Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober

Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober tiap tahun. Santri berasal dari bahasa Sanskerta, "shastri" yang artinya Kitab Suci.
Ilustrasi Santri. (Foto:Tagar/Suara Merdeka)

Jakarta – Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Dikutip dari Wikipedia, Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren yang biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. 

Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh.

Menurut bahasa, santri berasal dari bahasa Sanskerta, "shastri" yang memiliki akar kata sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.

Ada pula yang mengatakan santri berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. 

PesantrenPesantren di Indonesia. (Foto:Tagar/kompasmadura.blogspot.com)

Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekuensinya ketua pondok pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut.

Peringatan Hari Santri Nasional disahkan oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keppres Nomor 22 tahun 2015. Dilansir dari Kemenag.go.id, penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya ‘Resolusi Jihad’ oleh KH Hasyim Asyari. 

Resolusi Jihad merupakan fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dikutip dari laman nu.co.id, Resolusi Jihad lengkapnya adalah “Resolusi Jihad Fii Sabilillah” yang isinya sebagai berikut:

“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)”.

Resolusi Jihad NUKetua-ketua NU berkumpul untuk membahas dan memutuskan Resolusi Jihad. (Foto:Tagar/percayalah7.wordpress.com)

Sementara buku 'Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren' karya Abdulloh Hamid M.Pd menyebut, resolusi jihad tersebut menggerakkan santri, pemuda, dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945.

Hasyim Asyari yang kala itu menjabat sebagai Rais Akbar PBNU memutuskan untuk melakukan resolusi jihad melawan pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur. Keputusan itu ditetapkan setelah mendengar tentara Belanda yang berupaya kembali menguasai Indonesia dengan membonceng sekutu.

KH Hasyim AsyariKH Muhammad Hasyim Asy\'ari. (Foto: Tagar/Perpustakaan PBNU)

Para santri pun meminta kepada pemerintah supaya menentukan sikap dan tindakan agar tidak membahayakan kemerdekaan serta agama. Pasalnya, perbuatan Belanda dan Jepang kepada Indonesia dianggap sebagai perilaku zalim bagi NU.

Sejak menyerukan resolusi jihad tersebut, para santri dan rakyat pun melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya. Pimpinan Sekutu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby pun tewas dalam pertempuran.

K.H Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ia putra ketiga dari 10 bersaudara yang lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

KH Hasyim AsyariKH Hasyim Asyari sang pencetus resolusi jihad. (Foto:Tagar/ jawatimuran.wordpress.com)

Ayahnya bernama Kyai Asy’ari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang dan ibunya bernama Halimah. 

Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).

Realitarakyat.com menulis, K.H Hasyim Asy’ari menikah sebanyak 3 kali dengan dikaruniai 14 orang anak. Salah seorang putranya, Wahid Hasyim adalah salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama. 

Sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menjadi Presiden Indonesia. K.H. Hasyim Asy'ari meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. []

Berita terkait
Sejarah Hari Parlemen Indonesia 16 Oktober
Hari Parlemen Indonesia diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Menandai pentingnya lembaga perwakilan yang berfungsi mewadahi aspirasi masyarakat.
Sejarah Hari Kesehatan Jiwa 10 Oktober dan Penjelasan Para Ahli
Hari Kesehatan Mental Dunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober untuk mendidik masyarakat tentang Isu-isu relevan terkait kesehatan mental.
Sejarah Hari Museum Nasional 12 Oktober Terlengkap
Hari Museum Nasional, diperingati tanggal 12 Oktober. Ketetapan ini, berdasarkan Musyawarah Museum se-Indonesia 12-14 Oktober 1962 di Yogyakarta.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.