Santri Aceh Wisata Religi ke Papan Tinggi Barus

Puluhan santri dari Ponpes Tahfidzul Quran Hidayatullah Aceh Singkil berwisata religi ke Papan Tinggi, Barus, Tapanuli Tengah.
Puluhan Santri Aceh Singkil berwisata ke Papan Tinggi Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumut, Minggu, 15 Maret 2020.(Foto: Tagar/Khairuman).

Singkil - Puluhan santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Qur'an Hidayatullah Aceh Singkil berwisata religi ke Makam Aulia Papan Tinggi, Desa Pananggahan, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

"Tur lintas daerah di akhir pekan ini diikuti 60 orang santri. Tujuannya memahami peradaban Islam selain Aceh," kata Ustaz Hayamuddin Alhafiz, Pimpinan Ponpes Tahfidzhul Qur'an Hidayatullah, Minggu, 15 Maret 2020.

Untuk mengisi waktu libur dan kosong, jelas Hayamuddin, para santri memanfaatkannya dengan berkunjung dan berziarah ke sana, mengingat Kota Barus merupakan daerah bersejarah dan menjadi titik nol Islam Nusantara yang sudah diresmikan Presiden Jokowi.

"Artinya Barus ini menjadi objek wisata religi yang kita harus tau sejarah dan perkembangannya. Untuk itu kami mengajak para santri berkunjung sekaligus berziarah di makam para ulama yang ada di Barus ini," ujarnya.

Anak tangganya bila dilalui anak kecil, usia enam hingga belasan atau belum puber, sangat mudah dilalui

Dia menyebut, di sana para santri bisa mengetahui sejarah, kenapa di atas bukit ada makam. Selain juga rasa syukur terhadap perjuangan ulama untuk mendakwahkan agama Islam, serta sebagai bentuk pendidikan kepada para santri tentang kematian.

"Semoga kegiatan seperti ini bisa dilakukan santri pondok pesantren lainnya. Kegiatan seperti ini sangat positif menambah pengetahuan para santri dalam mengamati alam dan lingkungan. Selama ini kan santri hanya berada di dalam ponpes. Rasanya ada kalanya belajar di alam luar," tuturnya.

Kuburan Aulia Papan Tinggi kerap dikunjungi warga Aceh Singkil, karena makam ini mempunyai keistimewaan. Menurut penduduk setempat, meski anak tangganya yang curam berjumlah 1.000 blok, tetap mudah dilalui.

"Anak tangganya bila dilalui anak kecil, usia enam hingga belasan atau belum puber, sangat mudah dilalui," kata Buyung, warga setempat.

Begitu juga para kaum dewasa, mudah melewatinya meski harus sedikit tertatih-tatih dan berpegangan di besi sepanjang perjalanan.

Konon, katanya, kelihaian seorang bocah berjalan di anak tangga dimudahkan karena belum menanggung dosa. Sebaliknya, bila tidak disertai niat baik tidak akan sampai ke tujuan.

Keistimewaan lainnya, yakni keluasan tempat Papan Tinggi. Selalu muat walau dipenuhi banyak pengunjung.[]

Berita terkait
Tiga Menteri Resmikan Rusun Santri di Kediri Jatim
Tiga menteri Kabinet Indonesia Maju meresmikan Rusun di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Mubtadiin Lirboyo di Kota Kendiri, Jatim.
Lezatnya Mi Lobster, Kuliner Khas Simeulue Aceh
Mi lobster menjadi kuliner khas Kabupaten Simeulue, Aceh. Rugi rasanya bila berkunjung tidak sempat mencicipinya.
Nasib Istana Belanda Lapuk Dimakan Usia di Aceh
Jaring laba-laba bergelantungan di setiap sudut ruangan di Istana Glumpang Dua peninggalan Belanda yang berada di Kabupaten Bireuen, Aceh.