Semarang - Wacana penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Semarang mendapat tanggapan dari pelaku usaha setempat. Mereka tidak keberatan dengan harapan wabah virus corona dapat cepat teratasi sehingga iklim usaha kembali normal.
Seperti yang disampaikan pemilik usaha kuliner di Jalan Walisongo. "Setuju saja jika ada PSBB. Demi kebaikan bersama dan agar wabah ini cepat berlalu. Kalau seperti ini, tanpa ada PSBB, sepertinya akan lama," ujar Ibu Eko, pemilik warung makan depan RS Tugurejo Semarang, Senin, 20 April 2020.
Perempuan ini mengaku sebelum ada PSBB pun, warungnya sudah terdampak pandemi corona. Pelanggannya yang mayoritas dari karyawan dan tenaga medis RS Tugurejo sudah tidak datang lagi ke warungnya. Praktis sejak tiga pekan lalu ia tak lagi buka warung karena sepinya pembeli.
"Memang kalau ada PSBB konsekuensinya aktivitas warga benar-benar dibatasi. Tapi jika tanpa ada PSBB kondisinya juga akan begini terus. Saya intinya ikut kebijakan pemerintah, demi kebaikan bersama," ujar dia.
Hal senada disampaikan pelaku usaha di Jalan Pandanaran, Leniewati Atmadja. Ia mengaku tak menyoal jika nantinya pemerintah menerapkan PSBB. Malah pemilik pusat oleh-oleh ini sepakat dengan kebijakan itu, demi mencegah penyebaran virus corona makin meluas.
Jika semua orang taat, tidak terlalu lama situasi sulit ini akan terlewati.
Menurut Lenie, sapaan akrabnya, kebijakan PSBB bagus dan seharusnya dilakukan. Terlebih pemerintah sudah menyatakan virus corona sudah menjadi bencana nasional. “Saya sih setuju dengan PSBB, demi keselamatan semua pihak dan demi makin cepatnya badai corona berlalu,” kata dia, Senin, 20 April 2020.
Bagi kalangan pelaku usaha, ada tidaknya PSBB diyakini tidak akan makin menggerus omzet penjualan. Sebab sejak pandemi corona, penjualan mereka sudah menurun drastis. Di sisi lain, dengan PSSB malah akan mempercepat penanganan kasus Covid-19. Artinya, situasi ekonomi bisa pulih lebih cepat ketimbang saat ini yang belum PSBB.
"Jika semua orang taat, tidak terlalu lama situasi sulit ini akan terlewati. Situasi ekonomi dan pariwisata akan makin cepat pulih jika dibandingkan tanpa PSBB," ujar dia.
Lenie menambahkan imbas pendemi corona, usaha oleh-olehnya sangat terpukul. Sebab bisnisnya mengandalkan kunjungan pariwisata. Penurunan omzet hingga 95 persen lebih dibandingkan dengan hari normal.
“Terpaksa saya harus meliburkan tiga karyawan untuk menekan biaya operasional. Sedangkan yang tiga karyawan lagi saat ini masih masuk kerja di toko meski tidak full,” katanya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengaku masih melakukan kajian penerapan PSBB. Pengakajian ini terutama untuk menghitung cermat kebutuhan pokok warga.
“Pemberlakuan PSBB itu harus dihitung semuanya secara cermat, terutama terkait daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang,” kata Hendi, sapaan Hendrar Prihadi.
Hendi menyatakan selama ini pihaknya telah maksimal dan tak hentinya meminimalisir penyebaran corona dengan ragam upaya. Seperti penutupan akses jalan di jam-jam tertentu hingga patroli rutin untuk membubarkan kerumunan warga.
Hanya saja tetap tidak dibutuhkan dukungan dari warga untuk disiplin menerapkan social dan physical distancing. Sementara terkait dengan laju perekonomian, pemerintah juga sudah menyalurkan bantuan sembako ke warga yang terdampak. Di sisi lain, pelaku usaha diimbau untuk terus berkreasi menyesuaikan kebutuhan masyarakat saat ini.
"Bisa buat kaos yang keren, bisa buat masker dari bahan sederhana, kain, tapi kebutuhannya luar biasa. Yang tadinya jualan kopi, mari kita kreatifkan roda panjenengan dengan kebutuhan saat ini, yakni minuman rempah jamu," ucap dia. []
Baca juga:
- Cashback 50 Persen Ahok Belum Dipakai Ojol Semarang
- PSIS Semarang Belum Pikirkan Liga Diganti Turnamen
- PSK Jalanan Bisa Jadi Pretty Woman di Semarang