Singapura Targetkan Ribuan Rumah Terpasang Panel Surya

Singapura menargetkan sekitar 350 ribu rumah tangga sudah bisa memanfatkan energi surya (matahari).
Singapura menargetkan sektar 350 ribu rumah tangga akan terpasang panel surya pada tahun 2030. (Foto: Google.com)

Jakarta – Singapura mentargetkan pemanfaatan energi surya (matahari) untuk 350 ribu rumah tangga pada tahun 2030. Menurut Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing, ini mewakili empat persen permintaan listrik dengan menggunakan pembangkit tenaga surya. Saat ini Singapura baru bisa mencukupi satu persen dari total kebutuhan listrik dari sumber energi baru dan terbarukan itu.

Can mengatakan saat ini Singapura tengah berupaya untuk bisa memenuhi target pembangkit tenaga surya sebesar 350 megawatt-peak (MWP) pada 2020. "Setelah itu akan ditambah lagi dengan daya sebesar 2 gigawatt peak (GWP)," katanya saat berbicara di Singapore International Energy Week, seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 30 Oktober 2019.

Menurutnya, instalasi pembangkit listrik tenaga surya yang terhubung dengan jaringan telah meningkat pesat dari 30 menjadi 3.000 unit. Can menegaskan, semua bidang vertikal seperi gedung, dinding bahkan jendela akan dipasang panel surya. "Kita bisa membayangkan setiap gedung tinggi, dinding, dan bahkan jendela bisa menjadi pembangkit listrik. Ini secara fundamental akan merubah energi listrik dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan," ucapnya.

Chan juga mengumumkan bahwa Otoritas Pasar Energi (EMA) akan mendistribusikan 200 megawatt sistem penyimpanan energi (EES) setelah tahun 2025. "Jika kita memiliki sistem penyimpanan energi yang memadai, ini akan membantu mengurangi selisih antara permintaan puncak dalam siklus harian," ucapnya.

Menurut Chan, untuk memenuhi permintaan puncak, maka harus dibangun kapasitas infrastruktur tambahan."Tapi kita bisa memakai solusi penyimpanan energi untuk menyeimbangkan puncak dan melalui permintaan, ini akan menghemat biaya insfrastruktur," jelasnya.

Otoritas Pasar Energi (EMA) dalam rilis terpisahnya menyatakan pemanfaatan sistem penyimpanan energi masih kecil, kurang dari satu megawatt yang saat ini sudah terpasang. EMA akan bekerjasama dengan Institut Evaluasi dan Perencanaan Teknologi Energi Korea (Korea Institute of Energy Technology Evaluation and Planning (KETEP) untuk mengembangkan sistem penyimpanan energi hibrid model baru dengan menggabungkan baterai lithium besi fosfat dengan baterai lithium besi mangan fosfat."Jika berhasil, proyek ini akan menghasilkan sistem penyimpanan energi baru yang lebih aman dan cocok untuk kondisi panas dan lembab seperti Singapura," jelas keterangan EMA.

(Dimas Wijanarko)

Berita terkait
Singapura Menyalip AS Jadi Negara Paling Kompetitif
World Economic Forum mengeluarkan rilis Global Competitivenes Report yang menempatkan Singapura sebagai negara paling kompetitif, mengalahkan AS
Investor Malaysia dan Singapura Bertemu di Yogyakarta
Untuk pertama kalinya Bursa Efek Indonesia (BEI) berkolaborasi dengan PT RHB Sekuritas Indonesia menggelar IDX-RHB di Yogyakarta.
Indonesia dan Singapura Sepakati Negosiasi FIR
Wilayah Informasi Penerbangan atau Flight Information Region (FIR) di daerah Kepri yang selama ini dikuasai Singapura dinegosiasi dengan Singapura
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)