Rahasia Ratu Keraton Yogyakarta Dalam Mendidik Anak

Sebagai seorang permaisuri, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mempunyai cara tersendiri dalam mendidik kelima putrinya.
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Tagar/Ist/Dok kratonjogja.id)

Yogyakarta – Wanita ningrat berkacamata dan berkebaya hijau itu terlihat anggun dengan senyumnya. Aura kebangsawanannya yang meneduhkan terlihat jelas meski hanya dari foto. Dia adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwono X.

GKR Hemas terlahir sebagai aak seorang anggota tentara dengan enam saudara laki-laki. Meski terlihat anggun dan berkharisma, GKR Hemas bukan seorang wanita manja. Dilansir laman resmi Keraton Yogyakarta, kratonjogja.id, Ratu Hemas tumbuh sebagai pribadi yang melintas batas stereotip gender.

Ratu Hemas piawai memasak sekaligus mengganti ban mobil dan memperbaiki genting. Ratu Hemas percaya perempuan memiliki kekuatan lebih meski hingga kini masih banyak tantangan menghadang.

Kesetaraan Perempuan

Sejak Kasultanan Yogyakarta berdiri, perempuan sudah ditempatkan sebagai mitra setara dalam pemerintahan maupun pengembangan kebudayaan. Sejarah mencatat beberapa permaisuri yang berperan besar mengatur negara dan berkarya untuk masyarakat luas.

Ratu Kencana Wulan, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono II, contohnya, mahir dalam mengelola keuangan negara. Sementara, Ratu Emas, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono III, adalah pemrakarsa penyusunan naskah-naskah keraton. Kemudian Ratu Ageng, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono VI, memperkaya khasanah sastra dengan menyusun delapan naskah keraton.

Sebagai seorang ibu, Ratu Hemas memandang bahwa pendidikan merupakan unsur terpenting dalam pembentukan karakter kelima putrinya. Ratu Hemas juga tidak pernah memberi perlakuan istimewa kepada kelimanya meski mereka berstatus putri raja. Salah satu contoh adalah ketika GKR Bendara mendapatkan hukuman di sekolah.

Suster (sekolah) telepon saya, putrinya saya setrap boleh nggak, nanti pulang tanpa sepatu.

Dalam siniar (podcast) Putri Kedhaton yang disiarkan di YouTube dan Spotify, Ratu Hemas mengisahkan saat GKR Bendara tidak mengenakan kaus kaki yang seharusnya dan dihukum oleh gurunya di sekolah.

“Suster (sekolah) telepon saya, putrinya saya setrap boleh nggak, nanti pulang tanpa sepatu. (Saya menjawab) kenapa suster harus telepon saya? Hukum saja karena dia sudah tidak disiplin.”

GKR Hemas 2Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas (depan tengah), permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Tagar/Ist/Dok kratonjogja.id)

Untuk penguatan mental putri-putrinya agar mandiri, sekaligus mendapatkan pendidikan berkualitas, Ratu Hemas mewajibkan kelima putrinya untuk bersekolah di luar negeri, meski sebagian menolak pada awalnya.

“Begitu mereka sudah tujuh belas tahun ke atas, saya dengan berat hati, dikatakan kejam, saya harus rela, menyuruh mereka pergi ke luar negeri, tapi justru ini binaan bagi mental anak-anak sendiri,” tuturnya, seperti dilansir laman resmi Keraton Yogyakarta.

GKR Hemas mengaku dirinya pernah menangis di dalam pesawat setelah mengantar Gusti Mangkubumi, putri pertamanya bersekolah di Amerika.

Tempaan dan didikan tegas ini tidak sia-sia dan telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan. Kini kelima putrinya memiliki tanggung jawab di keraton, bekerja mencari nafkah, serta berkiprah sosial. Mereka juga menduduki jabatan yang tidak kalah dari laki-laki.

Kelimanya aktif menekuni bidang politik, sosial kemasyarakatan, sejarah, kebudayaan, serta teknologi digital.

“Jadi sekarang semua punya kibaran bendera masing-masing.”

Kiprah di Masyarakat

Bukan hanya berhasil dalam mendidik kelima putrinya. GKR Hemas juga menunjukkan kepedulian dan kecakapan empatinya di masyarakat. Bahkan itu terlihat sejak usia dini. Karakter ini menurun dari ibunya, Soesamtilah dan neneknya, Ummi Salamah yang dikenal dermawan dan gemar menolong.

GKR Hemas banyak berkiprah dalam pemberdayaan perempuan dan anak, kesehatan, dan pendidikan. Salah satunya adalah di Yayasan Sayap Ibu, yang mengurusi anak-anak terlantar. GKR Hemas juga memprakarsai pendirian rumah singgah bagi perempuan korban kekerasan lewat pembentukan pokja bernama “Rekso Dyah Utami.”

Bukan hanya duduk menjadi pengurus, GKR Hemas juga terjun langsung dan mendatangi korban kekerasan, bahkan di tempat yang sulit dijangkau sekali pun.

