Ambon - Gitaris grup band Slank, Mohammad Ridwan Hafieds mengajak warga tetap menjaga kelestarian lingkungan. Selian itu, dia menekankan warga tidak menggunakan bom atau potasium saat menangkap ikan.
Ridho sapaan gitaris Slank itu mengungkapkan hal tersebut saat mengikuti rombongan Ekspedisi Maluku, Yayasan EcoNusa di Negeri Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Itu adalah kekayaan kita. 29 persen adalah wilayah daratan, jang sampai kita merusak 71 persen tadi untuk diekplotasi dengan tidak bijak.
Dia mengatakan, wilayah Indonesia 71 persen adalah wilayah laut. Untuk itu, harus dijaga dan tetap dilestarikan karena merupakan kekayaan.
"Itu adalah kekayaan kita. 29 persen adalah wilayah daratan, jang sampai kita merusak 71 persen tadi untuk diekplotasi dengan tidak bijak," ujarnya.
Baca juga:
- Sayang Alam, Kaka Slank Imbau Disiplin Protokol Kesehatan
- Slank, Iwan Fals dan Sting Gelar Konser Bareng
- Menyesuaikan New Normal, Slank Gelar Konser Virtual
- Slank Bikin Lagu Tentang Wabah Virus Corona
Lelaki kelahiran Ambon, 3 September 1973 itu, mencontohkan, ekspolotasi laut dengan tidak bijak, yakni menggunakan bom dan potasium saat menangkap ikan. Sebab dampaknya, akan merusak ekosistem laut, seperti karang dan lainnya.
Meski begitu, dia menilai pesisir pantai Pulau Haruku, kelihatan bersih dan bebasa dari sampah plastik. “Kalau melihat disini, kayaknya Pulau Haruku bersih kelihatannya,” katanya.
Dengan kondisi demikian, sudah menjadi tugasnya memberitahu ke masyarakat di Indonesia agar mengetahui di Ambon, ataupun khusus di Pulau Haruku sudah bisa menjaga lingkungannya.
Dia mengungkapkan, saat diajak Yayasan EcoNusa untuk ekspedisi ke Maluku, dirinya langsung bilang ke manajemen Slank agar tidak beraktivitas dulu saat mengikuti ekspedisi ini. Jadi rekaman cepat kasih selesai, sehingga 8 November sudah tiba di Ambon.
"Jadi beta (Saya) ingin melihat kondisi di Maluku saat masa pandemi dan sebenarnya di sini banyak yang bisa katong (kita) buat. Mungkin salah satunya, katong bisa saling mendukung dari masalah Kesehatan dan juga lingkungan," jelasnya.
Ia juga berharap warga tetap kuat di dalam masa pandemi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Seperti Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Ridho dan Yayasan EcoNusa juga menyerahkan bantuan alat pelindung diri, sarung tangan, masker, face shield dan membagikan masker kain ke warga.
Selain itu, juga memberikan penyuluhan Kesehatan sekeligus pelayanan kesehatan dan pertanian. Kemudian membagikan benih sayur termasuk tanam mangrove dan transpalansi karang di pesisir pantai Negeri Haruku.
Kegiatan ini adalah rangkaian ekspedisi Maluku Yayasan EcoNusa, yang dimulai sejak 22 Oktober hingga 18 November 2020. Perjalanan awal dari Sorong, Pulau Kofiau, Gane Dalam, Samo, Tidore, Tulehu Maluku Tengah, Nuruwe Seram Bagian Barat, Haruku, Nusa Laut, Rhun, Ai, Hatta dan berakhir di Pulau Banda.
Elisa Marthen Kissya, Kewang Negeri Haruku menyambut baik kegiatan dari EcoNusa. Dia menilai, kegiatan dilapangan seperti ini sudah sangat tepat.
"Beta pikir kegiatan ini nyata dilapangan dan juga kalau dikampung sangat bagus. Karena di sini masalah penyuluhan langkah," katanya.
Dia mengakui, sempat warga negeri menangkap ikan menggunakan bom, tetapi sekarang sudah tidak lagi. "Karena katong beroperasi di laut terus to, karena katong punya kelompok pengawasan laut to," katanya. []