Review Film Cruella Disainer Hebat Miliki Kepribadian Ganda

Film Cruella berhasil menggambarkan perkembangan sosok Cruella yang memiliki kepribadian ganda jahat dan baik tetapi memiliki hobi desainer.
Review film Cruella seorang perancang busana yang memiliki kepribadian ganda. (Foto: Tagar/Dok Disney)

Jakarta – Film Cruella menjadi salah satu adaptasi live action Disney klasik yang sukses, film ini berhasil menggambarkan perkembangan sosok Cruella seorang disainer yang memiliki kepribadian ganda jahat dan baik.

Film Cruella ditayangkan pada tanggal 26 Mei 2021, film yang sudah bisa disaksikan secara serentak di bioskop. Dengan durasi dua jam Cruella berhasil memberikan cerita yang padat akan komedi, penuh emosi, serta drama dan misteri

Film ini berkisah tentang kehidupan Estella dari dirinya masih anak-anak sampai umurnya beranjak dewasa. Sama seperti film Maleficent, film ini memperlihatkan sisi lain sang tokoh jahat.

Kita dibawa mendalami kisah Cruella yang berusaha menjadi seorang desainer fashion di kota London tahun 60-an. Sutradara Craig Gillespie berhasil memanfaatkan durasi sempit dengan baik dan menghasilkan cerita yang padat dan terasa sangat memuaskan.

Terlepas dari itu semua, akting Emma Stone sebagai Cruella adalah hal paling menarik perhatian dalam film ini. Ia bisa berakting menjadi dua orang dengan kepribadian yang bertolak belakang tanpa terlihat memaksakan diri.

Selain kisah pribadi sang De Vil, film Cruella menawarkan latar gemerlap kota London pada tahun 60-an. Di masa tersebut, budaya punk, rock n roll, dan vandalisme sedang berkembang dengan pesat meski dianggap melawan moral masyarakat yang berkembang.

Selain budaya musik dan seni secara luas, tahun 60-an juga disebut-sebut sebagai tahun di mana industri fesyen sedang berkembang.


Cruella Mengisahkan Masa Lalu


Review Film CruellaReview film Cruella yang sudah tayang di bioskop. (Foto: Tagar/Dok Disney)

Cerita dalam film menjadi sangat berbeda ketika Cruella mulai mengisahkan cerita masa lalunya. Di situlah poin penting yang menggambarkan keseluruhan cerita di film ini berbeda dengan film 101 Dalmatians.

Cruella mulanya adalah gadis manis bernama Estella yang tinggal di sebuah kota kecil bersama ibunya yakni seorang perempuan berhati lembut bernama Chaterine (Emily Beecham).

Estella dikenal sebagai anak perempuan yang cerdas dan suka memberontak. Ia bahkan sering dibilang aneh oleh kebanyakan orang terlebih Estella lahir dengan rambut separuh putih dan separuh hitam. Hal ini membuatnya berbeda dengan orang kebanyakan.

Sejak kecil, Estella bermimpi untuk menjadi seorang desainer ketika dewasa. Inilah yang kemudian menjadi benang merah awal mula Cruella menjadi seorang desainer seperti yang dikenal sekarang.

Dari dunia yang penuh keceriaan, lama kelamaan cerita tentang Estella mulai berkembang menjadi gelap dan penuh kebencian setelah kematian ibunya. Ia kemudian hidup sebagai seorang pencuri bersama dua rekan kriminalnya yang bernama Horace (Paul Walter Hauser) dan Jasper (Joel Fry).

Namun berkat mereka Estella akhirnya kembali ke dunia fesyen dengan bekerja di rumah fesyen The Baroness milik desainer bertangan dingin bernama Baroness (Emma Thompson). Pertemuan dengan Baroness menjadi awal Estella menekuni kembali dunia fesyen yang telah lama terkubur.

Estella bahkan menjadi salah satu desainer yang cukup diperhatikan oleh Baroness. Beberapa karyanya juga masuk dalam pameran adibusana The Baroness.

