Sapa Aruh Sri Sultan HB X soal Adaptasi dan Ekonomi Bangkit

Konon kata orang bijak, makhluk yang mampu mempertahankan hidup bukan yang terbesar, terkuat atau terkaya. Tapi yang bisa adaptasi perubahan.
Sapa Aruh Sri Sultan HB X di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa, 16 Februari 2021. (Foto: Humas Pemda DIY)

Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, seseorang yang bisa mempertahankan hidup adalah yang bisa mengadaptasi perubahan. Hal itu disampaikan dalam acara Sapa Aruh Sri Sultan HB X di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa, 16 Februari 2021.

Dalam acara bertema Mengadaptasi Perubahan, Menggugah Semangat Bangkit - Ekonomi ini, Sri Sultan HB X didampingi Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X dan Sekretaris Daerah Kadarmanta Baskara Aji. Berikut pidato lengkap Ngarsa Dalem atau Raja Keraton Yogyakarta dalam acara tersebut:

Assalamualaikum wr. wb.

Salam sehat-sejahtera untuk kita semua,

Konon kata orang bijak, mahkluk yang mampu mempertahankan hidup bukan yang terbesar, terkuat atau terkaya. Tapi mereka yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Jika semuanya berubah total, sistem baru menjelang tiba, apakah kita siap menyongsongnya? Maka, ubahlah cara berpikir dan bertindak sejak sekarang juga! Kalau dulu, suntikan semangatnya “Merdeka atau Mati!”, kini pilihannya juga tinggal dua: “Kolaborasi atau Mati” –Collabs or Collapse.

Kalau kini, diberlakukan Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM), apakah kita cukup dengan bersungut-sungut lalu marah? Dalam kaitan ini, kita bisa belajar dari nelayan saat merespon gelombang besar. Mereka pun tidak bisa melaut. Tapi mengerti: “Untuk apa mengganggu pasang-surut air laut yang sedang mengantarkan oksigen untuk plankton di dasar laut?” 

Baca Juga:

Benar saja, saat badai reda, plankton tumbuh lebih subur, ikan-ikan berkembang biak. Lalu nelayan bisa kembali mendapatkan ikan dalam jumlah cukup. Para nelayan tidak pernah menghujat gelombang dan badai, tetapi mereka mengetahui kapan saat terbaik untuk istirahat. Tetap “semangat tanpa sambat”.

Sama halnya petani. Membiarkan lahan istirahat untuk memulihkan diri. Mereka berpikir sederhana: “Bukankah ini saat terbaik untuk memperbaiki alat-alat yang rusak?” Yang masih baik dibuat lagi varian yang lebih baik. Sikap-sikap rajin inilah yang mempertemukan kita pada produk-produk jenius. Produk-produk tidak sekali jadi yang terasah oleh mentalitas perajin yang ingin memperbaiki diri dan karyanya.

Beberapa bulan ini, wajah media kita penuh dengan berita tentang corona dan segala dampak yang menakutkan. Kecemasan mengintai separuh warga dunia. Sektor usaha yang paling merasakan dampaknya. Bagaimana cara menanggulanginya?

Ada baiknya kita bertanya: Adakah nelayan yang melawan gelombang dan badai, agar reda? Adakah petani yang membiarkan tanahnya terus dipaksa untuk menghasilkan? Jika ada, mereka pasti hanya melakukan hal yang sia-sia. Meredakan gelombang hanyalah sebuah ilusi. Menanam di tanah yang tak punya waktu memulihkan diri untuk menghasilkan lebih banyak, hanyalah solusi jangka pendek tanpa memikirkan kesuburan tanah di kemudian hari.

Para nelayan tidak pernah menghujat gelombang dan badai, tetapi mereka mengetahui kapan saat terbaik untuk istirahat. Tetap “semangat tanpa sambat”.

Lalu bagaimana dengan jagat bisnis, terutama UMKM? Seperti pelaku bisnis tradisional, setiap pelaku bisnis semestinya juga mengenal masa jeda. Bukan untuk tidak produktif, tetapi justru untuk lebih produktif dengan memperbaiki piranti-piranti bisnis. 

Belajar dari mereka, saat datangnya wabah corona inilah momentum terbaik bagi para pelaku bisnis untuk memperbaiki fasilitas, meningkatkan kemampuan SDM dan juga menajamkan wawasan bisnis. Di mana pemerintah wajib memberikan insentif dan stimulus ekonomi sebagai modal survival untuk gumrégah-bangkit. Dalam hal ini, saya menyediakan ruang dialog untuk mencari solusi terbaik.

Harus kita pahami, Covid-19 ini bukanlah sekadar mampir. Selesainya pun tidak bisa kita prediksi. Bukankah Depresi tahun 1929 berlangsung selama 6 tahunan? Karena itu, tidak bisa lain, hadapi dan terima kenyataan. Bisnis harus mencari model atau rekayasa baru yang berbiaya murah dan terima pembayaran cepat. Tentu ini tidaklah mudah seperti halnya membalik telapak tangan.

Hidup memang tak selamanya berjalan mulus. Karena itu, hilangkanlah ke-AKU-an. Sebab butuh batu kerikil agar kita berhati-hati; butuh semak berduri agar kita waspada; butuh masalah agar kita punya kekuatan; butuh pengorbanan agar kita tahu cara bekerja keras; butuh melihat orang lain agar kita tahu, tak sendiri.

Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa. Sekecil apa pun penghasilan kita, pasti akan cukup, bila digunakan untuk kebutuhan hidup. Sebesar apa pun penghasilan kita, pasti akan kurang, bila digunakan untuk gaya hidup dan memenuhi kepuasan hati.

Baca Juga:

Janganlah selesaikan masalah dengan mengeluh atau marah. Selesaikan saja dengan sabar, bersyukur, bekal optimisme. Teruslah melangkah walau banyak rintangan, dan jangan takut saat tidak ada lagi tembok untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud. Dan, tak kalah penting, kita mendamba petunjuk-Nya, agar punya harapan tentang arah masa depan.

Berdiam di rumah bagaikan Madrasah, tempat kita belajar hidup dan berkreasi untuk menimba kehidupan yang lebih baik dalam situasi berbeda, keadaan baru dengan segala kesahajaannya.

Maka, hidupkanlah Birokrasi yang melayani, Akademisi yang inovatif, serta Masyarakat yang peduli, melindungi dan berbagi. Ya Allah, jauhkanlah itu semua dari sekadar Utopia. Dekatkanlah menjadi Realita. Semoga keberkahan dan kebahagiaan berada di sekitar kita.

Sekian, terima kasih.

Wassalamualaikum wr. wb.

Berita terkait
Isi Pesan Sapa Aruh Sri Sultan HB X untuk Rakyat Yogyakarta
Dulu Orang Jawa mengandalkan Jangka Jayabaya untuk menerawang masa depan. Kini tergeser oleh futuris Barat. Di DIY, kearifan lokal jangan luntur.
Instruksi Terbaru Sri Sultan HB X soal Pembatasan Kegiatan
Membatasi keluar masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB. Begitu salah satu poin kebijakan Instruksi Gubernur DIY, berlaku 9-23 Februari.
Sri Sultan HB X Resmi Perpanjang Pengetatan Kegiatan di DIY
Gubernur DIY Sri Sultan HB X resmi memperpanjang PTKM di Yogyakarta hingga 8 Februari 2021. Berikut 11 poin instruksi yang dikeluarkan.