Sambat Sopir Bus Terminal Purabaya di Tengah Corona

Pandemi virus corona di Jawa Timur menghantam pendapatan para sopir bus di Terminal Purabaya Surabaya karena menurunnya jumlah penumpang.
Suasana sepi di Terminal Purabaya Surabaya, hanya tampak satu bus yang beroperasi di tengah pandemi virus corona. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Surabaya - Suasana lalu-lalang dan berdesak-desakan antar penumpang tidak lagi terlihat di Terminal Purabaya Surabaya. Pandemi Covid-19 atau virus corona menghantam Jawa Timur serta anjuran pemerintah untuk menerapkan Social Distance benar-benar membuat terminal terbesar di Jawa Timur itu sepi. 

Ruang tunggu penumpang terminal yang dikelola Dinas Perhubungan Surabaya itu tampak sepi. Kursi yang disediakan pun menerapkan Social Distancing dengan di atur jarak 1 meter. Hanya satu dua orang penumpang terlihat duduk sembari menunggu jadwal keberangkatan bus.

Wajur (parah), menurun drastis akibat virus corona. Padahal biasanya enggak seperti ini. 

Bus angkutan kota dalam provinsi (AKDP) maupun angkutan kota antar provinsi (AKAP) yang biasanya menyambut penumpang, kali ini hanya berjejer rapi terparkir dibelakang terminal. Para sopir bus, memilih tidak jalan, karena sepinya penumpang akibat virus corona.

Sepinya penumpang membuat sejumlah sopir bus memilih nongkrong menyeruput bubuk hitam kopi dan menghisap rokok di warung kopi (warkop) belakang terminal. Di tempat itu, para sopir saling sambat atau mengeluh jumlah penumpang yang diangkut pada Jumat 27 Maret 2020, hingga tiba di Terminal Purabaya Surabaya menurun drastis

Tagar menemui sopir bus jurusan Surabaya-Jember Faiz Isnaini saat sedang asyik menyeruput kopinya di warkop mengaku sejak virus corona mewabah dan masuk ke Jawa Timur membuat pendapatannya mengalami penurunan drastis akibat minimnya penumpang. 

Ia mencontohkan saat Jumat 27 Maret 2020, dirinya hanya mendapatkan empat penumpang saja yang ia angkut dari Terminal Jember hingga ke Terminal Purabaya Surabaya. Padahal, dalam kondisi normal, dirinya bisa mengangkut 30 hingga 40 penumpang dalam sekali perjalanan dari Jember menuju ke Surabaya. 

Terminal Purabaya SurabayaSeorang penumpang di Terminal Purabaya Surabaya harus melalui bilik sterilisasi Covid-19 yang dipasang Pemkot Surabaya sebagai pencegahan virus corona. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

"Wajur (parah), menurun drastis akibat virus corona. Padahal biasanya enggak seperti ini. Ini di hari biasa angkut sepuluh penumpang jarang, malah pagi tadi dari Jember cuma bawa empat orang saja," kata Faiz.

Kondisi pahit sangat dirasakan Faiz seperti kopi hitam yang ia seruput. Ia terlihat sedih saat Tagar mencoba mengulik pendapatan yang ia dapatkan dari sopir bus. Dengan nada terbata-bata, ia mengaku pendapatannya dalam sebulan ini sangat minim.

Selama virus corona, dirinya sama sekali tidak pernah bisa mencapai target setoran kepada pemilik bus yang ia kendarai. Jika biasanya, ia mampu menyetorkan uang Rp 600 ribu hingga 1 juta kepada pemilik bus, tetapi kali ini hanya bisa menyetor Rp 250 ribu. 

"Juragan biasa mematok setoran antara Rp 600.000 sampai Rp 1 juta tergantung pendapatan. Sekarang setoran ke juragan cuma Rp 250.000 sampai 300.000 saja, tidak bisa sampai Rp 600 ribu," ujar Faiz.

Dengan setoran itu, ia pun menarget bisa mendapatkan uang per hari paling tidak sampai Rp 600 ribu. Itupun nantinya harus kepotong untuk membeli bahan bakar minyak, kondektur dan kernet bus.

"Beruntung tak lewat tol jalur bus saya. Pulang bawa uang Rp 50 ribu bersih itupun juga sudah bagus," tutur dia.

Akibat penurunan jumlah penumpang, dirinya mempertimbangkan untuk menjalankan busnya pulang pergi hanya satu kali perjalan pulang pergi (PP). 

"Di sisi lain sejak awal tahun itu sudah sepi, sekarang ketambahan virus corona malah makin sepi. Karena Jember ke Surabaya jaraknya jauh. Apalagi kondisi seperti ini cuma sekali PP," jelas dia.

Faiz juga bercerita terkadang dirinya harus rela menginap dan membayar uang retribusi lebih ke pihak terminal. Alasannya, ia mengejar penumpang pagi hari, apalagi Sabtu biasanya banyak pulang kampung.

"Ya harus rela menginap kadang, untuk kejar jumlah penumpang. Meskipun harus bayar uang retribusi," ucap dia.

Terminal Purabaya SurabayaSuasana sepi di ruang tunggu Terminal Purabaya Surabaya. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Penurunan jumlah penumpang dan pendapatan tak hanya dirasakan Faiz, tetapi juga dirasakan oleh Sukiman. Sopir Elf jurusan Surabaya-Malang ini kondisi saat ini betul-betul sangat parah dan miris. 

