Semangat Mbah Kuwu Untuk Kepada Desa di Cirebon

Peran dan perjuangan yang cukup besar dilakukan oleh Ki Kuwu untuk bisa membangun Cirebon
Bupati Cirebon, Imron Rosyadi (Foto: Tagar/Charles).

Cirebon - Menghadiri pelaksanaan Haul Mbah Kuwu Cirebon, Bupati Cirebon, Jawa Barat, Imron Rosyadi, menyampaikan harapannya kepada para kuwu (kepala desa) untuk bisa mengambil pesan tersirat maupun pesan tidak tersirat dari semangat Mbah Kuwu Cirebon sebagai pendiri Cirebon. "Saya meminta kepada para kuwu, untuk bisa mengambil spirit perjuangan yang dilakukan oleh Mbah Kuwu Cirebon, dalam mendirikan Cirebon," kata Imron, 24 Agustus 2020.

Menurut Imron, peran dan perjuangan cukup besar, dilakukan oleh Ki Kuwu, untuk bisa membangun Cirebon. "Betapa hebatnya Ki Kuwu pada zamannya untuk bisa mendirikan Cirebon, oleh karena itu untuk seluruh kuwu yang sekarang sedang menjabat jangan pernah berhenti memiliki jiwa membangun untuk kemajuan desanya," ujar Imron.

Imron juga mengungkapkan bahwa kemajuan Kabupaten Cirebon, bukan hanya karena bupatinya saja. Melainkan juga, perlu adanya dukungan dari elemen lainnya, termasuk diantaranya adalah para kuwu dan masyarakat. "Bukan hanya bupati saja yang kerja membangun Cirebon, tapi kuwunya juga harus punya rasa tanggung jawab serta di dukung oleh masyarakatnya," ujar Imron.

Oleh karena itu, Imron berharap, para kuwu dan masyarakat serta elemen lainnya, bisa bersama-sama untuk membangun Kabupaten Cirebon lebih maju. “Para kuwu, harus bisa menjalankan apa yang pernah dilakulan oleh Ki Kuwu," tutur Imron.

Ia juga mengingatkan kepada para kuwu, untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai aturan. Karena menurut Imron, salah satu faktor penunjang kemajuan daerah, salah satunya adalah adilnya pemimpin. "Termasuk didalamnya adalah adilnya para kuwu," kata Imron.

Secara terpisah, Juru Bicara Keramat Talun, Mochamad Tohir menuturkan, Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon merupakan putra mahkota Kerajaan Pajajaran, berjuluk Pangeran Walangsungsang. Karena berbeda prinsip dalam hal agama dengan ayahnya, Prabu Siliwangi, pada usia 14 tahun Pangerang Walangsungsang keluar dari Kerajaan Pajajaran menuju Gadog di Garut.

Di sana, lanjut Bupati, dia diakui oleh Ki Danurwarsih sekaligus mertuanya karena anak Ki Danuwarsih, Nyi Endang Geulis dinikahi Pangeran Walangsungsang. Bersama istrinya, ia berguru kepada Sech Nurjati alias Sech Dahtul Kahfi di Cirebon.

Setelah diterima menjadi murid Sech Dahtul Kahfi, Pangeran Walangsungsang diganti nama oleh gurunya menjadi Ki Somadullah sambil dilepas untuk mencari daerah Pedukuhan. Ia mulai membabat hutan di Kebon Sisir untuk dijadikan sebuah pemukiman.

Seiring waktu, pemukiman tersebut makin membesar menjadi sebuah kadipaten yang bernama Kadipaten Caruban. Berdirinya kadipaten tersebut mendapat dukungan dari Prabu Siliwangi. Sejumlah nama yang disandang Pangeran Walungsungsang disesuaikan dengan berbagai peristiwa yang dialaminya.

Berdasarkan kisah perjalanannya, putra pertama Raja Pajajaran ini mempunyai lima nama selain Walangsungsang yaitu Ki Somadullah, Haji Abdullah Iman (usai melaksanakan ibdah haji), Pangeran Cakrabuana dan Mbah Kuwu Sangkan, saat menjadi kuwu menggantikan Ki Gede Alang-alang.

Nama Pangeran Cakrabuana alias Mbah Kuwu Sangkan tersebut disandangnya mulai terbentuknya Kadipaten Caruban hingga menjadi Kerajaan Islam Cerbon pada 1482 M yang bertempat di Keraton Pakungwati.

Namun, berdirinya kerajaan tersebut tidak menjadikannya sebagai raja karena jabatan itu diserahkan kepada keponakannya sekaligus menantunya yaitu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati yang menikahi Putri Pakungwati.

Setelah dirasa Kerajaan Islam Cirebon mapan dan aman, Mbah Kuwu Sangkan kembali ke Cirebon Girang untuk mensyiarkan Islam dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta hingga menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan di Gunung Sembung.

Dituturkan Tohir, perjalanan Mbah Kuwu Sangkan bagai lingkaran yang bersatu dalam satu titik, yakni Cirebon Girang. Mulai dari persinggahan di Cirebon Girang hingga melakukan pengembaraan panjang hingga terbentuknya Kerajaan Islam Cerbon dan kembali ke Cirebon Girang.

Saat ini, lokasi tersebut dikenal Keramat Talun Pangeran Cakrabuana Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang. Menurut Tohir, banyak masyarakat Cirebon dan luar Cirebon mengunjungi situs untuk melakukan tahlilan berjamaah di masjid yang didalamnya terdapat dua makam. “Makam itu bukan bukan makam Mbah Kuwu Sangkan tetapi makam santri untuk membantu Mbah Kuwu dalam menjalankan syiar Islam,” tutur Tohir. []

Berita terkait
75 Merdeka Desa Kerandon di Cirebon Tanpa Internet
Warga di Desa Kerandon, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jabar, belum merdeka dari ketiadaan sinyal telepon seluler dan jaringan internet
Pengadaan Masker di Cirebon Dorong Ekonomi Desa
Bumdes di Kabupaten Cireon akan menerima modal awal berupa dana desa untuk pengadaan masker, penggunaan dana desa tidak akan mengurangi dana BLT