekolah asrama di luar negeri. Joshua juga memiliki dua adik, dan seluruh keluarganya aktif dalam pembuatan film ini serta dalam perkembangan Joshua.
Pada masa pandemi Covid-19, orangtua Joshua memiliki ide untuk membuat film tentang perjalanan Joshua yang mengalami autisme berat dan kemajuan luar biasanya selama enam bulan.
Mereka sadar bahwa orangtua dan pendamping anak-anak dengan autisme berat sering kali merasa putus asa ketika melihat orang yang mereka cintai tumbuh menjadi remaja dan dewasa.
Melalui dokumenter ini, mereka berharap dapat menunjukkan bahwa dengan lingkungan yang tepat, asupan nutrisi yang baik, aktivitas fisik yang tepat, dan pola pikir orang di sekitar mereka yang mendukung, perubahan luar biasa dalam kehidupan individu dengan autisme dapat terjadi.
Salah satu aspek penting dalam perjalanan Joshua adalah dukungan yang diberikan oleh keluarganya. Keluarga merupakan pohon tempat Joshua berpegang, berlindung, dan merasa aman dalam hal ini, keluarga dapat diibaratkan sebagai Joshua Tree.
Dr. Deibby Mamahit, salah satu anggota Golden Collaboration yang ikut berkontribusi dalam film ini, mengungkapkan bahwa JOSHUA TREE adalah pesan tentang cinta dan harapan.
Film ini mengingatkan kita bahwa individu dengan autisme dapat terus berkembang dan belajar, dan kita tidak boleh pernah menyerah terhadap mereka.
Dr. Deibby Mamahit juga menyebutkan bahwa kolaborasi ini memberikan bantuan kepada keluarga dengan autisme melalui metode unik dan efektif yang mereka miliki.
Film dokumenter JOSHUA TREE berhasil mengeksplorasi cerita yang menginspirasi dan memberikan pandangan yang lebih dalam tentang kehidupan dengan autisme.
Dalam perjalanan dua tahun produksi, film ini menunjukkan bahwa hubungan pribadi dan emosional dalam keluarga memiliki kekuatan yang kuat untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan mempengaruhi penonton.
Melalui film ini, diharapkan bahwa stigma terhadap autisme dapat tereduksi dan individu dengan autisme dapat mendapatkan pengakuan atas potensi dan kontribusi yang mereka miliki dalam masyarakat.
JOSHUA TREE bukan hanya sebuah film, tetapi juga merupakan sebuah cermin yang mengingatkan kita akan pentingnya inklusi, keberagaman, dan kasih sayang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
*Tri Syhanda Ade Lia