Rizal Ramli, Pengkritik Kebijakan Pemerintah

Rizal Ramli, pakar ekonomi sekaligus politikus Indonesia ini dikenal gencar mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilainya janggal
Rizal Ramli (Foto: [email protected])

Jakarta - Belakangan, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, menjadi sosok yang dicari-cari untuk dimintai pendapat terkait perekonomian Indonesia. Sejak dulu, pakar ekonomi sekaligus politikus Indonesia ini memang dikenal gencar mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilainya janggal.

Kasus gagal bayar PT Jiwasraya dan kasus korupsi Asabri beberapa bulan lalu seolah memanggil kembali sosok Rizal Ramli.

Pria yang lahir pada 10 Desember 1954 ini pernah beberapa kali memegang jabatan penting di pemerintahan seperti Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (2000-2001), Menteri Keuangan (2001), dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2015-2016).

Selain itu, ia juga pernah dipercaya sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) (2000-2001), dan Anggota Tim Panel Penasihat Ekonomi Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB). Meski pengabdiannya di beberapa jabatan tersebut terbilang singkat, namun Rizal dinilai sukses menjalankan setiap amanah yang diberikan.

Jenjang pendidikan pria penggemar Alberth Einstein ini tak bisa dipandang sebelah mata. Setelah menyelesaikan pendidikan-pendidikan dasarnya di Bogor, Jawa Barat, ia memilih untuk melanjutkan studinya di jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah, ia pernah menjabat sebagai Presiden Student English Forum (SEF) ITB dan Deputi Dewan Mahasiswa ITB pada 1977.

Aktivitasnya di kampus tak jadi penghambat dalam melakukan berbagai aksi protes pada era Orde Baru. Ia berperan penting dalam aksi protes yang dilakukan mahasiswa menyusul terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden RI. Alhasil, Rizal pun ditangkap pihak berwenang dan sempat mendekam di penjara sukamiskin selama 18 bulan.

husen2Rizal Ramli (Foto: [email protected])

Usai menyelesaikan studinya di ITB, Rizal mencoba memperdalam pendidikan ekonominya dengan mengikuti program ASEAN Studies di Universitas Sophia di Jepang. Menikmati studinya di bidang ekonomi, pria 65 tahun ini kemudian melanjutkan pendidikanya ke program master ekonomi di Universitas Boston, Amerika Serikat, dan lulus pada 1982. Di kampus itulah Rizal meraih gelar S3.

Setelah kenyang dengan pendidikan-pendidikan ekonominya, Rizal bersama kawan-kawanya mendirikan sebuah lembaga riset bidang ekonomi, industri dan perdagangan yang diberi nama Econit Advisory Group. Bersama Econit, Rizal semakin gencar mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah seperti kebijakan terkait, pertambangan Freeport, Mobil Nasional, dan penjualan modal atas sebagian besar saham PT Indofood.

Partisipasinya terhadap dunia perekonomian juga ia salurkan dengan menjadi salah satu pengajar Ekonomi Mikro di Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana Magister Manajemen, Universitas Indonesia.

Kariernya di pemerintahan dimulai dengan menjabat sebagai Kepala Badan Bulog setelah ditunjuk langsung oleh Presiden Gus Dur. Meski hanya 15 bulan menjabat, namun Rizal sukses menoreh berbagai pencapaian gemilang di Bulog. Berbagai terobosannya berhasil meningkatkan nilai perekonomian Bulog.

Prestasinya di Bulog membuatnya dipercaya untuk mengemban tugas yang lebih besar dengan menduduki kursi pimpinan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kemudian berlanjut menjadi Menteri Keuangan, dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada era Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain itu, ia juga sempat menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Semen Gresik dan Komisaris Utama Bank Negara Indonesia (BNI).

Di era Presiden Jokowi, meski menduduki kursi menteri, pria yang mahir berbahasa Inggris ini tetap melancarkan kritikan-kritikannya kepada sesama rekan kerja di kabinet. Ia juga pernah berdebat sengit soal proyek listrik 35.000 Megawatt dengan Wakil Presiden kala itu, Jusuf Kalla.

Meski usia kerja Rizal di kabinet terbilang singkat, namun berbagai lembaga survei memberi penilaian bagus terhadap pencapaian-pencapaiannya. Kelima lembaga tersebut di antaranya, Indo Barometer, Poltracking, LSJ, CSIS, dan sebagainya.

Melirik kehidupan pribadinya, pria yang sejak kecil sudah tinggal bersama neneknya ini pernah dua kali menikah. Pernikahan pertamanya dengan Herawati Moelyono pada 1982. Dari pernikahan tersebut, Rizal dan Herawati dikaruniai tiga orang anak, Dhitta Putri Saraswati, Dipo Satrio, dan Daisy Orlana Ramli. Pada 2006, Herawati tutup usia setelah berjuang melawan penyakit kanker.

Pasca ditinggal Herawati, dua tahun kemudian, tepatnya pada 2008, Rizal meminang Liu Siaw Fung alias Marijani.

Setelah tiga tahun membangun biduk rumah tangga bersama Marijani, Rizal kembali ditinggal sang istri setelah berjuang melawan kanker pada 2011. []

Berita terkait
Tagar #BubarkanOJK Viral, Rizal Ramli: OJK Memble
Polemik finansial yang terjadi pada beberapa lembaga jasa keuangan nonbank khususnya asuransi, membuat kredibilitas OJK dipertanyakan.
Rizal Ramli Sebut Ahok Tionghoa Kelas Glodok
Rizal Ramli yang menyebut Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hanya "kelas Glodok" dan tak layak menjadi petinggi BUMN.
Rizal Ramli Perkirakan Ekonomi Nasional 2020 Merosot
Rizal Ramli pesimis target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen yang ditetapkan pemerintah tercapai. Alasannya jumlah zombie company tinggi.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi