Radikalisme Rendah vs Radikalisme Sedang vs Radikalisme Tinggi

Radikalisme rendah vs radikalisme sedang vs radikalisme tinggi. Ini perbedaannya.
Peneliti P3M Agus Muhammad. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 24/11/2018) - Ketika salat Jumat di masjid apakah Anda memperhatikan materi yang disampaikan pengkhotbah? Apakah Anda merasa nyaman mendengar materi khotbahnya? Atau Anda merasakan sesuatu yang janggal, bertentangan dengan hati nurani?

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) melakukan penelitian terhadap 100 masjid milik pemerintah di Jakarta pada tahun 2017. Hasil penelitian menyebutkan 41 masjid terindikasi paham radikal. Penelitian diarahkan pada materi khotbah salat Jumat.

Masjid-masjid terindikasi paham radikal itu terbagi dalam tiga kategori; radikalisme rendah, radikalisme sedang, dan radikalisme tinggi. 

Baca juga: Saya Nggak Ngerti Radikal yang Dimaksud Mereka Itu Seperti Apa

Apa perbedaan ketiganya? 

Berikat ini wawancara Tagar News dengan Peneliti P3M Agus Muhammad di kantornya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, Jumat (23/11):

Materi khotbah Jumat mengandung muatan paham radikal itu seperti apa?

Kami meneliti lima hal dalam khotbah Jumat. Pertama, sikap terhadap NKRI, sikap terhadap khilafah, terhadap cita-cita mereka untuk mendirikan Khilafah Islamiyah di NKRI. Kedua, sikapnya terhadap pemimpin non muslim karena konstitusi kita menjamin bahwa semua warga negara berhak menjadi pemimpin. Ketiga, sikapnya terhadap agama lain. Keempat, sikapnya terhadap kelompok-kelompok minoritas, baik komunitas etnis, komunitas budaya, komunitas agama, maupun komunitas yang lain. Kelima, sikapnya terhadap pemimpin perempuan.

Radikalisme rendah, radikalisme sedang, radikalisme tinggi, apa bedanya?

Radikalisme rendah, misalnya khotbah isinya setuju demokrasi, setuju Pancasila, tapi pada saat yang sama setuju khilafah, meskipun masih abu-abu pandangannya antara menerima atau menolak. Artinya, tingkat radikalismenya masih rendah.

Contoh lain, bersikap menyindir agama lain, tidak bersedia menerima kelompok lain yang berbeda. Itu kategori radikal rendah.

Kalau radikalisme sedang?

Materi khotbah mengandung muatan persetujuan terhadap konten-konten radikal. Misalnya setuju terhadap khilafah, padahal khilafah ini semestinya ditolak di Indonesia, tidak bisa diterima karena bertentangan dengan Pancasila dan prinsip-prinsip NKRI.

Radikalisme tinggi?

Materi khotbah mengandung intensi dan provokasi dengan mengkampanyekan khilafah, mengajak jamaah untuk mendirikan Khilafah Islamiyah di Indonesia. 

Ada sebelas konten beredar di 18 masjid soal khilafah, misalnya konten tinggi dengan menggunakan kata 'kafir', atau bahkan mengkafirkan sesama muslim, menghina orang yang tidak percaya terhadap Allah SWT, memprovokasi umat bahwa Islam ini sedang diserang oleh banyak kelompok. Isi khotbah sangat provokatif.

Kami punya data otentiknya, kami sampaikan pada Kementerian Agama, Kementerian BUMN, dan lembaga terkait.

Sebelumnya, P3M meneliti 100 masjid di lingkungan pemerintah di Jakarta. 100 masjid terdiri dari 35 masjid di lingkungan kementerian, 28 masjid di lembaga negara, dan 37 masjid di badan usaha milik negera (BUMN).

Penelitian dilakukan dengan menganalisis isi khotbah Jumat empat kali berturut-turut dalam rentang waktu 29 September-20 Oktober 2017. []

Berita terkait
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu