Semangat Pengusaha Kue Surabaya di Tengah Corona

Meski harus merumahkan belasan karyawannya, pemilik usaha UMKM Diah Cookies di Surabaya tetap semangat bertahan di tengah wabah covid-19.
Diah Arfiantin, pemilik UMKM Diah Cookies di Surabaya. (Foto: Tagar/Haris D Susanto).

Surabaya - Bulan suci Ramadan hingga Idul Fitri adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu Diah Arfiantin, pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) "Diah Cookies". Namun, di tengah wabah virus corona (covid-19) ini, kue kering sebagai produk unggulan UMKM binaan Pemkot Surabaya itu mulai berjalan lesu.

Bahan itu harganya mahal. Kalau ditotal kira-kira sampai ratusan juta. Saya stok banyak, ternyata kondisinya gini (wabah).

Di Surabaya, kue buatan Diah sudah cukup terkenal. Bahkan, pesanan dari luar daerah melalui online pun kerap mengalir deras menjelang lebaran. Begitu pula dengan pembelian dalam kota.

Menurut Diah, wabah covid-19 sangat berdampak kepada usaha makanannya. Namun, ia tak lantas berputus asa. Justru Diah memutar mencari cara memasarkan kue-kuenya di tengah pemberlakukan stay at home atau di rumah saja. Salah satu caranya tak lain gencar promosi di sosial media (sosmed).

"Di rumah saja kan biasanya bawaanya pingin ngemil. Saya galakkan promosi itu di sosmed," kata Diah saat dihubungi Tagar, Minggu, 12 April 2020.

Meski gencar berjualan di sosmed, omzet penjualan Diah tetap saja merosot drastis dari hari-hari biasaa. Di waktu normal, mendekati ramadan dan lebaran, Diah bisa mengantongi omzet Rp 8 juta hingga Rp 10 juta sehari.

"Saat pandemi ini orderan tetap ada, tapi sejuta saja susah," tuturnya.

Parahnya, Diah justru telah memborong bahan-bahan baku pembuatan kue sejak Februari 2020. Hal ini untuk menyiasati lonjakan harga bahan kue.

"Bahan itu harganya mahal. Kalau ditotal kira-kira sampai ratusan juta. Saya stok banyak, ternyata kondisinya gini (wabah)," ceritanya.

Sebagai manusia biasa yang sedang diterpa cobaan, Diah juga sempat menyalahkan keadaan. Namun setelah berkonsultasi dengan mentornya, ia pun sadar dan menguatkan tekad untuk tetap survive dan semangat berjualan. Sebab, ia menyadari bencana corona ini tidak hanya dia yang merasakan, melainkan semua orang kini di daerah terjangkit merasakan hal yang sama.

"Sempat kacau saya. Rasanya kayak kalah judi. Semua orang kena marah. Terus saya hubungi mentor, katanya orang sukses itu harus kuat mental apapun dari segala hasil keburukan," katanya.

6 Ribu Toples Kue Belum Terjual

Wabah corona turut mengikis laju pendapatan pemilik Diah Cookies. Jangan menambah produksi, 6.000 toples stok kuenya pun laku jualannya pu belum terjual.

Bu Risma itu sering pesan. Biasanya dibuat oleh-oleh kalau ada kunjungan keluar kota.

“Biasanya jelang puasa dan lebaran kayak gini terus produksi, tapi 6.000 toples stok saya masih ada. Sehingga kami stop produksi," ujar Diah.

Meski sudah sering merasakan manis pahitnya menjadi pengusaha kue kering sejak 2001, Diah menyebut imbas corona ini adalah yang terbesar yang dirasakannya. Ia juga bercerita pada tahun 2013 lalu pernah mengalami kemerosotan penghasilan drastis.

Kue

Produk dari Diah Cookies. (Foto: Tagar/Instagram @diahcookies)

Meski pernah mengalami kelesuhan penjualan, di 2014, pelanggan dan reseller baru datang untuk ikut sudi menawarkan kue keringnya di pasaran. Seiiring berjalan waktu, nama "Diah Cookies" kian dikenal dan berlangganan dengan orang di pemerintahan.

"Bu Risma itu sering pesan. Biasanya dibuat oleh-oleh kalau ada kunjungan keluar kota. Kadang juga pesan buat acara di Balai Kota," katanya.

Namun ketika pandemi corona menyerang Surabaya, kenyataan mulai berubah. Pesanan itu tak kerap lagi datang. Padahal, biasanya dalam sebulan ia bisa mengirim kue kering ke Balai Kota sebanyak 50 sampai 200 toples.

"Belum ada acara mungkin ya karena kondisinya juga lagi gini," katanya.

Dengan kondisi ini, Diah juga sempat berfikir untuk banting setir untuk memproduksi frozen food. Menurutnya, hal ini cukup mudah dan bahannya tak terlalu rumit, berbeda dengan membuat kue kering.

"Sudah saya pikirkan itu. Paling saya akan jualan frozen food. Kenapa saya pilih itu, lantaran freezer ada dan gak repot produksi. Semoga virus corona segera mereda, biar nggak sampai ganti usaha," katanya.

Merumahkan Karyawan

Kesuksesan Diah Cookies selama bertahun-tahun tak lepas dari 16 orang karyawannya yang setia membantu dalam memproduksi kue-kue kering hingga menjadi langganan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

Maag saya kambuh, dan pada akhirnya waktu saya bilang, mereka nangis di depan saya.

Sayangnya, para karyawan tersebut juga terdampak imbas dari wabah covid-19 dan merosotnya penjualan. Mereka terpaksa dirumahkan sementara waktu. Sebab, dapur produksi Diah Cokies tidak lagi mengepul.

"Gimana mau produksi, lah wong stok saya masih ada 6.000 toples. Jadi terpaksa merumahkan para pegawai,” katanya.

Dengan mata berkaca-kaca, Diah menceritakan awal keputusan merumahkan 16 karyawannya tersebut. Saat itu, ia sempat kebingungan dan tidak enak hati untuk mengucapkan kalimat itu. Sehingga ia mencari alasan lain supaya para karyawannya bisa menerima keputusannya.

"Saya sempat galau waktu itu sampai seminggu. Maag saya kambuh, dan pada akhirnya waktu saya bilang, mereka nangis di depan saya," kenang Diah.

Namun tangisan itu tak kuasa merubah keadaan. Diah tetap merumahkan karyawannya. Saat ini, hanya 2 orang yang bekerja di sana. Keduanya bertugas mengurus kas adminitrasi keuangan dan mempacking orderan kue kering.

"Mereka jamnya saya shift. Tapi kalau yang bagian produksi saya liburkan. Soalnya belum ada produksi yang dikerjakan," katanya.

Setelah mengambil keputusan merumahkan karyawannya, kata Diah, dia juga memikirkan nasib mereka. Sebab, rata-rata penghasilannya hanya dari bekerja di tempat produksi kuenya.

Meski begitu, Diah tidak menyarankan para karyawannya untuk mengikuti pra kerja, program pemerintah untuk para karyawan yang terkena imbas corona. Ia menilai seluruh pekerja yang dirumahkan ini adalah usia dimana mereka sudah jauh dari produktif.

"Ya mereka gak tahu gitu-gitu. Daripada program gitu mending uangnya buat lockdown, karena mereka rata-rata ibu rumah tangga," katanya.

Diah berharap wabah ini ini segera berakhir, sehingga tidak ada lagi orang yang akan kehilangan pekerjaannya. Serta, para pengusaha seperti dirinya bisa kembali bangkit dan kembali berjualan secara normal. []


Berita terkait
Listrik Gratis Tiga Bulan Darurat Covid-19
Sariman, Frida, Yuli, warga Yogyakarta menceritakan pengalaman menikmati listrik gratis dan dapat diskon di tengah situasi darurat Covid-19.
Masih Lebih Banyak yang Layak Disyukuri Saat Wabah Corona Ini
Kisah tukang foto keliling di depan Kebun Binatang Surabaya. Situasinya tak jauh beda dengan orang kebanyakan di tengah pandemi corona Covid-19.
Cerita Ustaz Aceh Sembuh Berjuang Melawan Corona
Cerita IB, salah seorang pasien positif corona di Aceh diharapkan menjadi motivasi bagi kita semua bagaimana dirinya mampu melawan virus corona.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.