Sejarah Berdirinya Banyuwangi, The Sunrise of Java

The Sunrise of Java merupakan julukan bagi Kabupaten Banyuwangi. Sebagai kabupaten terluas bagaimana sejarah berdirinya Banyuwangi?
Kawah Gunung Ijen. (Foto: Instagram/ @banyuwangi_kab)

Jakarta - The Sunrise of Java merupakan julukan bagi Kabupaten Banyuwangi karena terletak di ujung paling timur Pulau Jawa. Tak hanya itu, kabupaten ini ternyata menjadi kabupaten terluas di Jawa Timur bahkan terluas di Pulau Jawa dengan luas wilayah 5.782,50 kilometer melebihi luas Pulau Bali 5.636,66 kilometer.

Sebagai kabupaten yang usianya kini 247 tahun, kabupaten ini sudah dipimpin oleh 27 bupati. Dari 27 bupati, 13 di antaranya bupati yang memimpin pada zaman penjajahan dan 14 bupati seusai Indonesia merdeka.

Candi BentarFoto pasukan pengibar bendera di Candi Bentar Taman Blambangan sekitar 1980-an. (Foto: banyuwangikab.go.id)

Sejarah Berdiri Banyuwangi

Berdirinya kabupaten Banyuwangi tak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa itu, kerajaan Blambangan berusaha melepaskan diri dari Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC yang ingin menguasi kerajaan Blambangan.

Sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir abad ke-18, kerajaan Blambangan tidak menyerah begitu saja pada VOC. Maka terjadilah perlawanan rakyat selama kurang lima tahun yakni 1767 hingga 1772.

Salah satu perang yang paling diingat rakyat Banyuwangi adalah perang Puputan Bayu pada 1771, tepatnya pada puncak perang 18 Desember 1771. Kala itu, rakyat Blambangan yang dipimpin Pangeran Jagapati melawan ratusan orang serdadu, perwira militer, dan pejabat penting yang dikerahkan VOC untuk melakukan berperang.

Hasilnya, Blambangan harus menerima kenyataan pahit dengan puluhan ribu rakyat Banyuwangi tewas, luka-luka, dan hilang. Tapi, VOC juga mengalami hal yang sama harus kehilangan ratusan orang yang berperang ditambah kerugian materil akibat perang.

Pada saat yang sama, ternyata pemimpin Puputan Bayu Pangeran Jagapati terluka parah seusai berduel dengan pemimpin Laskar Sumenep Tumenggung Alap-alap. Pada 19 Desember 1771, Pangeran Jagapati pun ditemukan meninggal di benteng pertahanan.

Gugurnya Pangeran Jagapati tidak membuat rakyat berhenti melawan VOC, sampai pada 1773 VOC akhirnya kerajaan Blambangan runtuh. Mereka pun membangun kota baru di Banyuwangi yang sebelumnya dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan dan mengubah kebijakan politik terhadap Regentschap Blambangan Timur yang sebelumnya bersifat represif menjadi kooperatif.

Atas usul Penguasa Blambangan 1771-1773 Patih Juru Kunci atau Patih Tumenggung Jaksanegara kepada Residen Schopoff, dilanjutkan kepada Pemangku Kebijakan Ujung Timur (Gezaghebber van den Oosthoek) P. Luzak, dilanjutkan lagi kepada Gubernur Van der Burg di Semarang, lalu kepada Gubernur Jenderal Van der Parra di Batavia, R. Wiroguno I alias Mas Alit dilantik menjadi Bupati Banyuwangi pertama pada 1 Februari 1774 dan menempati kediamannya di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.

Meski rakyat Banyuwangi memiliki bupati pertama pada 1774, rakyat Banyuwangi rupanya tak melupakan jasa dari Pangeran Jagapati, pemimpin perang Bayu Puputan yang tak gentar melawan VOC. Maka, Banyuwangi yang semula bernama Blambangan mengenang hari gugurnya Pangeran Jagapati pada 18 Desember 1771, sebagai hari jadinya.

Asal Nama BanyuwangiIlustrasi sejarah asal nama Banyuwangi. (Foto: banyuwangikab.go.id)

Legenda Nama Banyuwangi

Selain sejarah berdirinya kabupaten, Banyuwangi juga punya cerita yang ternyata melegenda yakni asal usul nama Banyuwangi seperti dikutip dari banyuwangikab.go.id.

Di ujung timur Pulau Jawa ada kerajaan yang dipimpin raja bernama Prabu Sulahkromo. Untuk menjalankan peran sebagai raja, ia dibantu oleh Patih yang gagah berani, arif, dan tampan bernama Patih Sidopekso.

Patih Sidopekso memiliki istri yang rupawan bernama Sri Tanjung, yang membuat raja tergila-gila. Ia pun berusaha untuk mendapatkan Sri Tanjung dengan berbagai cara, salah satunya memerintahkan Patih Sidopekso menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa di luar wilayah kerajaannya.

Seusai pergi, Prabu Sulahkromo mulai mendekati Sri Tanjung dengan segala rayuannya. Hanya saja, Sri Tanjung memiliki pendirian teguh dan menolak semua rayuan raja.

Karena patah hati, raja pun menyampaikan fitnah pada Patih Sidopekso yang kembali dari tugasnya. Ia mengatakan Sri Tanjung telah merayu raja dan berselingkuh di belakang suaminya tersbut.

Patih Sidopekso yang tidak mencurigai perkataan raja dengan tergesa-gesa menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan sambil melontarkan tuduhan atas apa yang dilakukannya. Bahkan, Patih Sidopekso mengancam akan membunuh Sri Tanjung yang kala itu bersikeras tidak mengakui tuduhan yang ditujukan padanya.

Sri Tanjung yang tak berdaya diseret oleh suaminya ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Sebagai bukti kejujuran, kesucian, dan kesetiannya, ia mengungkapkan permintaan terakhirnya.

Apabila darah dari tubuhnya membuat air sungai berbau busuk maka ia memang telah selingkuh dari suaminya, tapi apabila air sungai mengeluarkan bau wangi artinya ia tidak bersalah terhadap suaminya.

Patih Sidopekso yang tak mampu menahan diri, menikamkan keris ke dada istrinya. Seketika, darah terpercik dari tubuh Sri Tanjung dan ia pun meninggal dunia.

Tubuh Sri Tanjung yang tak bernyawa pun diceburkan ke sungai. Ternyata, sungai yang keruh itu perlahan-lahan menjadi jernih seperti kaca serta mengeluarkan bau wangi.

Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh, dan linglung. Tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu........ wangi................ Banyu wangi ....." []

Berita terkait
Hutan di Banyuwangi Terbakar, Penyebabnya Puntung Rokok
Kebakaran lahan terjadi di petak 91 C Resort Pengelolaan Hutan Curahjati, Banyuwangi Selatan, Jwa Timur.
HUT RI ke 74, Ratusan Napi di Banyuwangi Dapat Remisi
Ratusan narapidana dari lembaga permasyarakatan kelas II Banyuwangi mendapat remisi pada HUT RI ke-74, Sabtu 17 Agustus 2019
Lima Tokoh Populer Asal Banyuwangi
Sejumlah tokoh publik yang berhasil mengharumkan nama Banyuwangi ke berbagai penjuru.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.