Jakarta - Thailand menjadi negara Asia Tenggara kedua tahun ini yang berencana memindahkan ibu kota. Dimana sebelumnya Indonesia juga telah melakukan hal yang sama.
Dilansir dari The Guardian, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha memberi sinyal pemindahan ibu kota yang akan dilakukan di masa kepemimpinannya.
Ada beberapa penyebab Thailand akan melakukan pemindahan ibu kota, diantaranya kondisi Bangkok yang terlalu padat, angka kemacetan yang tinggi, dan masalah polusi yang menurunkan kualitas udara.
Perlu ada studi komprehensif khususnya dalam aspek ekonomi dan sosial dalam menentukan lokasi ibu kota baru.
Melihat persoalan tersebut, itulah menjadi alasan negara ini berencana memindahkan ibu kota agar tidak menganggu pusat kegiatan pemerintah dan perekonomian Thailand.
Prayut menyebutkan ada dua opsi akan dipilih untuk menyelesaikan masalah perkotaan yang membelenggu Bangkok.
"Yang pertama adalah menemukan kota yang tidak jauh dari Bangkok, sehingga biaya tidak terlalu mahal untuk dipindahkan. Kedua, pindah ke luar Bangkok untuk mengurangi kepadatan," kata Prayut dalam forum Connecting Thailand pada Rabu, 18 September 2019 lalu.
Ia berharap lokasi Ibu Kota Thailand yang baru tidak jauh dari Bangkok, sehingga dapat menyelesaikan masalah kemacetan kota dan kepadatan penduduk.
Namun, kata dia, perlu ada studi komprehensif khususnya dalam aspek ekonomi dan sosial dalam menentukan lokasi ibu kota baru.
Dalam studi Traffic Index 2018, Kota Bangkok menempati urutan ke-8 sebagai kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan mencapai 53 persen.
Berbeda tipis dengan Jakarta yang menempati urutan ketujuh dengan persentase tingkat kemacetan sebesar 54 persen.
Sejauh ini, ada dua negara di Asia Tenggara yang melakukan pemindahan ibu kota, yaitu Myanmar dari Yangoon ke Naypyitaw pada 2006 dan Malaysia yang memindahkan pusat pemerintahan dan hukum dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada 1999.[]
Baca juga:
- Sayembara Desain untuk Ibu Kota Baru Indonesia
- 2 Negara Tertarik Investasi di Ibu Kota Baru Indonesia