Seperti Halnya Covid-19 Ketidaksetaraan Dorong Epidemi AIDS

Direktur Eksekutif UNAIDS mengatakan ketidaksetaraan adalah pendorong utama epidemi HIV/AIDS, seperti halnya dengan pandemi Covid-19
Seniman India, Sudersan Pattnaik, merapikan pahatan pasir pada malam peringatan Hari AIDS Sedunia di Pantai Laut Emas, di Puri, India, 29 November 2013 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Asit Kumar)

Jakarta – Direktur Eksekutif UNAIDS (Badan PBB untuk HIV/AIDS), Selasa, 8 Juni 2021, mengatakan ketidaksetaraan adalah pendorong utama epidemi HIV/AIDS, seperti halnya dengan pandemi Covid-19.

“Ketidaksetaraan dalam kekuasaan, status, hak dan bersuara mendorong epidemi HIV,” kata Winnie Byanyima, Direktur Eksekutif UNAIDS.

“Ketidaksetaraan yang membunuh.” Sejak kasus pertama dilaporkan 40 tahun lalu, UNAIDS mengatakan 77,5 juta orang telah terinfeksi HIV, dan hampir 35 juta orang meninggal karena penyakit terkait AIDS.

Pada pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB, Byanyima mengatakan, jika ingin memenuhi targetnya untuk mengakhiri epidemi pada 2030, negara-negara harus mengakhiri ketidaksetaraan yang membuat HIV/AIDS bertahan.

“Hari ini kita menetapkan tujuan yang berani dan ambisius untuk menjangkau 95 persendari mereka yang membutuhkan pengobatan dan pencegahan HIV,” kata Byanyima.

Lebih lanjut Byanyima mengatakan, “Untuk sampai ke sana, kita perlu menata kembali layanan HIV, membuatnya mudah diakses dan dirancang sesuai dengan kehidupan masyarakat.”

Menurut Byanyima, pandemi Covid-19 telah menunjukkan bagaimana kemauan politik bisa membantu mendorong sains dan dorongan yang sama perlu dilakukan untuk perawatan, pencegahan, pengobatan, dan vaksin HIV/AIDS.

Duta Perdamaian PBB, Charlize Theron, pada Selasa, 8 Juni 2021, berpidato pada pertemuan itu melalui pesan video.

Aktris asal Afrika Selatan itu mengatakan seringkali orang yang paling rentan adalah yang paling kecil kemungkinannya memperoleh akses layanan yang mereka perlukan.

“Karena faktanya tetap, apakah kita menderita atau mati karena AIDS sering kali ditentukan oleh siapa kita, siapa yang kita cintai dan di mana kita tinggal,” kata Theron.

Negara-negara anggota PBB mengadopsi deklarasi politik tentang peningkatan kemajuan untuk mencapai tujuan 2030 itu, tetapi bukannya tanpa kontroversi.

Tepat sebelum diadopsi, perwakilan Rusia di PBB mencoba membuat majelis menyetujui tiga amandemen, yang akan menghapus bahasa mengenai penghormatan hak asasi orang yang menderita HIV/AIDS dan diakhirinya undang-undang yang diskriminatif dan membatasi berdasarkan status HIV seseorang.

Amandemen tersebut mendapat penolakan dengan suara mayoritas, dan rancangan teks asli, yang merupakan hasil perundingan dan kompromi panjang di antara negara-negara anggota, diadopsi dengan 165 suara mendukung, empat menentang dan tidak ada negara yang abstain. Belarus, Nikaragua dan Suriah bersama Rusia dalam pemungutan suara, menentang deklarasi tersebut (my/ka)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Pandemi Covid-19 Terselubung Menghantui Indonesia
Kasus Covid-19 di negara-negara Asia Tenggara melonjak, sementara Indonesia dibayangi silent outbreak (pandemi terselubung)
Pandemi Covid-19 Tenggelamkan Isu Epidemi HIV/AIDS Indonesia
Sepanjang tahun 2020 yang juga merupakan tahun dengan pandemi Covid-19 terdeteksi 50.626 kasus HIV/AIDS baru
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura