Mataram - Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno menilai, reschedule atau penjadwalan ulang dan travel voucher menjadi alternatif terbaik refund (pengembalian) tiket penerbangan. Hal ini agar travel agent atau biro perjalanan dan maskapai dapat bertahan di tengah pandemi virus corona Covid-19.
Seluruh refund berbentuk cash yang diberikan kepada konsumen merupakan kas pribadi agen perjalanan.
"Saat ini tidak memungkinkan bagi travel agent untuk semudah itu mengembalikan refund berbentuk cash kepada konsumen sehubungan dengan pembatasan perjalanan yang diimbau oleh pemerintah. Terlebih, maskapai penerbangan internasional memberlakukan refund secara manual sejak masa pandemi, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk proses refund," ujar Pauline melalui diskusi daring, Kamis, 18 Juni 2020.
Baca Juga: New Normal Bikin Industri Penerbangan Bergeliat Lagi
Pauline tidak memungkiri pihaknya akan mengalami kesulitan apabila harus mengembalikan dana seluruh calon penumpang dalam bentuk tunai. Pasalnya, maskapai penerbangan domestik menerapkan skema pengembalian dana secara virtual dalam bentuk top up balance, seperti saldo virtual yang tidak dapat diuangkan kepada agen perjalanan. Dengan begitu, seluruh refund berbentuk cash yang diberikan kepada konsumen merupakan kas pribadi agen perjalanan.
Hampir seluruh kegiatan jual-beli terhenti, tidak ada penjualan tiket maupun paket tur, sehingga tidak ada pemasukan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Astindo pada Maret 2020, tercatat sebanyak 99,8% agen perjalanan di Indonesia mengalami penurunan penjualan secara drastis hingga 95%. Sedangkan, penjualan tiket pesawat dari bulan Januari hingga akhir Mei 2020 menurun hingga 90%.
"Hampir seluruh kegiatan jual-beli terhenti, tidak ada penjualan tiket maupun paket tur, sehingga tidak ada pemasukan. Sementara itu, pengeluaran tetap perusahaan seperti gaji karyawan, pajak, iuran BPJS, kewajiban pada pihak ketiga, dan penggunaan infrastruktur harus terus dibayarkan. Dengan kondisi ini, agen perjalanan akan mengalami kesulitan jika harus menalangi refund yang masuk ke dalam Top Up Balance." tutur Pauline.
Sementara itu, Aviation Expert, Gerry Soejatman mengatakan selama masa pandemi, maskapai berusaha untuk menjaga hak konsumen sembari bertahan dari ancaman kebangkrutan. "kita di transportasi ini terjebak di tengah (pandemi), gak dibuka salah, dibuka salah. Pulihnya kapan, nobody knows. tapi sekitar tiga bulan setidaknya ada pemulihan. Jujur kondisi maskapai masih banyak yang kritis," ujarnya.
Gerry meminta kepada konsumen yang telah mengajukan refund untuk lebih bersabar menunggu proses pengembalian dana. Pasalnya, permintaan refund tahun ini jauh di atas rata-rata.
Menurutnya, rata-rata orang melakukan pemesanan satu bulan sebelum keberangkatan. Dengan volume sekitar 120 juta penumpang setahun di Indonesia, berarti ada sekitar 10 juta refund per bulan yang diproses selama pandemi ini. Ini jauh di atas estimasi 100.000 refund per bulan yang biasa dilakukan dalam kondisi penerbangan normal. Jelas, ini akan memakan waktu jauh lebih lama dari sebelumnya.
Simak Pula: Angkasa Pura Optimistis Sektor Penerbangan Bergairah
"Kalau sudah satu bulan jangan ngotot, tanya dulu. Kalau sudah tiga bulan belum ada kabar, itu keterlaluan. Sabar, tanya baik-baik, (tapi) jangan berharap duitnya cash," ucap Gerry.[]