Rekam Jejak Garuda Indonesia

Garuda Indonesia memiliki perjalanan panjang dalam sejarah kedirgantaraan nasional.
Maskapai nasional Garuda Indonesia (Foto: Pixabay)

Jakarta - Maskapai penerbangan milik pemerintah Garuda Indonesia terbentuk pada 1 Agustus 1947 dengan nama KLM Interinsular Bedrijf (IB). KLM-IB awalnya didirikan oleh Kerajaan Belanda untuk mengganti maskapai yang sudah beroperasi sebelumnya, KNILM.

KLM-IB berfokus untuk melayani penerbangan sipil selama masa agresi militer Belanda pada periode tersebut. Maskapai bikinan Belanda itu kemudian diakuisisi Pemerintah Indonesia pada 26 Januari 1949 dengan nama Garuda Indonesian Airways (GIA) sebagai bagian dari kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Perkembangan Awal Bisnis Garuda

Sejak diakuisisi pemerintah, Garuda Indonesia bergerak cepat dengan mulai mencari armada pesawat. Armada pertama yang dimiliki Garuda Indonesia justru datang dari sumbangan saudagar-saudagar asal Aceh. Mereka memberikan sebuah pesawat Douglas DC-3 Dakota. Pesawat tersebut diberi nama Seulawah, yang berarti 'Gunung Emas'. 

Seulawah pertama kali mengudara pada tanggal 26 Januari 1949 dengan kode pesawat RI-001 dari Kolkata, India ke Yangoon, Myanmar. Tanggal 26 Januari kemudian ditetapkan menjadi hari jadi Garuda Indonesia.

DC-3 DakotaJenis pesawat DC-3 Dakota merupakan armada pertama milik Garuda Indonesia Airways. (Foto: Pixabay)

Pada awal pendiriannya, Garuda Indonesia dikhususkan untuk memfasilitasi perjalanan dinas presiden dan wakil presiden. Misalnya, pada November 1948, Seulawah digunakan Wakil Presiden Muhammad Hatta untuk penerbangan dinas keliling Sumatera perjalanan keliling Sumatra dengan rute  Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Maguwo.

Tanggal 28 Desember 1949, dua buah pesawat Dakota (DC-3) berangkat dari Bandar Udara Kemayoran, Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno kembali ke Jakarta sekaligus menjadi momentum pengembalian ibukota negara ke Jakarta usai Agresi Militer Belanda II. 

Perkembangan GIA Dekade 50-an

Memasukki tahun 50-an GIA sudah memili 38 armada pesawat, yaitu 22 pesawat DC-3 Dakota, 8 Pesawat Catalina Sea-Plane dan 8 Pesawat Convair CV-240. Pada era ini, tugas Garuda Indonesia Airways mulai berkembang untuk kegiatan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji asal Indonesia dengan pesawat CV-240.

Pada era 50-an Garuda Indonesia menjadi salah satu maskapai dengan perkembangan yang cukup cepat dibandingkan maskapai perintis lain di era tersebut.

Ekspansi Bisnis Dekade 60-an

Garuda Indonesia Airways mulai melebarkan sayap dalam kegiatan bisnis penerbangan pada dekade 60-an. Pada era tersebut Garuda mulai fokus untuk membuka penerbangan internasional sekaligus sebagai upaya promosi wisata Indonesia di dunia internasional.

Untuk memenuhi ambisinya, Garuda melakukan penambahan armada pesawat yang lebih modern. Pada tahun 1961 Garuda mendatangkan tiga unit pesawat Lockheed L-188C Electra. Ketiga pesawat tersebut diberi nama 'Bali', 'Candi Borobudur' dan 'Danau Toba' dengan fokus pada rute-rute internasional, salah satunya Tokyo melalui Hong Kong.

Pada tahun 1964, Garuda membeli pesawat jet pertamanya, yaitu 3 unit Pesawat Convair 990A. Pesawat tersebut digunakan untuk melayani penerbangan ke Eropa dengan rute Jakarta - Bangkok - Mumbai - Karachi - Kairo - Roma - Frankfurt - Amsterdam. Garuda juga menambah rute baru ke Paris, Prague, Cina dan Kamboja.

Convair 990AConvair 990A merupakan armada pesawat bermesin jet pertama milik Garuda Indonesia Airways. (Foto: Wikipedia)

Tahun 1969, Garuda menyegarkan tampilan mereka dengan mengganti livery dan logo mereka. Pada saat itu Garuda juga menambah armada pesawat jet baru mereka, yaitu Douglas DC-8 untuk penerbangan internasional dan Fokker F27 untuk penerbangan domestik. Penambahan unit yang dilakukan Garuda pada saat itu adalah hasil dari penjualan armada pesawat-pesawat bekas mereka yang sudah tua.

