Reformasi Sistem Pangan untuk Kemakmuran Dunia

Sekjen PBB dorong reformasi sistem pangan untuk kemakmuran dunia dan menghapus masalah kelaparan dan kesehatan global
Ilustrasi: limbah makanan di Nepal (Foto: dw.com/id)

New York - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum ke-76 PBB mengatakan bahwa dunia perlu mengubah pengelolaan sistem pangan untuk menghapus masalah kelaparan dan kesehatan global.

Guterres mengatakan dunia perlu mengubah cara membuat, memakan, dan membuang makanan dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum ke-76 PBB di New York, Kamis, 23 September 2021.

"Perang di planet kita harus berakhir dan sistem pangan dapat membantu kita membangun perdamaian itu," kata Guterres.

Dengan mencatat bahwa sistem pangan menciptakan sepertiga dari emisi gas rumah kaca, Guterres mengatakan bahwa mengikuti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDG) yang ditetapkan pada tahun 2015 dapat mengakhiri kelaparan dan kemiskinan sambil menciptakan kesehatan dan kemakmuran global.

seorang anakSeorang anak laki-laki kekurangan gizi duduk di ranjang rumah sakit di Pusat Kesehatan Aslam, Hajjah, Yaman. Badan PBB peringatkan setidaknya 3,5 juta orang lainnya mungkin tergelincir ke tahap pra-kelaparan. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Guterres pun menyerukan reformasi subsidi pertanian dan mengatakan bahwa pangan tidak boleh dilihat "hanya sebagai komoditas untuk diperdagangkan, tetapi sebagai hak yang dimiliki setiap orang."

Bank Dunia, Lembaga Penelitian Kebijakan Pangan Internasional, serta Koalisi Pangan dan Penggunaan Lahan menyusun rencana di sidang umum PBB untuk membuka peluang bisnis senilai 4,5 triliun dolar AS (Rp 63 kuadriliun) dengan sistem pangan yang lebih adil.

Setelah Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan dia akan menginvestasikan 10 miliar dolar AS (Rp 140 triliun) untuk mengakhiri kelaparan awal pekan ini, Yayasan Bill Gates pada hari Kamis, 23 September 2021, juga berkomitmen akan menginvestasikan 900 dolar AS (Rp 12,6 triliun) untuk mengakhiri masalah kekurangan gizi di seluruh dunia.

Pulau-pulau terancam tenggelam. Dalam sidang umum PBB kali ini, pemimpin dari negara-negara kepulauan kecil seperti Kepulauan Marshall dan Maladewa juga menyuarakan kekhawatiran mereka akan pemanasan global. Menurut mereka, negara-negara kepulauan yang mereka pimpin dapat tenggelam karena naiknya permukaan air laut oleh kenaikan suhu 2 derajat Celcius.

"Kami bahkan tidak memiliki tempat yang lebih tinggi untuk tinggal," kata Presiden Kepulauan Marshall, David Kabua, kepada para pemimpin dunia dalam pidato yang direkam sebelumnya pada hari Rabu, 22 September 2021.

Sementara Presiden Maladewa Ibrahim Solih pada Selasa, 22 September 2021, menyebut bahwa "perbedaan antara 1,5 derajat dan 2 derajat adalah hukuman mati bagi Maladewa."

Konferensi iklim PBB COP26 bulan November mendatang di Glasgow sejatainya akan mencoba untuk mengejar tujuan Perjanjian Paris 2015 untuk mengurangi emisi global hingga setengahnya pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.

Namun, Presiden Guyana Irfaan Ali mengatakan pada hari Kamis (23/09) mengatakan bahwa negara pencemar besar tidak memenuhi janji mereka untuk mengurangi emisi. Ali mengatakan "penipuan" dan "kegagalan" mereka akan "sedikit menguntungkan mereka untuk menjadi penguasa di dunia debu."

Seperti diketahui, emisi bahan bakar karbon menciptakan gas rumah kaca yang mengikis lapisan ozon, berkontribusi terhadap pemanasan global dan naiknya permukaan air laut saat es di kutub mencair.

lebih dariLebih dari 20 juta orang di Yaman menderita kelaparan atau kekurangan gizi (Foto: dw.com/id)

Meski begitu, AS dan China telah menjanjikan lebih banyak uang untuk membantu negara lain mengurangi jejak karbon mereka.

Dalam Sidang Majellis Umum PBB yang akan berlangsung hingga 27 September 2021 mendatang ini, para pemimpin dunia juga menyatakan keprihatinan mereka bahwa memburuknya masalah lingkungan akan memicu konflik lebih lanjut di daerah-daerah dengan gesekan sosial politik mereka sendiri [rap/gtp (Reuters, AFP, AFP)]/dw.com/id. []

Kepunahan Lebah dan Serangga Bahayakan Pasokan Pangan Dunia

Kenaikan Harga Pangan Picu Krisis Kelaparan di Seluruh Dunia

Anak-anak di Yaman Dalam Dekapan Kelaparan

Program Pangan Dunia PBB Dianugerahi Nobel Perdamaian 2020

Berita terkait
Kenaikan Harga Pangan Picu Krisis Kelaparan di Seluruh Dunia
Program Pangan Dunia PBB memperingatkan jutaan orang berpotensi kekurangan makanan kaya nutrisi karena kenaikan harga pangan
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.