Sejarah Kalimantan Selatan Sebelum dan Sesudah Jadi Provinsi

Jauh sebelum menjadi Provinsi, Kalimantan Selatan adalah daerah yang paling menonjol di Pulau Kalimantan. Berikut ulasan sejarahnya.
Ilustrasi - Sejarah Kalimantan Selatan. (Foto: Tagar/Selfiana)

Jakarta – Jauh sebelum menjadi Provinsi, Kalimantan Selatan adalah daerah yang paling menonjol di Pulau Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik dan pemerintahan, baik semasa penjajahan maupun pada awal kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan hikayat raja-raja Banjar, hikayat Kota Waringin pada abat ke-17 salah satu tokoh yaitu Pangeran Samudera yang dibantu oleh para Patih, bangkit menentang kekuasaan pedalaman Nagaradaha. 

Mereka pun menjadikan Banjarmasin dipinggir sungai Kuin sebagai pusat pemerintahannya dan daerah tersebut disebut sebagai Kampung Keraton. 

Pemberontakan Pangeran Samudera merupakan pembuka zaman baru dalam sejarah Kalimantan Selatan sekaligus, menjadi titik balik dimulainya. Periode islam dan berakhirnya Zaman hindu, karena ialah yang menjadi cikal bakal islam Banjar dan pendiri kerajaan Banjar.

Pada tahun 1859, seorang bangsawan Banjar yaitu Pangeran Antasari, mengerahkan rakyat Kalimantan Selatan untuk melakukan perlawanan terhadap kaum kolonialisme Belanda. 

Namun, pada tahun 1905, perlawanan-perlawanan itu berhasil di tumpas oleh Belanda. Seiring berjalannya waktu, lancarnya hubungan dengan pulau Jawa turut mempengaruhi perkembangan di Kalimantan Selatan. 

Hal itu dapat dilihat dari dibentuknya wadah perjuangan dari berbagai perjuangan pada tahun 1912 di Banjarmasin, seperti berdirinya cabang-cabang Sarekat Islam di seluruh Kalimantan Selatan.

Karena hal tersebut membuat para pemuda Kalimantan untuk membuat organisasi kepemudaan seperti ‘Barabai’, dan ‘Pemuda Marabahan’, kemudian di tahun 1929 terbentuk persatuan ‘Pemuda Borneo.' 

Berbagai organisasi perjuangan itu menjadi wadah menyebarluaskan kesadaran kebangsaan untuk melawan penjajahan Kolonial Belanda. Dalam periode pasca proklamasi kemerdekaan merupakan momentum yang paling heroik dalam sejarah Kalimantan Selatan. 

Karena pada 16 Oktober 1945 dibentuk badan perjuangan yang paling radikal yaitu ‘Badan Pemuda Indonesia Kalimantan’ namun, di tenagh perjalanannya gerakan perjuangan ini mengalami banyak hambatan. 

Hambatan tersebut karena disepakatinya perjanjian Linggarjati pada 15 November 1945, berdasarkan perjanjian ini ruang gerak pemerintahan Indonesia menjadi terbatas hanya pada kawasan Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra sehingga organisasi perjuangan di Kalimantan Selatan kehilangan Kontak dengan Jakarta.

Kemudian di tahun 1950 menyusul pembubaran Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh Kolonial Belanda, maka Kalimantan Selatan kembali menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia sampai saat ini. 

Bagi Kalimantan Selatan 1 Januari 1957, adalah momentum paling penting, karena Kalimantan Selatan resmi menjadi Provinsi yang berdiri sendiri di pulau Kalimantan bersama-sama dengan provinsi Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

Sampai saat ini memang Kalimantan Selatan masih belum menjadi tujuan wisata utama di Indonesia, tetapi sebenarnya wilayah ini memiliki berbagai potensi wisata mulai dari wisata alam hingga wisata religi. Tempat wisata yang terkenal yaitu pasar terapung Lok Baintan Banjarmasin, taman wisata Pulau Kembang, dan Geopark Meratus.

(Selfiana)

Berita terkait
Sejarah Minuman Teh Hijau dan Khasiatnya Bagi Tubuh
Tradisi minum teh hijau berasal dari China pada tahun 2737 SM. Salah satu khasiatnya adalah mencegah kerusakan DNA.
Sejarah, Niat, dan Keutamaan Puasa Dzulhijjah
Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah 1442H/2021. Salah satu keutamaannya adalah keberkahan.
Suka Makan Tahu Gejrot? Begini Sejarahnya
Tahu gejrot merupakan makanan populer yang berasal dari Cirebon. Rasa lezat dan harga murah membuat tahu gejrot digemari oleh berbagai kalangan.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.