Jakarta – Saham produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc terdongkrak oleh kinerja keuangan yang positif. Perusahaan melaporkan, saham melonjak lebih dari 17 persen menjadi 300 dolar AS, level tertinggi yang berhasil diraih sejak Februari 2019. Pada triwulan ketiga, Tesla mencetak laba tak terduga sebesar 143 juta dolar AS atau sekitar Rp 2 triliun. Angka ini diluar perkiraan sebelumnya, namun turun 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tesla tengah berjuang untuk bisa menutupi kerugian yang terjadi beberapa tahun lalu. Seperti diberitakan dari BBC, Rabu, 23 Oktober 2019, perusahaan belum menghasilkan laba tahunan meskipun mereka terus mencatat hasil yang cukup bagus dalam dua triwulan terakhir tahun 2018 lalu. Ini yang membuat para investor ragu untuk menanamkan dananya di Tesla.
Tahun lalu, perusahaan mengambil langkah berani dengan memangkas biaya, memutus kontrak ribuan karyawann serta mengekang pengeluaran-pengeluaran lain yang tidak perlu. Pada triwulan keempat 2018, biaya operasional turun sekitar 15 persen dibandingkan tahun lalu (year on year) menjadi 930 juta dolar AS. Hal ini dapat mendongkrak laba kendati pendapatan mengalami penurunan sedikit.
Tesla menaruh harapan pembangunan pabrik baru di China bisa meningkatkan kepercayaan investor. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu merupakan pasar mobil terbesar di dunia. Otoritas China sudah memberikan lampu hijau untuk pembangunan pabrik Tesla di Shanghai. Perusahaan yang dibangun miliader Ellon Musk itu telah menyiapkan investasi dua miliar dolar AS untuk pabrik barunya di Shanghai Timur.
Pabrik ini akan mulai beroperasi dalam beberap minggu ke depan. Di pabrik ini Tesla akan memproduksi sebanyak 1.000 mobil listrik Model 3 setiap minggunya. Tahun ini Tesla menargetkan peningkatan pengiriman dari 360 ribu unit menjadi 400 ribu unit. Pengoperasian pabrik di Shanghai Timur diharapkan bisa memenuhi pencapaian target perusahaan.
Jadwal produksi massal di pabrik Shanghai ini sangat penting bagi Tesla untuk bisa memenuhi pencapaian target di tahun 2019. Namun menurut laporan Reuters, tidak jelas kapan Tesla bisa memenuhi target akhir tahun mengingat masih belum jelasnya pemasanan, persoalan tenaga kerja dan siapa yang akan ditunjuk menjadi pemasok atau agen tunggal pemegang merek (ATPM).
(Dimas Wijanarko)
- Baca Juga: Penjualan Mobil Naik Tipis, Saham Tesla Turun 6 Persen
- Tesla Termurah Hadir di Indonesia, Tertarik Beli?