Jakarta - Pengetahuan awal mengenai dunia investasi saham, bisa dimulai dari pengetahuan dasar, yaitu kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham.
Anjloknya pasar modal pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Pada tahun 1998, terjadi krisis finansial dengan inflasi yang mencapai 58%. IHSG terjun ke level 398. Kondisi yang hampir sama berulang 10 tahun setelahnya.
Pada tahun 2008, terjadi krisis yang dipicu oleh skandal sub-prime mortgage di Amerika Serikat yang membuat pasar modal di seluruh dunia mendadak kolaps.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan harga suatu saham bisa naik dan turun, antara lain.
- Aksi korporasi perusahaan
- Proyeksi kinerja perusahaan pada masa mendatang
- Kebijakan pemerintah
- Fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing
- Kondisi fundamental ekonomi makro
- Rumor dan sentiment pasar
- Faktor manipulasi pasar
- Faktor kepanikan
Tak perlu risau, berikut adalah lima tips untuk menghadapi penurunan saham.
1. Tenang dan lihat perkembangan investasi
Panik ketika mengahadi situasi yang merugikan memang sangat manusiawi. Akan tetapi, kepanikan yang berkepanjangan ini hanya akan membuat seseorang mengalami kerugian yang bertambah banyak.
Misalnya saja, ketika rasa panik menyerang dan tidak bisa dikontrol dengan baik, maka seseorang bisa saja salah mengambil langkah yang justru membuat kesalahan baru. Ini tentunya kerugian datang bertubi-tubi.
Agar hal ini tidak terjadi pada Anda selaku investor, sebaiknya tetaplah berusaha tenang meski dihadapi sengan situasi nilai saham yang menurun.
2. Anggaran keuangan kembali
Disaat menghadapi nilai saham yang menurun, Anda perlu mengkaji kembali anggaran bulanan. Lihat dan evaluasi anggaran tersebut karena saham yang nurun, memungkinkan Anda perlu mengehemat sambil menunggu perkembangan saham mulai membaik.
Segera pisahkan penghasilan untuk pos-pos pengeluaran yang sangat penting seperti tagihan dan cicilan utang serta biaya kebutuhan lainnya.
3. Jangan langsung dicairkan
Banyak investor saham terutama bagi yang pemula ketika panik melihat nilai saham turun, mereka langsung mencairkan dana saat itu juga. Hal ini dikarenakan, mereka takut mengalami kerugian.
Padahal, ketika nilai saham turun, ini hanya potensi adanya kerugian. Artinya investor belum merugi. Saat dana dicairkan, barulan investor dikatakan rugi.
Untuk itu, nilai saham yang turun janganlah membuat Anda mengambil keputusan yang salah. Lihat perkembangan di hari berikutnya secara berkala.
4. Anggap sedang menabung
Sebagian besar orang bilang, kata investasi memanglah berat. Hal ini dikarenakan dana yang disetorkan sangatlah besar. Mungkin itu hanyalah pemikiran orang dulu, sebab investasi saham saat ini hanya membutuhkan modal receh dan terjangkau bagi setiap orang bahkan milenial sekalipun, yaitu mulai Rp100 ribu saja.
Ini tentunya tidak bisa dianggap lagi menjadi investasi yang berat. Anggap saja investasi saham yang Anda lakukan sama seperti halnya dengan menabung secara rutin atau disiplin yang nantinya bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan besar.
5. Ingat tujuan jangka panjang investasi saham
Setiap seseorang pertama kali memutuskan untuk melakukan investasi di sektor saham, pastinya memiliki tujuan finansial jangka Panjang yang berharga.
Bukan hanya mengingat keuntungan yang lumayan besar saja, tapi investor saham mungkin saja menginginkan tujuan ingin membeli rumah, sebagai dana pensiun di masa tua kelak dana pendidikan untuk anak dan lainnya.
Ingatlah tujuan jangka panjang yang telah Anda putuskan sejak awal ketika berinvestasi saham. Dengan begitu, apapun kondisi saham baik sedang buruk ataupun bagus, Anda akan bertahan dan tetap melanjutkan investasi saham.[]
(Erlangga)
Baca Juga:
- Bobby Nasution Kedatangan Investor Pasar Modal, Siapa Dia?
- Masa Pandemi, Insentif Pemerintah Bantu Pasar Modal Bertahan
- 3 Cara Berinvestasi Paling Aman di Pasar Modal
- Pahami Sebelum Investasi! Fungsi dan Manfaat Pasar Modal