Bagian ini menjadi area yang banyak disorot oleh Craig Gillespie selaku sutradara dalam film ini. Mulai dari Estella yang masih menjadi anak bawang hingga menjadi tangan kanan Baroness mendapat porsi yang sangat banyak.

Tak tanggung-tanggung, adegan Stella menapaki karier sebagai perancang busana bahkan memakan lebih dari separuh durasi film berjalan. Rasa-rasanya tidak penting untuk membahas karier Stella meskipun film ini membahas asal usul Cruella si desainer Nyentrik.

Barulah setelah cukup banyak mengulas karier Estella, Gillespie akhirnya bergeser ke masa lalu Estella dengan membuat sosok Baroness sebagai penyebab dari kematian ibunya saat ia masih kecil. Hal itu membuat Estella sakit hati dan berubah menjadi sosok berhati dingin serta tak kenal ampun yang kini dikenal dengan Cruella.

Dari situlah sosok Cruella de Vil yang menyeramkan muncul dalam film ini. Ia muncul dengan membuat keonaran di London untuk menuntut balas atas kematian ibunya kepada Baroness.

Puncak keonaran ini semakin liar ketika Cruella menghancurkan peragaan busana yang digelar Baroness. Ia bahkan membuat acara tandingan yang lebih spektakuler dan urakan.

Gillespie sangat baik mengemas adegan tersebut dengan menggabungkan fashion show di air mancur dengan alunan musik rock yang gahar. Kehebohan ini hanya bisa dinikmati jika menonton film ini di bioskop.

Selebihnya, cerita dalam film ini hanya menyuguhkan aksi-aksi jahat Cruella dalam menuntut balas terhadap Baroness yang tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Cruella pun akhirnya tersadar bahwa kegilaannya merupakan warisan genetik dari ibunya.

Sayangnya hingga film ini berakhir, pengembangan karakter Cruella dalam film ini masih jauh dari sosoknya di film 101 Dalmatians. Cruella dalam film keluaran Disney pada 1996 silam tersebut lebih terlihat sebagai orang jahat yang tega membunuh anjing Dalmatian untuk memuaskan keinginannya.

Sedangkan Cruella dalam film ini tak ubahnya seorang sosok desainer nyentrik dengan warna rambut unik. Jadi yang sudah menonton film 101 Dalmatians harus siap-siap kecewa melihat sosok Cruella versi Emma Stone yang tidak mirip dengan karakter yang dibawakan oleh Glenn Close.

Namun akting Emma Stone dalam memerankan karakter Cruella de Vil patut diacungi jempol. Aktris berusia 32 tahun ini sangat baik membawakan gaya busana yang terinspirasi dari revolusi punk rock era 1970-an seperti gaun dengan potongan asimetris dan penggunaan warna-warna dominan.

Tak hanya soal sosok Cruella, Gillespie juga dirasa kurang tepat melibatkan beberapa tokoh lain yang ada di film 101 Dalmatians seperti Jesper dan Horace serta Anita dan George. Mereka dilibatkan dengan peran yang sangat bertolak belakang dengan yang ada di film 101 Dalmatians.

Kehadiran mereka terkesan dipaksakan dan semata-mata hanya menjadi pelengkap serta jembatan agar penonton merasa familiar dengan film tersebut. []

Berita terkait
Review Film Ghost Lab Olahraga Jantung Ala Thailand
Film Ghost Lab bisa menjadi pilihan apabila sedang mencari tontonan untuk olahraga jantung ala Thailand yang diperankan Tor Thanapob dan Ice Paris.
4 Hal yang Tidak Diketahui Tentang Film The Conjuring
The Conjuring: The Devil Made Me Do It memiliki serangkaian fakta menarik di belakang proses syutingnya yang tidak diketahui banyak orang.
Bagian Terseram Syuting Film The Conjuring 3
Sutradara film The Conjuring mengungkapkan bagian terseram saat proses syuting film tersebut, yaitu ketika mendengar rekaman asli prosesi syuting.