Akibat minimnya penumpang, Sukiman mengaku harus rela meminta keringan kepada pemilik kendaraan untuk tidak mematok uang setoran. Pasalnya, dirinya susah memenuhi target setoran selama pandemi virus asal Wuhan, China tersebut.

"Pengaruh mas, bahkan setoran dari juragan juga diturunin. Mulanya Rp 150 ribu per hari, sekarang jadi Rp 80 ribu per hari. Kadang ya sedapatnya berapa," ucap Sukiman.

Sukiman mengaku selama pandemi virus corona, dirinya hanya bisa mendapatkan lima penumpang. Itupun hanya satu kali perjalan pulang pergi. Padahal dalam keadaan normal, dirinya bisa bisa tiga sampai empat kali pulang pergi.

"Sehari kalau normal biasanya penuh 15 orang penumpang dan bisa tiga sampai empat kali PP. Sekarang lima orang sudah bagus, tapi sekali PP," tutur Sukiman.

Dampak pandemi virus corona ternyata tidak hanya dirasakan para sopir bus, tetapi juga dirasakan para calo tiket di Terminal Purabaya. 

Satu calo tiket yang enggan disebutkan namanya mengakui selama isu virus corona merebak di Jawa Timur, khususnya Surabaya membuat jumlah penumpang di Terminal Purabaya menurun drastis. 

"Sepi kabeh (semua) mas, karena corona," tuturnya.

Ia berharap virus corona yang melanda dunia bisa segera berakhir, agar dirinya bisa mendapatkan pendapatan cukup untuk menghidupi keluarganya.

Terminal Purabaya SurabayaKepala Terminal Purabaya Surabaya Imam Hidayat. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Penumpang Terminal Purabaya Turun 12 Persen

Kondisi sepi dan penurunan jumlah penumpang dibenarkan Kepala Terminal Purabaya, Imam Hidayat. Ia mengakui penurunan jumlah penumpang yang berangkat atau turun di terminal Purabaya turun hingga 12 persen per hari.

"Menurun sekali dari biasanya. Jika biasanya bisa sampai 29 ribu penumpang, sekarang turun 12 persen dari jumlah biasanya," ujar Imam.

Tidak hanya penurunan jumlah penumpang, Imam mengatakan jumlah bus yang masuk ke Terminal juga tak seperti biasanya. Menurutnya, banyak sopir yang dirumahkan oleh Perusahaan Otobus (PO).

"Kalau itu aturan PO ya, memang dari catatan kami (terminal) ada yang jalan, ada yang enggak. Ini akibat wabah virus corona," tutur Imam.

Imam menyampaikan banyak sopir bus memilih tak menarik penumpang lantaran ada disinformasi menyebut Terminal Purabaya Surabaya memutuskan Lockdown. Padahal, kata dia, pihak terminal tak pernah melakukan hal tersebut.

"Dua minggu kemarin di media katanya ada Lockdown, kalau di sini (Purabaya) ditutup arus di Jatim ya semua tersumbat," kata dia.

Sementara untuk antisipasi penyebaran virus corona, pihak terminal Purabaya memberlakukan sterilisasi penumpang. Yakni dengan menyediakan bilik untuk penyemprotan disinfektan, cek suhu tubuh dan tempat cuci tangan.

"Ini sesuai protokol dari Pemkot Surabaya, kami menyediakan dua bilik sterilisasi dan thermal gun untuk cek suhu tubuh. Ini untuk mencegah penyebaran virus corona," kata dia.

Diharapkan dengan adanya protokol penanganan virus corona, pihaknya bisa menemukan penumpang yang memiliki suhu tubuh di atas 37 derajat celcius. Jika nantinya mendapati penumpang memiliki ciri-ciri terinfeksi virus corona maka akan lansung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo sebagai rumah sakit rujukan.

"Jadi kemarin ada dua pasien dari Solo, Jawa Tengah dan Lamongan yang suhunya kami cek di atas 37 derajat. Akhirnya kami bawa di ruang PMI. Kalau suhu di atas 38 derajat, baru langsung kita bawa ke RSUD Sidoarjo," ucap Imam.

Imam berharap wabah ini segera selesai, ia tidak bisa membayangkan bila nanti virus corona terus ada hingga musim mudik lebaran 2020.

"Harapan kami supaya semua bisa segera kembali normal, dan virus juga segera bisa diatasi. Hal ini agar masyarakat bisa menjalani mudik lebaran tahun ini," kata Imam. []

Berita terkait
Pedagang Aceh Memburu Rezeki, Menentang Maut Corona
Pedagang di Aceh berharap pemerintah dapat mencari solusi supaya pengunjung kembali normal seperti biasanya dan para pedagang kembali bergairah.
Pasar Ramai Vs Sepi di Yogyakarta di Musim Corona
Pandemi corona Covid-19 membuat kehidupan jungkir balik. Manusia makhluk sosial dipaksa di rumah. Namun, masih ada pasar ramai di Yogyakarta.
Wabah Corona: Kalau Tak Keluar Rumah Tak Dapat Uang
Siapa tak mau ongkang-ongkang kaki di rumah, istilah kerennya social distancing cegah corona. Tapi Sampara harus keluar rumah supaya dapat uang.