Jakarta - Indonesia tengah menghadapi ancaman resesi ekonomi. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menyarankan agar masyarakat mengaktifkan kembali gerakan sosial.
"Aktifkan kembali gerakan sosial dalam lingkup yang paling kecil seperti RT dan RW," ucap Yusuf Rendy kepada Tagar, Senin, 28 September 2020.
Kepanikan masyarakat justru akan berpotensi memperburuk situasi perekonomian.
Menurutnya, gerakan sosial ini dimaksudkan untuk saling meantu dalam situasi pandemi seperti sekarang ini. Gerakan ini juga bisa menjadi gerakan kolektif sosialisasi beragam bantuan untuk kelas menengah ke bawah.
"Untuk kelompok menengah ke bawah memang seharusnya mayoritas menjadi tanggung jawab pemerintah, khususnya dalam penyediaan bantuan," tutur Yusuf.
Pada kesempatan itu ia juga mengingatkan masyarakat untuk jangan panik dengan masuknya Indonesia ke jurang resesi ekonomi. Sebab, resesi juga terjadi di berbagai negara akibat pandemi Covid-19. "Kepanikan masyarakat justru akan berpotensi memperburuk situasi perekonomian," ucapnya.
Ia mengharapkan masyarakat mempunyai dana darurat untuk menghadapi resesi ekonomi. besaran biayanya juga akan sangat tergantung pada pengeluaran masing-masing masyarakat. "Namun, umumnya dana darurat itu bisa mencapai tiga sampai dengan empat kali dari pengeluaran," tutur Yusuf.
Sebelumnya Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menilai Indonesia terlihat akan mengalami resesi ekonomi sejak kuartal I tahun 2020. Ini dikarenakan perekonomian nasional yang terus melambat sejak awal tahun 2020.
"Kita sudah resesi, bahkan perlambatannya sudah mulai terjadi di kuartal I. Tanda-tandanya sudah mulai bukan di kuartal II tapi kuartal I pun sebenarnya sudah signifikan sekali pertumbuhan ekonominya terkoreksi," kata Febrio saat diskusi daring di Jakarta, Jumat, 25 September 2020.
Terkait tanda-tanda resesi, kata Febrio, dilihat dari realisasi pertumbuhan pada kuartal I yang tergolong rendah yakni 2,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yakni sebesar 5,07 persen. Selain itu, realisasi pertumbuhan emonomi di kuartal I tahun 2020 juga mengalami kontraksi mencapai 2,41 persen dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2020 sebesar 4,97 persen. []
- Baca Juga: Rizal Ramli: Indonesia Sudah Resesi Sejak Kuartal II 2020
- Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melambat Akibat Pandemi