Sejarah Kota Mekkah, Impian Setiap Muslim Mengunjunginya

Sejarah Kota Makkah tidak terlepas dari sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hadjar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya.
Sejarah Kota Mekkah. (Foto: Tagar/iSt)

TAGAR.id, Jakarta - Sejarah Kota Makkah tidak terlepas dari sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hadjar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya di lembah yang dahulu tidak berpenghuni, tidak ada air maupun orang yang tinggal di sana.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan, Nabi Ibrahim meninggalkan Nabi Ismail saat masih bayi dan masih menyusu kepada ibunya. Sedangkan Nabi Ibrahim kembali ke Suriah.

Nabi Ibrahim menurunkan istri dan anaknya di bawah sebuah pohon dengan meninggalkan sekantong kurma dan sebotol air, lalu kembali ke Suriah kuno. Sesaat sebelum pergi, Hajar memanggil dan bertanya: “Kamu hendak kemana? Bagaimana kamu bisa meninggalkan kami di lembah terpencil ini yang tidak ada manusia atau apa pun (kehidupan)?"

Nabi Ibrahim masih terdiam dan Hadjar kembali mengulang pertanyaannya. Hingga kesekian kali Hadjar bertanya, Nabi Ibrahim hanya terdiam.

Hadjar kemudian mengubah pertanyaannya, "Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan ini?" Barulah kemudian Nabi Ibrahim menjawab, "Ya. Maka Allah tidak akan pernah meninggalkan kita," kata Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim kemudian mengambil beberapa langkah lalu berdiri di atas bukit kecil, mengangkat tangannya seraya berdoa dan memohon kepada Allah SWT. "Ya Allah ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di sebuah lembah yang belum digarap dekat Rumah Suci-Mu, Ya Allah (yang demikian itu), agar mereka mendirikan sholat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur,” (Q.S Ibrahim ayat 37).

Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan memberkahi Hadjar dan Nabi Ismail sebuah sumur yang tidak pernah kering, sumur zamzam. Kemudian semua orang datang dari berbagai penjuru untuk tinggal dan menetap di kota Makkah.

Suku pertama yang tinggal di Makkah adalah suku Jurhum di mana Nabi Ismail dibesarkan dan dengan siapa ia menikah. Kemudian Nabi Ibrahim datang sesekali ke Makkah untuk mengunjungi anak dan istrinya.

Kemudian Allah memerintahkannya untuk membangun Ka'bah. Allah berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim sedang meningkatkan fondasi rumah (bersama) Ismail (seraya berkata) : Ya Tuhan kami! Terima (ini) dari kami. Sungguh, Engkau adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," (QS, Al-Baqara ayat 127).

Allah juga berfirman: "Dan (ya Muhammad), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah Rumah, (dengan mengatakan), "Jangan mengasosiasikan apa pun dengan-Ku dan sucikanlah Rumah-Ku bagi orang-orang yang melakukan tawaf (mengelilingi dari Ka'bah) dan orang-orang yang beribadah (sholat) dan orang-orang yang ruku dan bersujud," (QS. Al-Hajj ayat 26).

Kota Makkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah kering, dikelilingi pegunungan karang yang tandus dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya. 

Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota-kota di wilayah Arab Saudi, kota ini beriklim gurun.

Panjang lembah barat ke timur sekitar 3 km, sedangkan panjang lembah utara ke selatan sekitar 1,5 km. Kota ini dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya gunung Abu Qubais pada bagian timur, gunung Abi Badidah (Kudai) dan gunung Khundamah pada bagian selatan, gunung Al Falj, gunung Qaiqa'an, gunung Hindi, gunung Lu'lu dan gunung Kada (gunung tertinggi) pada bagian utara. Dulu, hanya ada tiga jalan yang bisa dilalui untuk masuk Makkah. Yaitu celah utara di kaki gunung Al Falh, celah barat menuju Laut Merah dan celah selatan menuju Yaman.

Nama-Nama Lain Kota Makkah

Dalam al-Quran, lembah Makkah disebut dalam berbagai istilah. Ada istilah al-balad al-amin (kota yang aman; negeri yang aman; negeri yang terlindungi).

Istilah itu dapat ditemukan dalam rangkaian firman Allah QS. A-Tiin: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota (Mekah) ini yang aman.”

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa Tin ialah tempat tinggal Nabi Nuh yang berada di Damaskus yang banyak pohon Tin. Dan Zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh pohon Zaitun.

Makkah juga disebut dengan nama Bakkah. Istilah ini, menurut Nurcholish Madjid, ternyata juga dipakai dalam Bible, yaitu ada dalam kitab Genesis yang melukiskan tentang bagaimana Ismail diberkati oleh Tuhan yang berjalan menuju lembah bernama Bakkah. Ini sebagai suatu ilustrasi tentang sampainya Ismail ke negeri itu.

Istilah lain untuk Mekkah yang juga digunakan dalam al-Quran adalah Ummul-Qura. Istilah ini yang sekarang dijadikan nama sebuah universitas di Mekkah, yaitu Universitas Ummul-Qura.

Sama persis artinya dengan istilah dalam bahasa Yunani yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu metropolitan. Metro artinya umm (ibu), dan politan artinya qura (kota, polis). Jadi, metropolitan atau ummul-qura adalah sama dengan ibukota. Sebab, Mekkah itu ibukota spiritual umat manusia.

Dulu Mekkah juga disebut dengan nama Macoraba. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu maqrabah yang artinya tempat melaksanakan kurban.

Dalam sejarahnya, tempat ini memang dianggap tempat suci dalam melaksanakan kurban. Menurut sumber-sumber agama yang tercampur legenda, Makkah itu sudah ada dan dikenal sejak Nabi Adam. Jadi bukan seak zaman Nabi Ibrahim.

Dengan demikian, keberadaan dan terbentuknya keadaban kota Makkah itu dihidupkan kembali oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya atas perintah dan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.

Sekali lagi, semua ini bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi karena proses alamaiah yang dilakukan oleh manusia. Tetapi, semua ini terjadi atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Wallahu a’lamu bi al-shawab. 

Berita terkait
Sejarah Baru! Muslim di New York Gelar Buka Puasa dan Salat Tarawih di Times Square
Baru-baru ini viral di Medsos soal adanya ribuan umat Muslim di Amerika Serikat yang menggelar buka puasa serta shalat tarawih di Times Square.
Sejarah Kalender Hijriah atau Kalender Islam
Sejarah kalender hijriah atau kalender Islam dimulai dari inisiatif di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya pada 638 Masehi.
Sejarah Turunnya Alquran pada Tanggal 17 Ramadan
Sejarah turunnya Alquran diceritakan dalam berbagai sumber. Begini sejarahnya menurut buku Pengantar Studi Alquran karya Abdul Hamid.