Dekade 70 - 80-an

Pada dekade 70 sampai 80-an, Garuda Indonesia semakin berkembang melayani penerbangan dalam dan luar negeri. Pada awal dekade 70-an, Garuda membeli 62 unit pesawat Fokker F27 untuk menggantikan unit pesawat baling-balingnya yang sudah uzur. Garuda membeli armada DC-10 untuk armada tambahan rute luar negeri dan ibadah haji

Pada era 70-an akhir Garuda memulai kerja sama bisnis dengan perusahaan pesawat Boeing dengan mendatangkan beberapa unit pesawat fenomenal Boeing 747 seri 200. Di bawah kepemimpin dirut saat itu, Wiweko Soepono, Garuda dikenal dunia sebagai maskapai yang visioner dengan slogan 'buy now for tomorrow profit'. Pada tahun 1978 Garuda juga mengakuisisi maskapai nasional lain, Merpati Airlines.

Pada tahun 1984, Garuda sudah memiliki armada-armada pesawat yang mempuni pada zamannya untuk rute domestik dan internasional, seperti Airbus A300B4, DC-10, DC-9, Fokker F28 dan Boeing 747-200.

Kemudian di tahun 1985, di bawah kepemimpinan dirut R.A.J. Lumenta, Garuda melakukan rebranding dengan mengganti logo, livery dan seragam awak kabin. Nuansa merah putih diubah menjadi putih biru dengan logo kepala burung Garuda yang menggantikan logo bendera. Logo tersebut kemudian dipertahankan hingga saat ini.

Armada Garuda 1980-anTampilan baru pada armada Garuda Indonesia pada dekade 80-an. (Foto: Wikipedia).

Perubahan tersebut termasuk mengubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia.

Era Kelam Garuda Indonesia

Memasukki awal dekade 90-an, Garuda Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Salah satunya dengan membuka penerbangan ke Los Angeles, Amerika Serikat dengan armada baru mereka saat itu, McDonnel Douglas MD-11. Pada era tersebut Garuda Indonesia mulai membangun citra sebagai maskapai modern dengan mendatangkan jenis pesawat terbaru seperti Airbus A300-300 dan memesan 6 unit pesawat paling baru saat itu, Boeing 777-200 untuk program jangka panjang mereka memasuki tahun 2000.

Namun, Garuda Indonesia mulai dirundung masalah mengalami dua kecelakaan beruntun. Pesawat DC-10 Garuda Indonesia dengan nomor registrasi PK-GIE gagal lepas landas dan kemudian terbakar di Bandara Fukuoka, Jepang pada 13 Juni 1996 dan Airbus A300-300 jatuh di Sibolangit, Sumatera Utara pada 28 September 1997. 

Kondisi sulit tersebut diperparah krisis moneter yang dialami Indonesia pada tahun 1998. Akibatnya, Garuda membatalkan seluruh pemesanan pesawat mereka pada saat itu. 

Memasuki era 2000-an, Garuda yang sedang berusaha bangkit dirundung masalah yang mempengaruhi citra mereka di mata internasional, seperti wabah virus SARS, tragedi bom bali 1 dan 2 serta terbunuhnya aktivis HAM, Munir di pesawat Garuda Indonesia GA 974 rute Jakarta - Amsterdam pada 7 September 2004.

Bahkan Garuda Indonesia sempat mendapat larangan izin terbang ke Eropa oleh otorirtas penerbangan internasional usai mengalami kecelakaan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta pada 7 Maret 2007.

Mencoba Bangkit dari Keterpurukan

Usai rentetan permasalahan yang membelenggu maskapai plat merah ini, Garuda Indonesia mencoba mengembalikan citra positif mereka di mata internasional. Garuda melakukan evaluasi besar-besaran agar dapat kembali mengudara ke Eropa. Hasilnya, pada Juli 2009 larangan tersebut dicabut dan Garuda diizinkan untuk kembali menjalankan rute-rute mereka  ke 'Benua Biru'.

Momentum itu dimaknai Garuda dengan mengganti warna dan logo pesawat yang masih dipakai hingga saat ini.

Untuk meningkatkan citra sebagai perusahaan terbuka, Garuda Indonesia mendaftarkan perusahaannya ke Bursa Efek Indonesia. Perbaikan diri terus dilakukan melalui beragam cara. Salah satunya dengan bergabung ke dalam organisasi kedirgantaraan internasional, Skyteam pada tahun 2014. Garuda juga sempat menjadi sponsor tim sepak bola asal Inggris, Liverpool pada tahun 2012-2016.

Memasuki era 2010-an, Garuda beberapa kali mendapat penghargaan 5 bintang dari lembaga penilai keamanan penerbangan, Skytrax. Pada tahun 2018 kemarin Garuda Indonesia juga menyabet penghargaan awak kabin terbaik di dunia.

Saat ini, Garuda menjelma menjadi salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia dengan anak perusahaan Citilink dan Sriwijaya Air.

Baca juga:

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.