Melalui salah satu episode podcast Putri Kedhaton, GKR Hemas menjelaskan bahwa pernah keluar rumah pada jam dua pagi, setelah mendapat pemberitahuan adanya bayi terlantar. Kala itu GKR Hemas menyetir mobil sendiri demi menyelamatkan si bayi.

“Jadi gunjingan, Kanjeng Ratu ke mana (malam-malam menyetir sendirian). Saya tidak peduli, yang penting bagaimana saya menyelamatkan bayi,” tuturnya.

Ratu Hemas juga menjabat sebagai ketua YKI (Yayasan Kanker Indonesia) dan menyediakan rumah singgah serta bantuan lain untuk penderita kanker yang kesulitan berobat. LSM Teratai Putih beliau dirikan pada 2001 dan berfokus pada membantu anak dan keluarga miskin lewat pendidikan.

GKR Hemas 3Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Tagar/Ist/Dok kratonjogja.id)

Perempuan yang memiliki nama asli Tatiek Dradjad Suprihastuti ini juga memimpin Dewan Kerajinan Sosial (Dekranas) sejak tahun 1999, dan kemajuan UMKM melalui Dekranas tersebut.

Untuk mendukung kegiatannya di bidang sosial dan kemanusiaan, GKR Hemas juga terjun ke dunia politik, yang awalnya hanya dilandasi kebutuhan untuk mengetahui politik lebih mendalam.

“Karena dalam setiap kegiatan saya, kegiatan sosial kemasyarakatan, itu selalu terbentur kepentingan politik yang cukup tinggi.”

Karier politiknya secara resmi dimulai saat terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah pada 2004. Hingga kini, GKR Hemas masih duduk sebagai anggota DPD, bahkan pernah terpilih sebagai wakil ketua.

Ratu Hemas juga menjadi salah satu pemrakarsa terbentuknya Kaukus Perempuan Parlemen Dewan Perwakilan Daerah RI. GKR Hemas tetap konsisten memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Termasuk mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sensitif HAM dan gender.

Dalam berkiprah di bidang sosial, kemanusiaan, dan politik, sebagai seorang istri, GKR Hemas mengaku mendapat dukungan dari Sri Sultan HB X.

“Saya berterima kasih karena hidup dengan Ngarsa Dalem ternyata menjadi suatu tambahan kekuatan. Segala sesuatu bisa mudah saya lakukan karena beliau memahami dan men-support kegiatan saya (selama) kegiatan (itu) yang membawa manfaat bagi orang banyak,”

Sri Sultan Hamengku Buwono X, lanjut GKR Hemas, tidak hanya berbasa-basi saat mendukungnya berkiprah dalam masyarakat yang lebih luas. Ngarsa Dalem mewujudkannya dalam tindakan nyata. Ratu Hemas berbagi tugas rumah tangga dan menyiapkan keperluan pribadinya sendiri.

“Saya bilang (pada anak-anak), pokoknya kalau ibu tidak di rumah, masing-masing punya tanggung jawab untuk membantu saya. Contohnya paling mudah saja, menemani bapak makan, kemudian menemani pada saat sore hari. Yang jelas kalau soal menyetrika baju, menyiapkan minum, dan sebagainya, Ngarsa Dalem mandiri,” tuturnya.

Terkait Keraton Yogyakarta, Ratu Hemas menyadari lembaga tersebut telah mengalami perubahan. “Harus ada visi ke depan agar keraton tetap menjadi tempat tradisi atau budaya yang adiluhung, yang masih diugemi.”

Ratu Hemas menjadi bukti bahwa perempuan pun bisa berkarya tanpa batas selama ia berkemauan kuat. ”Kalau kita sudah niat masuk ke suatu dunia, entah itu politik, kebudayaan, atau apa pun itu harus ditekati dengan kemauan kita. Kalau kemauan kita cukup kuat, tentu kita tidak akan merasa lelah dan terus lebih memacu kita untuk berjuang.” Kepada putri-putrinya, seperti yang dikutip oleh GKR Bendara dalam siniar Putri Kedhaton, beliau menegaskan bahwa menjadi perempuan tak seharusnya menghambat langkah, “Lihatlah, perempuan memiliki keistimewaan. Halangan kita ini sebenarnya adalah tantangan, opportunity supaya kita itu menjadi manusia yang lebih baik.” []

Berita terkait
Malam dan Ketelitian, Rahasia Keindahan Batik di Yogyakarta
Ada sejumlah bahan yang harus ada dalam proses pembuatan kain batik. Salah satunya adalah malam dan canting. Selain itu juga perlu ketelitian.
Pesanan Tas Rumahan di Sleman yang Mampet Saat Pandemi
Seorang perajin tas skela industri rumah tangga mengeluhkan tidak adanya pesanan tas sekolah dari pelanggan saat pandemi.
Jaket Kuning Pemberian Keluarga Penumpang Sriwijaya SJ 182
Seorang keluarga penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menceritakan saat-saat terakhirnya bertemu dengan kelima keluarganya itu melalui video call
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.