Revitalisasi Ancam Situs Sejarah Semarang

Keberadaan sumur tua di kawasan Kota Lama, Semarang terancam eksistensinya oleh program revitalisasi pemerintah setempat.
Penjual air mengambil air dari sumur tua Kota Lama, Kamis 16 Mei 2019. Keberadaan situs sejarah perkembangan Kota Semarang ini terancam eksistensinya oleh pembangunan toilet yang jadi bagian revitalisasi Kota Lama. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Keberadaan sumur tua di kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah (Jateng) terancam eksistensinya oleh program revitalisasi pemerintah setempat. Nilai sejarah situs tersebut dikhawatirkan hilang seiring pembangunan toilet permanen di dekat sumur.

"Ini adalah sumur bersejarah, sumur artetis pertama di Semarang yang dibuat tahun 1841, berkedalaman 71 meter," tutur pemerhati sejarah Semarang Johanes Christiono kepada Tagar, Kamis 16 Mei 2019.

Sumur tua Kota Lama berlokasi dekat Gereja Blenduk, sisi timur Taman Sri Gunting. Bagi yang belum familiar lingkungan Gereja Blenduk tentu agak kesulitan menemukan sumur tersebut. Sebab bentuknya tidak lagi menyerupai sumur. Bagian atas atau mulut sumur tertutup separuh pagar bangunan di sebelahnya.

Letak sumur makin tersamarkan oleh keberadaan dua kontainer toilet di kanan kirinya. Satu hal yang bisa menjadi penanda posisi sumur adalah aktivitas penjual air yang menimba air dari sumur tersebut.

Baca juga: Sensasi Ngabuburit di Ketinggian Kota Semarang

"Sudah 24 tahun jualan air, di setor ke rumah makan di sekitar sini. Kualitas airnya masih bagus meski umurnya sudah seabad lebih, mungkin seumuran dengan Gereja Blenduk. Kalau airnya tidak bagus, restoran pasti tidak mau menerima air dari sumur ini," kata Sabar (45), penjual air asal Pekalongan.

Johanes menyayangkan jika Pemkot Semarang tetap bersikukuh membangun toilet permanen di sekitar sumur. "Menganggu pemandangan dan bisa menghilangkan (nilai) sejarah dari sumur itu," ujar dia. Selain merupakan sumur artetis pertama di Semarang, sumur tua Kota Lama juga banyak memberi manfaat bagi warga Semarang.

Bahkan sampai sekarang juga masih digunakan petugas pemadam untuk menanggulangi kebakaran di area Semarang bawah. "Membantu mengatasi wabah penyakit yang merebak di akhir tahun 1800 dan 1916. Juga untuk suplai air bersih kapal dan pelabuhan. Dulu kan kapal sampai Kali Berok, air bersihnya diambilkan dari sumur ini," jelas dia.

Pemerintah sebenarnya punya alternatif lain yang bisa dijadikan lokasi toilet. "Bisa diletakkan di dekat area parkir. Orang turun dari bus biasanya cari toilet, nah itu pas, dikasih berderet 10 atau berapa tidak masalah, tidak mengganggu. Kalau di tempat sini lebih baik tidak usah, apalagi di masing-masing gedung di sini juga sudah ada toilet," papar dia.

Pegiat sejarah Semarang Tempo Doeloe Rukardi Ahmadi menyebut sumur tua Kota Lama dulunya terletak di area lapang yang disebut Paradeplein atau lapangan untuk parade militer. Pemerintah Belanda membangun sumur dengan tujuan mengurangi dampak wabah kolera yang kala itu melanda Semarang.

Rukardi menyebut Semarang saat itu memang endemik dengan wabah penyakit kolera dan malaria. Ini lantaran Semarang sering dilanda banjir dan dikelilingi rawa, tempat yang sangat cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. Ditambah kebiasaan hidup tidak sehat dari warga, terutama warga Bumiputra.

Baca juga: Wujudkan Semarang Menjadi Kota Pusaka, Ini yang Dilakukan Kementerian PUPR

Sejarah mencatat, wabah kolera paling parah terjadi pada tahun 1821. Saat itu tercatat 150 hingga 200 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit tersebut. Setelah sumur Paradeplein, pemerintah membangun sumur-sumur sejenis antara lain di Tawang, Karang Bidara yang sekarang jadi Jalan Raden Patah dan Poncol.

"Jadi itu lah sumur artetis pertama di Semarang yang dibuat untuk umum. Mengingat pentingnya situs ini bagi sejarah perkembangan Kota Semarang maka sudah sepatutnya dilestarikan," tegas dia.

Belum ada tanggapan dari pihak terkait atas keresahan para aktivis sejarah Semarang tersebut. Hingga berita ini ditulis, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang dikonfirmasi Tagar belum memberi jawaban. []


Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.